Renault Diduga Lakukan Manipulasi Emisi
A
A
A
PARIS - Belum tuntas penyelesaian kasus Kasus Dieselgate yang menimpa Volkswagen Group, kini yang pihak berwenang Prancis lewat sebuah badan anti penipuan (DGCCRF) di Kementerian Keuangan dikabarkan sedang melakukan investigasi terhadap Renault atas dugaan kecurangan dalam pengujian emisi.
Seperti dilansirdari Reuters, Kamis (16/3/2017) CEO Renault, Carlos Ghosn, disebut-sebut menjadi salah satu pihak yang bertanggung jawab atas terjadinya kasus ini.
Renault sendiri telah beberapa kali menampik isu yang menerpa mereka terkait kecurangan emisi ini. Saham Renault pun seketika merosot 3,7 persen setelah kabar investigasi ini diterbitkan oleh harian lokal Liberation.
Renault dalam pernyataannya mengatakan Renault saat ini belum bisa berkomentar banyak mengenai proses investigasi ini karena mereka tidak diberi akses ke sana.
Kasus skandal manipulasi emisi pernah terjadi juga pada produk SUV Qashqai yang menggunakan mesin diesel. Pemerintah Korea Selatan, dalam pernyatannya, menyebutkan akan menyampaikan kasus ini ke kejaksaan untuk menuntut Nissan Motor Korea Selatan.
Tuduhan dilayangkan setelah penyelidikan pada 20 mobil diesel oleh Pemerintah Korsel dan menemukan alat manipulasi data (defeat device) pada unit Nissan Qashqai. Hal ini sama halnya dengan kasus ‘Diesel-gate’ Volkswagen.
Mobil itu disebut-sebut dilengkapi dengan perangkat yang dapat menonaktifkan sistem pengaturan emisi saat mobil dilajukan dalam kondisi normal.
Selain denda uang, Pemerintah Korea Selatan juga meminta Nissan menarik 814 unit Qashqai yang terdampak skandal emisi.
Tuduhan ini dibantah oleh Nissan Motor Korea Selatan. “Nissan Motor tidak pernah memanipulasi data pada kendaraan apa pun yang kami produksi dan menggunakan perangkat seperti itu," dalam pernyataan Nissan Motor Korea Selatan,,
Skandal emisi produk diesel Volkswagen yang terkuak November lalu, membuat Pemerintah Korea memperketat pemeriksaan pada produk-produk diesel yang dipasarkan di negara K-Pop ini. Hingga berita ini diturunkan pemeriksaan masih terus berlanjut.
Seperti dilansirdari Reuters, Kamis (16/3/2017) CEO Renault, Carlos Ghosn, disebut-sebut menjadi salah satu pihak yang bertanggung jawab atas terjadinya kasus ini.
Renault sendiri telah beberapa kali menampik isu yang menerpa mereka terkait kecurangan emisi ini. Saham Renault pun seketika merosot 3,7 persen setelah kabar investigasi ini diterbitkan oleh harian lokal Liberation.
Renault dalam pernyataannya mengatakan Renault saat ini belum bisa berkomentar banyak mengenai proses investigasi ini karena mereka tidak diberi akses ke sana.
Kasus skandal manipulasi emisi pernah terjadi juga pada produk SUV Qashqai yang menggunakan mesin diesel. Pemerintah Korea Selatan, dalam pernyatannya, menyebutkan akan menyampaikan kasus ini ke kejaksaan untuk menuntut Nissan Motor Korea Selatan.
Tuduhan dilayangkan setelah penyelidikan pada 20 mobil diesel oleh Pemerintah Korsel dan menemukan alat manipulasi data (defeat device) pada unit Nissan Qashqai. Hal ini sama halnya dengan kasus ‘Diesel-gate’ Volkswagen.
Mobil itu disebut-sebut dilengkapi dengan perangkat yang dapat menonaktifkan sistem pengaturan emisi saat mobil dilajukan dalam kondisi normal.
Selain denda uang, Pemerintah Korea Selatan juga meminta Nissan menarik 814 unit Qashqai yang terdampak skandal emisi.
Tuduhan ini dibantah oleh Nissan Motor Korea Selatan. “Nissan Motor tidak pernah memanipulasi data pada kendaraan apa pun yang kami produksi dan menggunakan perangkat seperti itu," dalam pernyataan Nissan Motor Korea Selatan,,
Skandal emisi produk diesel Volkswagen yang terkuak November lalu, membuat Pemerintah Korea memperketat pemeriksaan pada produk-produk diesel yang dipasarkan di negara K-Pop ini. Hingga berita ini diturunkan pemeriksaan masih terus berlanjut.
(wbs)