Terdampak Pandemi Corona, Masih Ada Harapan buat Automotif

Kamis, 16 April 2020 - 13:00 WIB
loading...
A A A
“Bulan November produksi 57.000 unit dan sampai tiga bulan menjadi 32.200 unit. Turunnya sangat besar, padahal itu hanya krisis keuangan. Ini lebih dari krisis keuangan, wajar jika penurunan (target) lebih dari separuh, karena penurunan di seluruh sektor juga akan lebih dari separuh,” ujarnya.

Hanya, dia mengatakan bahwa industri automotif masih punya harapan. Pasalnya, dari pengalaman krisis sebelumnya, industri automotif masih bisa terus berjalan. Hal ini terjadi karena industri automotif Indonesia banyak ditopang penanaman modal asing (PMA).

Tentu akan ada banyak pengorban yang dilakukan untuk bertahan, seperti melakukan efisiensi sumber daya manusia (SDM). Namun, dia mengatakan, industri juga perlu memperhatikan industri pendukung dan supplier. Sebab, banyak dari mereka tidak memiliki kemampuan finansial yang kuat.

“Saya sih optimistis automotif punya pasar besar, masih bisa bertahan, yang kasihan supplier. Supplier akan mengalami penurunan terdampak, kekuatan mempertahankan bahan baku dan financing tidak sekuat pusat,” bebernya.

Industri automotif juga bisa bertahan dengan mengandalkan kemampuan masyarakat menengah atas yang memang tidak terlalu terganggu krisis. Dia menilai hal ini akan memengaruhi produsen automotif dalam melakukan strategi penjualan. Konsumen loyal menjadi target utama penjualan automotif ketimbang pegawai bergaji tetap. Alasannya, minat membeli dari kalangan pegawai terganggu dengan ketidakstabilan konsumsi selama korona dan kecemasan tidak mendapat gaji ke-13.

"Misalnya, sekarang gaji pegawai tetap hampir keseluruhan ada yang terganggu. Contoh, PNS mulai digoyang oleh golongan lain yang tetap mendapat gaji 13 untuk THR, tapi golongan empat atau pejabat di atasnya akan berkurang, jadi akan berdampak untuk pembelian. Artinya, kemampuan mereka untuk melakukan pembelian kredit juga akan berdampak," tutur dia.

Namun, hal itu semua tetap bergantung pada kemampuan pemerintah dalam mengatasi pandemi Covid-19. Semakin lama pemerintah mengatasi pandemi, waktu pemulihan akan semakin mundur. Jika pada Mei pemerintah tidak mampu melakukannya, krisis gelombang kedua bisa saja muncul dan itu yang perlu diantisipasi.

“Strategi yang perlu kita lakukan adalah mendorong pemerintah dalam menangani Covid-19 secara khusus. Setelah itu, baru bicara ekonomi karena semakin besar penanganan Covid-19 secara kesehatan, recovery ekonomi lebih baik,” ucapnya. (Wahyu Sibarani)
(ysw)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1455 seconds (0.1#10.140)