Korea Selatan Akui China Saingan Terberat di Industri Otomotif
loading...
A
A
A
SEOUL - Korea Selatan akui produsen mobil asal China menguasai industri otomotif global. Kehadirannya membuat produsen lainnya ketar ketir dalam menghadapi teknologi otomotif China.
Seperti dilansir dari Carscoops, data dari Korea Automobile Manufacturers Association (KAMA) mengungkapkan sejauh ini produsen asal China telah mengekspor 994.000 kendaraan pada kuarter pertama tahun ini, itu terdiri dari 826.000 mobil penumpang dan 168.000 kendaraan komersial.
Sebagai perbandingan, brand asal Jepang baru mengekspor 954.000 kendaraan selama tiga bulan pertama tahun 2023.
The Korea Times mencatat bahwa produsen asal China telah mulai mengekspor kendaraan dengan harga yang lebih mahal dalam beberapa tahun terakhir, membuat kendaraannya lebih menarik di negara-negara kaya di Eropa, serta Inggris dan Australia. Memang, harga ekspor rata-rata per mobil China mencapai USD16.400 (Rp243,9 juta) pada 2022.
Angka tersebut alami kenaikan signifikan sebesar 27 pesern dari 12.900 dolar AS pada 2018. Diprediksi jumlah rata-rata ekspor akan melebihi 20.000 dolar AS atau setara Rp297,5 juta per mobil tahun ini.
“Tahun lalu, China menjadi eksportir terbesar kedua dan tahun ini, pada April, menjadi yang terbesar. Meskipun China akan terus mengembangkan pasar domestiknya, pada akhirnya untuk mengatasi masalah penawaran dan permintaan, China tidak punya pilihan selain memperluas ke pasar ekspor karena pasar lokal sudah jenuh. Itu sebabnya mereka membuat deklarasi ini dan memulai dorongan ekspor,” kata Lee Hang-koo dari Institut Teknologi Otomotif Korea dikutip dari Carscoops.
Bukan hanya mobil produsen asal China yang berkontribusi pada angka ekspor yang lebih besar.
Perusahaan milik asing seperti Tesla, Volvo, dan Mercedes-Benz juga membuat mobil di China untuk pasar global. Faktanya, Tesla mengekspor 270.000 kendaraan dari China tahun lalu, menempatkannya sebagai pengekspor mobil terbesar ketiga di negara tersebut.
Lee Hang-koo yakin maraknya mobil baru dari China akan menantang Hyundai. Pasalnya, brand tersebut meyakini produksinya di negaranya sendiri dapat mencukupi permintaan di seluruh dunia.
“Hyundai fokus pada pasar negara berkembang dan mengalami pertumbuhan tetapi baru-baru ini pasar China berkembang pesat. Pasar AS baik-baik saja, namun kami sudah sedikit tertinggal di pasar Eropa.
China terus mendorong kendaraan listrik dan mesin pembakaran internal ke pasar ekspor, membuat perusahaan Korea berada dalam posisi yang kurang menguntungkan.
Hyundai memiliki merek Genesis, yang merupakan merek mobil mewah, namun pada akhirnya, perusahaan harus bersaing dengan kendaraan bermesin pembakaran internal dan EV dalam kisaran harga menengah ke bawah," ujarnya.
Seperti diketahui, produsen asal China juga saat ini mulai merambah industri otomotif Indonesia. Setidaknya, 4 brand baru dikonfirmasi hadir dalam ajang Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2023, pada Agustus mendatang.
Seperti dilansir dari Carscoops, data dari Korea Automobile Manufacturers Association (KAMA) mengungkapkan sejauh ini produsen asal China telah mengekspor 994.000 kendaraan pada kuarter pertama tahun ini, itu terdiri dari 826.000 mobil penumpang dan 168.000 kendaraan komersial.
Sebagai perbandingan, brand asal Jepang baru mengekspor 954.000 kendaraan selama tiga bulan pertama tahun 2023.
The Korea Times mencatat bahwa produsen asal China telah mulai mengekspor kendaraan dengan harga yang lebih mahal dalam beberapa tahun terakhir, membuat kendaraannya lebih menarik di negara-negara kaya di Eropa, serta Inggris dan Australia. Memang, harga ekspor rata-rata per mobil China mencapai USD16.400 (Rp243,9 juta) pada 2022.
Angka tersebut alami kenaikan signifikan sebesar 27 pesern dari 12.900 dolar AS pada 2018. Diprediksi jumlah rata-rata ekspor akan melebihi 20.000 dolar AS atau setara Rp297,5 juta per mobil tahun ini.
“Tahun lalu, China menjadi eksportir terbesar kedua dan tahun ini, pada April, menjadi yang terbesar. Meskipun China akan terus mengembangkan pasar domestiknya, pada akhirnya untuk mengatasi masalah penawaran dan permintaan, China tidak punya pilihan selain memperluas ke pasar ekspor karena pasar lokal sudah jenuh. Itu sebabnya mereka membuat deklarasi ini dan memulai dorongan ekspor,” kata Lee Hang-koo dari Institut Teknologi Otomotif Korea dikutip dari Carscoops.
Bukan hanya mobil produsen asal China yang berkontribusi pada angka ekspor yang lebih besar.
Perusahaan milik asing seperti Tesla, Volvo, dan Mercedes-Benz juga membuat mobil di China untuk pasar global. Faktanya, Tesla mengekspor 270.000 kendaraan dari China tahun lalu, menempatkannya sebagai pengekspor mobil terbesar ketiga di negara tersebut.
Lee Hang-koo yakin maraknya mobil baru dari China akan menantang Hyundai. Pasalnya, brand tersebut meyakini produksinya di negaranya sendiri dapat mencukupi permintaan di seluruh dunia.
“Hyundai fokus pada pasar negara berkembang dan mengalami pertumbuhan tetapi baru-baru ini pasar China berkembang pesat. Pasar AS baik-baik saja, namun kami sudah sedikit tertinggal di pasar Eropa.
China terus mendorong kendaraan listrik dan mesin pembakaran internal ke pasar ekspor, membuat perusahaan Korea berada dalam posisi yang kurang menguntungkan.
Hyundai memiliki merek Genesis, yang merupakan merek mobil mewah, namun pada akhirnya, perusahaan harus bersaing dengan kendaraan bermesin pembakaran internal dan EV dalam kisaran harga menengah ke bawah," ujarnya.
Seperti diketahui, produsen asal China juga saat ini mulai merambah industri otomotif Indonesia. Setidaknya, 4 brand baru dikonfirmasi hadir dalam ajang Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2023, pada Agustus mendatang.
(wbs)