Subsidi Rp7 Juta Bikin United E-Motor Percaya Diri Jual 60.000 Unit Motor Listrik di 2024
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pasar motor listrik di Indonesia terus berkembang setelah pemerintah mengubah aturan pembelian dengan subsidi Rp7 juta. Ini membuat masyarakat semakin antusias untuk beralih ke kendaraan ramah lingkungan.
Salah satu produsen motor listrik lokal, United E-Motor meyakini pasar motor listrik tahun ini akan semakin besar. Untuk itu, mereka meyakini bisa menjual puluhan ribu unit motor listrik buatan Bogor, Jawa Barat, itu sepanjang 2024.
“Di 2024, target penjualan sebesar 60.000 unit. Di 2023, karena subsidi baru berjalan di akhir tahun, (penjualan) masih beberapa ribu unit saja,” kata Stephen Mulyadi, Presiden Direktur PT Terang Dunia Internusa (TDI) di Jakarta Selatan, Kamis (11/1/2024).
Stephen menjelaskan, target tersebut disesuaikan dengan kapasitas pabrik yang dapat memproduksi motor listrik hingga ratusan ribu unit setahun.
Ketersediaan bahan baku yang melimpah juga membuat mereka mempermudah dalam proses produksi.
“Pabrik pertama di Gunung Putri, Bogor, seluas 10 hektar dimulai dari 1990. Pabrik kedua di Citeureup, Bogor dengan luas 4 hektar, dan pabrik ketiga di Curug, Tangerang, dengan luas 5 hektar,” ucap Stephen.
“Untuk produksi kapasitas kita, untuk E-Motor (motor listrik) sebesar 150.000 unit per tahun,” sambungnya.
Stephen juga mengatakan bahwa untuk mencapai hal tersebut, dibutuhkan kerja sama dari seluruh pihak dalam mengedukasi masyarakat. Mengingat, masih banyak yang ragu beralih ke motor listrik akibat kurangnya pemahanan mengenai kendaraan ini.
“Tentu kami akan memperkuat jaringan. Memberikan edukasi kepada masyarakat untuk menggunakan motor listrik ini sebagai motor yang nyaman dipakai. Kedua, adanya hemat energi dan biaya, dengan molis ini sangat irit dibanding motor ICE,” ujarnya.
Dikatakan oleh Stephen, biaya perawatan motor listrik memang sangat terjangkau karena tidak banyak komponen yang perlu melakukan penggantian. Ia yakin, ke depannya masyarakat Indonesia akan mencari motor listrik, meski tanpa subsidi.
“Mungkin hanya 15 persen saja biayanya, dan perawatannya sangat minim, tidak ada mesin kan. Terpenting mengedukasi supaya masyarakat mencoba memakai motor listrik. Setelah mereka rasakan enaknya, dengan brand kuat, tentu ke depan tanpa subsidi pun masyarakat akan mencari,”tuturnya.
Salah satu produsen motor listrik lokal, United E-Motor meyakini pasar motor listrik tahun ini akan semakin besar. Untuk itu, mereka meyakini bisa menjual puluhan ribu unit motor listrik buatan Bogor, Jawa Barat, itu sepanjang 2024.
“Di 2024, target penjualan sebesar 60.000 unit. Di 2023, karena subsidi baru berjalan di akhir tahun, (penjualan) masih beberapa ribu unit saja,” kata Stephen Mulyadi, Presiden Direktur PT Terang Dunia Internusa (TDI) di Jakarta Selatan, Kamis (11/1/2024).
Stephen menjelaskan, target tersebut disesuaikan dengan kapasitas pabrik yang dapat memproduksi motor listrik hingga ratusan ribu unit setahun.
Ketersediaan bahan baku yang melimpah juga membuat mereka mempermudah dalam proses produksi.
“Pabrik pertama di Gunung Putri, Bogor, seluas 10 hektar dimulai dari 1990. Pabrik kedua di Citeureup, Bogor dengan luas 4 hektar, dan pabrik ketiga di Curug, Tangerang, dengan luas 5 hektar,” ucap Stephen.
“Untuk produksi kapasitas kita, untuk E-Motor (motor listrik) sebesar 150.000 unit per tahun,” sambungnya.
Stephen juga mengatakan bahwa untuk mencapai hal tersebut, dibutuhkan kerja sama dari seluruh pihak dalam mengedukasi masyarakat. Mengingat, masih banyak yang ragu beralih ke motor listrik akibat kurangnya pemahanan mengenai kendaraan ini.
“Tentu kami akan memperkuat jaringan. Memberikan edukasi kepada masyarakat untuk menggunakan motor listrik ini sebagai motor yang nyaman dipakai. Kedua, adanya hemat energi dan biaya, dengan molis ini sangat irit dibanding motor ICE,” ujarnya.
Dikatakan oleh Stephen, biaya perawatan motor listrik memang sangat terjangkau karena tidak banyak komponen yang perlu melakukan penggantian. Ia yakin, ke depannya masyarakat Indonesia akan mencari motor listrik, meski tanpa subsidi.
“Mungkin hanya 15 persen saja biayanya, dan perawatannya sangat minim, tidak ada mesin kan. Terpenting mengedukasi supaya masyarakat mencoba memakai motor listrik. Setelah mereka rasakan enaknya, dengan brand kuat, tentu ke depan tanpa subsidi pun masyarakat akan mencari,”tuturnya.
(dan)