Wow, UNS Kembangkan Baterai Lithium Ion untuk Mobil Listrik

Kamis, 04 Maret 2021 - 21:33 WIB
loading...
Wow, UNS Kembangkan Baterai Lithium Ion untuk Mobil Listrik
Ketua PUI Baterai Lithium UNS, Agus Purwanto, secara virtual, Rabu (3/3/2021) malam. Foto/FK/Screenshot
A A A
SOLO - Pusat Unggulan Iptek (PUI) dari Universitas Sebelas Maret (UNS), mengumumkan, tengah mengembangkan teknologi penyimpanan listrik baterai lithium ion . Baterai yang dikembangkan sudah menelurkan beberapa produk.

Ketua PUI Baterai Lithium UNS, Agus Purwanto, mengatakan, pengembangan yang dilakukan oleh timnya sudah sejak 2012. Alasannya, karena baterai lithium banyak digunakan teknologi otomotif sekarang ini dan dunia ada potensi kehabisan bahan bakar fosil.

"Di 2017 kami mendapat pendanaan dari LPDP untuk pengadaaan peralatan pilot plan. Di 2020 kami ditetapkan sebagai salah satu tim di UNS yang konsen terhadap penyimpanan energi," papar Agus, secara virtual, Rabu (3/3/2021) malam.

Agus meneruskan, PUI berambisi ingin menjadi pusat pengembangan teknologi untuk kendaraan listrik, serta energi terbarukan di 2025. Untuk menggabungkan dua sistem itu, PUI akan mengolah sumber daya lokal sebagai bahan baku baterai lithium ion.

"Kami juga memikirkan agar bisa mengolah bahan baku baterai lithium," tambahnya. Tak hanya itu, PUI juga ingin mengembangkan teknologi energi lanjutan.

Jadi mengganti teknologi baterai lithium yang ada saat ini dengan kapasitas penyimpanan lebih tinggi, penggunaan lebih lama, dan harga lebih murah.

Agus mengakui, pihaknya juga perlu memikirkan integrasi baterai yang dibuat dengan device. Sekaligus juga memiliki kewajiban untuk membuat startup.

"Ada startup yang kami luncurkan di tahun lalu, yakni Batex. Tugas startup ini bertugas mengomersialisasikan pengembangan-pengembangan di PUI," sambung Agus.

Pada kesempatan yang sama, Muhammad Nizam, Wakil Ketua PUI UNS, memaparkan, Perpres No 55 Tahun 2019 tentang Kendaraan Listrik Berbasis Baterai menciptakan bisnis baru. Bisnis baru tersebut dipacu dari beberapa hal, antara lain percepatan berbasis baterai dalam negeri, pemberian insentif, infrastruktur untuk pengisian tenaga listrik dan turunan lain berbasis baterai, termasuk bisnis konversi kendaraan. "Bisnis ini sudah dipayungi kebijakan di tingkat kementerian," tambah Nizam.

Ada beberapa produk konversi yang telah dilakukan UNS. Di antaranya, Honda C70 (E-Cub), dengan kapasitas 1,5 kWh dan jarak tempuhnya bisa sampai 60 km, maksimal speed 50 km/jam. Kemudian model City e-motor, dengan baterai 1,5 kWh maksimal speed 70 km/jam, dan jarak tempuh sampai 50 km.

"Line-up produk kita ada juga E-Trike, berkonsep low speed elektrik vehicle. Baterai 1,5 kWh, max speed 40 km/jam, jarak tempuh 30 km. Jadi tidak perlu menggunakan plat nomor. Cocok untuk daerah perkotaan dan antar-jemput," tambahnya.

Produksi baterai lithium ion tentu menimbulkan masalah baru terkait limbahnya. Agus mengaku hal ini sudah dipikirkan oleh PUI UNS.

Secara konseptual, baterai lithium bisa di-recycle. Jadi, menurut Agus, konsepnya ada perusahaan recycling, agar bisa digunakan lagi jadi material aktif. Kelanjutan penggunaan row material bisa dilakukan tanpa mengorbankan lingkungan.

Tantangan berikutnya membuat recycling yang ekonomis agar biayanya tidak lebih mahal daripada membuat row material dari tambang. "Secara konseptual pabrik baterai lithium saat ini mereka harus me-recycle produknya. Saya kira akan diterapkan juga di Indonesia," pungkasnya.
(iqb)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2362 seconds (0.1#10.140)