Mitsubishi Keok di Hunan Bukti Industri Otomotif Jepang Kalah Cepat dari China

Senin, 02 Oktober 2023 - 08:49 WIB
loading...
Mitsubishi Keok di Hunan Bukti Industri Otomotif Jepang Kalah Cepat dari China
Mitsubishi Corp dan Mitsubishi Motors akan menghentikan investasinya di Hunan China. FOTO/ REUTERS
A A A
BEIJING - Keluarnya Mitsubishi dari pasar otomotif China bukanlah hal yang mengejutkan. Hal ini diprediksi lebih disebabkan oleh ketidaksiapan perusahaan otomotif Jepang di pasar kendaraan listrik atau EV.


Hal ini diperparah dengan faktor China yang ingin sepenuhnya beralih ke EV karena tidak ingin bergantung pada sumber minyak bumi dari luar.

Seperti dilansir dari Autopro, Senin (2/10/2023), namun, riset pasar mengarah pada alasan yang lebih dalam.

Diantaranya adalah pemerintah China sendiri yang menginginkan negara komunis tersebut bangkit menjadi kekuatan otomotif baru, dan dalam upaya tersebut, banyak memberikan insentif kepada perusahaan mobil besar di sana.

Insentif yang dirahasiakan ini memberikan keunggulan bagi merek lokal untuk lebih kompetitif dan yang terpenting mampu menurunkan harga jual.

Eropa sendiri ingin penyelidikan dilakukan karena menginginkan keadilan dalam hal harga kendaraan EV untuk pasar mereka, guna melindungi perusahaan dari kawasan.

Harga sebenarnya kendaraan tersebut merupakan rahasia perusahaan, dan kita sebagai konsumen tidak dapat mengetahui harga sebenarnya dari produk EV tersebut.

Yang pasti, kita disuap dengan teks yang menyatakan bahwa teknologi baterai dan proses pembuatannya masih tinggi sehingga harga EV lebih mahal dibandingkan kendaraan bermesin.

Bagi para pecinta EV, hal ini merupakan hal yang membahagiakan karena mereka menganggap harga EV sudah lebih murah dan sebaiknya semua pengguna membuang mobil bermesin bensin atau diesel dan beralih ke EV.

Tidak mengherankan karena seperti halnya kaum fanatik politik, semua logika dikesampingkan. Yang pasti, Malaysia masih belum 100 persen siap menghadapi jumlah kendaraan listrik yang berlebihan.

Permasalahan pembuangan baterai bekas masih belum menjadi fokus utama, dan kita bisa melihat sendiri bagaimana vaping dengan baterai yang sudah rusak atau habis bisa dibuang sesuka hati tanpa isolasi.

Untuk kendaraan listrik dengan baterai yang jauh lebih besar, perlu ada cara dan tempat untuk membuang baterai tersebut atau mungkin mendaur ulangnya. Ini semua masih belum diketahui meski rumor akan diumumkan sudah dimulai sebelum era Covid-19.

Bagi Mitsubishi, pilihan mereka keluar dari pasar China merupakan pilihan yang tidak bisa dipungkiri lagi.

Perusahaan masih beroperasi di China dengan hanya satu entitas yaitu GAC-Mitsubishi dengan pabrik perakitannya di Hunan sedangkan Mitsubishi Corp dan Mitsubishi Motors akan menghentikan investasinya di sana.

Tahun lalu, penjualan Mitsubishi di China turun sekitar 60 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Tanpa lini produk kendaraan listrik dengan harga yang menarik, dan tanpa insentif yang kuat, bekas perusahaan mitra Proton telah lama mengalami kerugian di negara tersebut.

Keluar dari Tiongkok merupakan tindakan yang dapat segera menghentikan terjadinya kerugian.

Apa yang terjadi pada Mitsubishi juga menunjukkan betapa pentingnya Jepang meningkatkan produk EV mereka, meski saya yakin mereka masih skeptis terhadap teknologi Battery EV (BEV).

Banyak pertanyaan yang belum bisa terjawab, seperti apakah aki merupakan solusi terbaik, lalu bagaimana dengan penyusutan kendaraan, atau bagaimana cara mengatasinya agar tidak terbakar dan bagaimana nasib service centernya.

Namun Jepang terlihat terpaksa beralih ke kendaraan listrik karena hal tersebut merupakan tindakan untuk menyelamatkan diri sebelum produknya menjadi tidak relevan lagi.

Eropa dan Amerika semakin mempromosikan kendaraan listrik dan tekanan dari sektor perpajakan berdasarkan emisi karbon hanya memperburuk skenario Jepang.

Untuk raksasa seperti Toyota, mereka telah mengumumkan beberapa perubahan besar untuk merangkul pasar EV.

Namun untuk merek lain seperti Nissan, Honda, Mazda dan lain sebagainya, mereka perlu memproduksi lebih banyak model EV agar tetap kompetitif.
(wbs)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1772 seconds (0.1#10.140)