Produsen Mobil James Bond di Ambang Krisis Keuangan Fatal
loading...
A
A
A
JAKARTA - Aston Martin , produsen mobil yang biasa membuat kendaraan untuk film-film James Bond kini di ambang krisis keuangan fatal. Hutan produsen mobil asal Inggris itu mencapai USD1,2 miliar atau mencapai Rp17,3 triliun.
Upaya bisnis yang dijalankan oleh Aston Marton tahun ini juga tidak berjalan mulus. Alih-alih mendapatkan keuntungan besar seperti halnya produsen mobil sport dari Italia seperti Ferrari dan Lamborghini, Aston Martin malah terus-terusan merugi.
Dilaporkan Carbuzz, Aston Martin sudah melaporkan potensi kerugian sebesar USD58,7 juta atau mencapai Rp849,2miliar pada kuarter pertama tahun ini. Hal itu membuat Aston Martin semakin sulit membayar kewajiban terutang yang harus dilakukan tahun ini.
Kegagalan Aston Martin juga terlihat dari rendahnya penjualan SUV mereka Aston Martin DBX . Mobil SUV premium buatan Inggris itu justru tidak sesuai harapan.
Mobil itu tidak mampu mewujudkan harapan Aston Martin sebagai tulang punggung penjualan. Jauh berbeda dengan mobil SUV premium lainnya seperti Lamborghi Urus, Bentley Bentayga dan Rolls-Royce Cullinan.
Lamborghini Urus bahkan hingga kini jadi mobil SUV premium paling laris. Di seluruh model Lamborghini, mobil SUV buatan Bologna, Italia itu malah sudah menjadi tulang punggung penjualan.
Kegagalan produk dan keuntungan yang hilang membuat Aston Martin kini berada pada titik tersulit dalam melunasi hutang mereka.
Kesulitan itu bahkan membuat pemilik saham mayoritas Aston Martin, Lawrence Stroll memberhentikan CEO Aston Martin Tobias Moers. Pria Jerman yang sebelumnya berhasil memimpin Mercedes-AMG itu kini sudah diganti oleh mantan pejabat Ferrari, Amadeo Felisa.
Diharapkan sentuhan Amadeo Felisa yang telah lama ada di Ferrari bisa membangkitkan Aston Martin dari keterpurukan. "Sangat menantang buat saya untuk memegang peran ini di Aston Martin saat dimana kita akan menuju fase perkembangan yang lebih baik," ujar Amadeo Felisa.
Upaya bisnis yang dijalankan oleh Aston Marton tahun ini juga tidak berjalan mulus. Alih-alih mendapatkan keuntungan besar seperti halnya produsen mobil sport dari Italia seperti Ferrari dan Lamborghini, Aston Martin malah terus-terusan merugi.
Dilaporkan Carbuzz, Aston Martin sudah melaporkan potensi kerugian sebesar USD58,7 juta atau mencapai Rp849,2miliar pada kuarter pertama tahun ini. Hal itu membuat Aston Martin semakin sulit membayar kewajiban terutang yang harus dilakukan tahun ini.
Kegagalan Aston Martin juga terlihat dari rendahnya penjualan SUV mereka Aston Martin DBX . Mobil SUV premium buatan Inggris itu justru tidak sesuai harapan.
Mobil itu tidak mampu mewujudkan harapan Aston Martin sebagai tulang punggung penjualan. Jauh berbeda dengan mobil SUV premium lainnya seperti Lamborghi Urus, Bentley Bentayga dan Rolls-Royce Cullinan.
Lamborghini Urus bahkan hingga kini jadi mobil SUV premium paling laris. Di seluruh model Lamborghini, mobil SUV buatan Bologna, Italia itu malah sudah menjadi tulang punggung penjualan.
Kegagalan produk dan keuntungan yang hilang membuat Aston Martin kini berada pada titik tersulit dalam melunasi hutang mereka.
Kesulitan itu bahkan membuat pemilik saham mayoritas Aston Martin, Lawrence Stroll memberhentikan CEO Aston Martin Tobias Moers. Pria Jerman yang sebelumnya berhasil memimpin Mercedes-AMG itu kini sudah diganti oleh mantan pejabat Ferrari, Amadeo Felisa.
Diharapkan sentuhan Amadeo Felisa yang telah lama ada di Ferrari bisa membangkitkan Aston Martin dari keterpurukan. "Sangat menantang buat saya untuk memegang peran ini di Aston Martin saat dimana kita akan menuju fase perkembangan yang lebih baik," ujar Amadeo Felisa.
(wsb)