In Memoriam Eddie Van Halen, Orang yang Tak Bisa Ditilang
Rabu, 07 Oktober 2020 - 08:38 WIB
JAKARTA - Ada tiga hal yang dicintai gitaris Eddie Van Halen dalam hidupnya. Ketiganya adalah keluarga, musik dan otomotif. Ya, bisa dikatakan hubungan Eddie Van Halen dengan otomotif tidak bertepuk sebelah tangan. Eddie Van Halen begitu cinta dengan otomotif, sebaliknya otomotif begitu menyayangi Eddie Van Halen.
Kegilaan Eddie Van Halen dengan otomotif memang bisa dikatakan absurd. Saking absurdnya dia pernah menjadikan raungan mesin Lamborghini Miura miliknya di opening lagu Panama. Norak, narsistik? Ya sedikit, karena Lamborghini memang menyiapkan secara khusus mobil itu buat dia. Di saat orang-orang kaya di dunia berebutan membeli mobil itu, Eddie Van Halen mendapatkannya duluan. Jadi wajar jika dia sedikit norak memamerkannya. Toh itu lagu-lagu dia dan mobil-mobil dia.
Eddie selalu menganggap musik-musiknya adalah karya yang menjaganya tetap waras. Dan otomotif memang jadi saluran kegilaannya setelah bermusik agarnya diri tetap berada di bumi. Dia selalu menyamakan berada di balik palang kemudi sama halnya dengan bermain musik secara live. "Tidak boleh ada kesalahan, begitu kamu melintir ya kamu melintir. Sama seperti tampil di atas panggung, kalau salah ya pasti terdengar," ucapnya suatu waktu. (Baca juga :Volkswagen, Merek yang Sering Dibuat Tato Penggemar Otomotif)
Saat memainkan dawai gitar, Eddie memang begitu brutal. Dia tidak sungkan-sungkan bereksplorasi. Sama halnya saat dia berpetualang mencari mobil yang bisa memuaskan adrenalinnya. Dia tidak pernah sungkan membawa pulang dan menyiksa mobil-mobil yang menurutnya perlu dia taklukkan. Dia mengendarai mobil seperti lagu yang dia ciptakan Running with the Devil.
Tidak heran jika melongok ke dalam garasinya, selain mobil-mobil klasik, berderet-deret mobil bertenaga monster ikut nangkring dengan manis seperti Porsche 911 GT3 RS, Porsche 911, Audi R8 V10, Audi R8 V8, Ferrari 550, Dodge 1974 Flatbed dan lain-lain.
Setiap mobil yang dia miliki selalu dia coba tundukkan. Dia juga tidak pernah mau menyerah jika mobil itu belum berhasil dia tundukkan. Semisal saat dia mencoba berbagai jenis Porsche yang menurutnya memiliki handling yang sangat mumpuni. Masalahnya saat itu Eddie selalu melintir setiap kali dia mencoba drift menggunakan Porsche.
Dia pun nekat membeli Porsche 911 GT3 RS yang tenaganya sangat besar namun menggunakan sistem penggerak empat roda. Belajar dari pengalaman, dia pun mengontak bengkel BBI Autosport untuk mencoba membuat suspensi khusus buat mobil itu. Pokoknya saat itu dia ingin bisa drifting. Untungnya keinginan itu terwujud. Bisa jadi jika itu tidak tercapai, di hari dia meninggal dunia Eddie bisa jadi masih penasaran.
"Suspensi itu memang lain hal, tapi saya apresiasi Porsche yang membuat handlingnya begitu presisi. Saya tidak tahu bagaimana Porsche bisa melakukannya. Yang penting itu baru pertama kalinya saya bisa drifting dengan Porsche," ungkap Eddie.
Kecintaan Eddie pada otomotif itu pula yang membuat Audi Amerika mengundang gitaris kelahiran 26 Januari 1955 itu langsung ke sirkuit Sonoma Raceway untuk mencoba Audi R8 V8. Jika suka, Eddie bisa langsung membawanya pulang.
Kegilaan Eddie Van Halen dengan otomotif memang bisa dikatakan absurd. Saking absurdnya dia pernah menjadikan raungan mesin Lamborghini Miura miliknya di opening lagu Panama. Norak, narsistik? Ya sedikit, karena Lamborghini memang menyiapkan secara khusus mobil itu buat dia. Di saat orang-orang kaya di dunia berebutan membeli mobil itu, Eddie Van Halen mendapatkannya duluan. Jadi wajar jika dia sedikit norak memamerkannya. Toh itu lagu-lagu dia dan mobil-mobil dia.
Eddie selalu menganggap musik-musiknya adalah karya yang menjaganya tetap waras. Dan otomotif memang jadi saluran kegilaannya setelah bermusik agarnya diri tetap berada di bumi. Dia selalu menyamakan berada di balik palang kemudi sama halnya dengan bermain musik secara live. "Tidak boleh ada kesalahan, begitu kamu melintir ya kamu melintir. Sama seperti tampil di atas panggung, kalau salah ya pasti terdengar," ucapnya suatu waktu. (Baca juga :Volkswagen, Merek yang Sering Dibuat Tato Penggemar Otomotif)
Saat memainkan dawai gitar, Eddie memang begitu brutal. Dia tidak sungkan-sungkan bereksplorasi. Sama halnya saat dia berpetualang mencari mobil yang bisa memuaskan adrenalinnya. Dia tidak pernah sungkan membawa pulang dan menyiksa mobil-mobil yang menurutnya perlu dia taklukkan. Dia mengendarai mobil seperti lagu yang dia ciptakan Running with the Devil.
Tidak heran jika melongok ke dalam garasinya, selain mobil-mobil klasik, berderet-deret mobil bertenaga monster ikut nangkring dengan manis seperti Porsche 911 GT3 RS, Porsche 911, Audi R8 V10, Audi R8 V8, Ferrari 550, Dodge 1974 Flatbed dan lain-lain.
Setiap mobil yang dia miliki selalu dia coba tundukkan. Dia juga tidak pernah mau menyerah jika mobil itu belum berhasil dia tundukkan. Semisal saat dia mencoba berbagai jenis Porsche yang menurutnya memiliki handling yang sangat mumpuni. Masalahnya saat itu Eddie selalu melintir setiap kali dia mencoba drift menggunakan Porsche.
Dia pun nekat membeli Porsche 911 GT3 RS yang tenaganya sangat besar namun menggunakan sistem penggerak empat roda. Belajar dari pengalaman, dia pun mengontak bengkel BBI Autosport untuk mencoba membuat suspensi khusus buat mobil itu. Pokoknya saat itu dia ingin bisa drifting. Untungnya keinginan itu terwujud. Bisa jadi jika itu tidak tercapai, di hari dia meninggal dunia Eddie bisa jadi masih penasaran.
"Suspensi itu memang lain hal, tapi saya apresiasi Porsche yang membuat handlingnya begitu presisi. Saya tidak tahu bagaimana Porsche bisa melakukannya. Yang penting itu baru pertama kalinya saya bisa drifting dengan Porsche," ungkap Eddie.
Kecintaan Eddie pada otomotif itu pula yang membuat Audi Amerika mengundang gitaris kelahiran 26 Januari 1955 itu langsung ke sirkuit Sonoma Raceway untuk mencoba Audi R8 V8. Jika suka, Eddie bisa langsung membawanya pulang.
tulis komentar anda