Pertamina Gandeng Repsol Ciptakan Ban Racing MotoGP

Kamis, 29 September 2016 - 18:47 WIB
Pertamina Gandeng Repsol Ciptakan Ban Racing MotoGP
Pertamina Gandeng Repsol Ciptakan Ban Racing MotoGP
A A A
JAKARTA - PT Pertamina (Persero) baru-baru ini menandatangani head of agreement (HoA) dengan Repsol S.A untuk menciptakan ban yang digunakan pembalap MotoGP. Rencananya, Pertamina dan Repsol akan membangun sebuah pabrik Treated Distillate Aromatic Extract (TDAE) untuk produk karet.

Vice President Corporate Communication Pertamina, Wianda Pusponegoro menjelaskan, pabrik TDAE ini adalah pabrik bahan baku untuk additive produk karet yang ramah lingkungan. Nantinya, dari bahan baku karet tersebut akan diproduksi ban yang khusus digunakan untuk arena balap.

"Untuk menjadikan produksi ban, ban ini khususnya ban untuk racing internasional seperti MotoGP. Ini jenis produk yang hybrid, bukan produk sembarangan ban secara massal," ujarnya, saat berbincang dengan media di Jakarta, Kamis (29/9/2016).

Dia mengatakan, pabrik tersebut akan dibangun di area RU IV Cilacap untuk mengolah minarex. Saat ini, Pertamina tengah melalui proses uji kelayakan (feasibility study/FS) baik secara ekonomi maupun teknis.

Setelah itu, akan ditetapkan posisi kepemilikan saham dari perusahaan patungan (joint venture) tersebut. Diperkirakan, belanja modal (capital expenditure/capex) yang dibutuhkan untuk membangun pabrik tersebut adalah sekitar USD80 juta atau Rp1 triliun.

"Akan ditetapkan berapa joint venture-nya, berapa persen kepemilikan sahamnya. Capex yang dibutuhkan itu sekitar USD80 juta. Kapasitasnya 6 ribu ton per tahun," jelasnya.

Mantan presenter berita ini berharap perusahaan patungan tersebut bisa berdiri pada awal 2017. Sebab, perseroan menargetkan pabrik tersebut sudah bisa mulai beroperasi secara komersial pada 2019.

"Harapannya kita bisa commercial operation pada 2019. Jadi kemungkinan besar setelah review kan ada proses FS, setelah itu sebelum FID keluar kita lihat kompsisi joint venture seperti apa," katanya.

"Pertamina biasanya posisinya mayoritas. Targetnya paling enggak kita harus sudah punya joint venture di awal tahun 2017. Karena bangun pabrik bisa 18-24 bulan," tandas Wianda.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9055 seconds (0.1#10.140)