Sulitnya Penyesuaian BBM Mobil Mewah di Indonesia

Sabtu, 09 Mei 2015 - 11:01 WIB
Sulitnya Penyesuaian BBM Mobil Mewah di Indonesia
Sulitnya Penyesuaian BBM Mobil Mewah di Indonesia
A A A
JAKARTA - Bahan bakar minyak (BBM) yang sesuai dengan standar Euro 6 menjadi kendala mobil mewah keluaran baru di Indonesia. Penyesuaian secara komputerisasi menjadi alternatif.

Sebelum mobil-mobil premium yang lalu lalang memiliki jaringan pemasaran resmi, nama-nama besar Eropa, seperti Jaguar, Aston Martin, Rolls Royce, hingga Bentley masuk melalui tangan-tangan importir umum (IU).

Mobil yang dipasarkan tersebut mengikuti spesifikasi negara asal. Namun, sebagian besar tetap mengusung spesifikasi global yang dibuat prinsipal. Tetapi bukan tanpa masalah, kendala klasik yang menyelimuti terkait kecocokan bahan bakar.

Setelah tugas pemasaran dipegang Agen Pemegang Merek (APM), masih banyak konsumen yang bertanya mengenai spesifikasi bahan bakar. Sebab, di Indonesia kandungan Researh Octane Number (RON) paling tinggi hanya 95 yang dimiliki Pertamax Plus.

Hal ini berbeda dengan kadar RON yang terdapat di Eropa. Mengingat teknologi yang ditanamkan menerapkan standar emisi Euro 6. Kendati RON 95 dinilai cukup baik, hal tersebut masih kurang, hasilnya APM mobil mewah Eropa harus "menyesuaikan" spesifikasi mobil mereka.

Darwin Maspolim, vice president PT Grand Auto Dinamika (GAD), selaku APM Jaguar Land Rover (JLR) di Indonesia, masih banyak calon konsumen yang bertanya tentang kecocokan bahan. Padahal, mobil yang didatangkan telah dibuat mengikuti standar bahan bakar RON 95.

"Kadang konsumen tidak mengerti hal ini, spesifikasi mobil itu (Eropa) pasti telah mengikuti standar di Indonesia, sesuai dengan oktan atau kualitas spek yang ada di Indonesia," ujar Darwin, yang ditemui usai peresmian showroom baru JLR di kawasan Arteri Pondok Indah, Jakarta, baru-baru ini.

Dia mengatakan, semua produk JLR yang dipasarkan melalui GAD disesuaikan secara komputerisasi. Mekanik hanya tinggal mengatur batas nilai oktan agar sesuai dengan bahan bakar di Indonesia. Tapi hal ini bukan tanpa kendala, karena Pertamina Dex sekalipun belum cukup baik.

"Jadi bukan diganti mesinnya. Kita enggak pernah down great mesin, tapi sistem komputernya saja yang disesuaikan dengan bahan bakar di Indonesia. Jadi banyak sekali customer yang impor sendiri beli dari IU, tiba-tiba datang ke kita dengan masalah pada mobilnya," pungkas Darwin.
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9296 seconds (0.1#10.140)