Porsche : Taksi Terbang Buang-buang Uang Tapi Menguntungkan
Jum'at, 16 Juli 2021 - 08:00 WIB
JAKARTA - Porsche Consulting , lembaga riset yang dimiliki perusahaan otomotif Jerman, Porsche merilis hasil studi mereka tentang kendaraan di masa depan, taksi terbang. Dalam penelitian mereka, Porsche Consulting mengatakan proyek taksi terbang merupakan proyek buang-buang uang. Di saat yang bersamaan bisnis taksi terbang juga akan jadi prospek bisnis yang menguntungkan.
Mereka bahkan memprediksi biaya yang harus dikeluarkan untuk proyek taksi terbang mencapai USD32 miliar atau setara Rp457,6 triliun. Proyek taksi terbang semakin menantang karena dana yang harus langsung dikeluarkan, sebelum taksi terbang itu benar-benar bisa terbang, hampir mencapai setengah dari modal yakni USD10 miliar atau mencapai Rp143 triliun.
"Dibutuhkan para pionir yang berani, para pionir yang tidak pernah mundur, banyak uang dan rasa tanggung jawab yang tinggi," ujar Gregor Grandl, Senior Partner di Porsche Consulting.
Dia menyebut berani karena memang saat ini banyak pemerintah di dunia belum membuat peraturan hukum yang jelas tentang taksi terbang. Jadi menurutnya para perusahaan otomotif yang tertarik dengan bisnis taksi terbang bertarung dengan sebuah bisnis yang belum jelas juntrungannya.
Saat ini beberapa perusahaan otomotif seperti Hyundai, Cadillac, Audi dan Porsche memang sudah menyatakan siap nyemplung ke bisnis taksi terbang.
Selain memberikan gambaran tentang dana yang akan dikucurkan untuk bisnis taksi terbang, Porsche Consulting juga mengatakan bisnis tersebut memerlukan infrastruktur yang menggurita agar bisa sukses. Setidaknya taksi terbang memerlukan sebanyak 1.000 hingga 2.500 titik pemberangkatan dan pendaratan di 60 kota di dunia.
Namun pembangunan infrastruktur tidak akan terlalu berat. Yang berat justru adalah meyakinkan masyarakat bahwa transportasi baru itu merupakan kendaraan yang aman digunakan.
"Taksi terbang akan benar-benar sukses jika semua kriteria tadi benar-benar bisa diwujudkan," jelas Gregor Grandl.
Mereka bahkan memprediksi biaya yang harus dikeluarkan untuk proyek taksi terbang mencapai USD32 miliar atau setara Rp457,6 triliun. Proyek taksi terbang semakin menantang karena dana yang harus langsung dikeluarkan, sebelum taksi terbang itu benar-benar bisa terbang, hampir mencapai setengah dari modal yakni USD10 miliar atau mencapai Rp143 triliun.
"Dibutuhkan para pionir yang berani, para pionir yang tidak pernah mundur, banyak uang dan rasa tanggung jawab yang tinggi," ujar Gregor Grandl, Senior Partner di Porsche Consulting.
Dia menyebut berani karena memang saat ini banyak pemerintah di dunia belum membuat peraturan hukum yang jelas tentang taksi terbang. Jadi menurutnya para perusahaan otomotif yang tertarik dengan bisnis taksi terbang bertarung dengan sebuah bisnis yang belum jelas juntrungannya.
Saat ini beberapa perusahaan otomotif seperti Hyundai, Cadillac, Audi dan Porsche memang sudah menyatakan siap nyemplung ke bisnis taksi terbang.
Selain memberikan gambaran tentang dana yang akan dikucurkan untuk bisnis taksi terbang, Porsche Consulting juga mengatakan bisnis tersebut memerlukan infrastruktur yang menggurita agar bisa sukses. Setidaknya taksi terbang memerlukan sebanyak 1.000 hingga 2.500 titik pemberangkatan dan pendaratan di 60 kota di dunia.
Namun pembangunan infrastruktur tidak akan terlalu berat. Yang berat justru adalah meyakinkan masyarakat bahwa transportasi baru itu merupakan kendaraan yang aman digunakan.
"Taksi terbang akan benar-benar sukses jika semua kriteria tadi benar-benar bisa diwujudkan," jelas Gregor Grandl.
(wsb)
tulis komentar anda