Pertamina Perkirakan Harga BBM Standar Euro 4 Lebih Mahal Rp300
A
A
A
JAKARTA - Seiring dengan kebijakan standar emisi kendaraan Euro 4 yang akan berlaku pada akhir 2018, PT Pertamina (Persero) tengah menyiapkan ketersediaan bahan bakar minyak (BBM) jenis tersebut. Lalu, berapa harga BBM jenis ini?
Vice President Ritel Fuel Marketing PT Pertamina (Persero) Afandi mengemukakan, ini merupakan kebijakan pemerintah. Tugas pertamina adalah menyiapkan BBM berstandar Euro 4. Di mana ada dua indikator yang tengah disiapkan, yaitu oktan number (research octane number/RON) dan sulfur konten. Untuk BBM Euro 4 oktan numbernya minimal harus RON 91 dan sulfur konten 50 parts per million (ppm).
"Kita masih punya waktu 1,5 tahun untuk mempersiapkan BBM Euro 4. Oktan number dan sulfur konten menjadi hal yang sedang kami penuhi. Kita optimistis tahun 2025 untuk gasoline bisa semua Euro 4," ujarnya, dalam Media Gathering bersama Pertamina Lubricants di Jakarta, Jumat (5/5/2017).
Dia memperkirakan untuk harga BBM Euro 4 lebih tinggi sekitar Rp200-Rp300 dari BBM biasa. Hal ini karena ongkos produksinya berbeda. "Ini sama terjadi di luar negeri," imbuhnya.
Saat ini, kata Afandi, pihaknya sedang mempersiapkan kilang untuk produksi BBM Euro 4. Untuk tahap pertama BBM Euro 4 akan dilakukan pada Pertamax Turbo dan Pertamina Dex. "Kita siapkan secara bertahap. Untuk tahap pertama pada segmen yang atas dulu, yaitu Pertamax Turbo dan Pertamina Dex. Setelah itu BBM jenis lain mengikuti," tandas Afandi.
Seperti diketahui, standar Euro berawal dari kebijakan Uni Eropa yang mewajibkan penggunaan bensin lebih ramah lingkungan pada 1990. Standar Euro kini diadopsi negara lain, tak terkecuali Indonesia.
Di beberapa negara maju, standar penerapan emisi sudah mencapai Euro 6. Sementara Indonesia masih menggunakan Euro 2.
Untuk Euro 2, mesin diesel harus menggunakan solar dengan kadar sulfur di bawah 500 ppm; Euro 3, kadar sulfur di bawah 150 PPM; Euro 4 dan Euro 5 kadar sulfur di bawah 50 PPM. Sementara Euro 6 reduksi sulfur di mesin bensin dan solar harus jauh lebih kecil serta lebih ramah lingkungan.
Indonesia saat ini jauh tertinggal dari negara tetangga, seperti Malaysia yang sudah menggunakan Euro 4. Bahkan, Singapura akan segera menerapkan Euro 5. Hal ini yang mendorong pemerintah untuk meningkatkan standar emisi di Indonesia menjadi Euro 4.
(Kanan-Kiri) Vice President Corporate Communication PT Pertamina Adiatma Sardjito (kanan) bersama Vice President Retail Fuel Marketing PT Pertamina Afandi dan Public Relation PT Pertamina Lubricants Intania Prionggo (tengah) di Jakarta, Jumat (5/5/17).
Vice President Ritel Fuel Marketing PT Pertamina (Persero) Afandi mengemukakan, ini merupakan kebijakan pemerintah. Tugas pertamina adalah menyiapkan BBM berstandar Euro 4. Di mana ada dua indikator yang tengah disiapkan, yaitu oktan number (research octane number/RON) dan sulfur konten. Untuk BBM Euro 4 oktan numbernya minimal harus RON 91 dan sulfur konten 50 parts per million (ppm).
"Kita masih punya waktu 1,5 tahun untuk mempersiapkan BBM Euro 4. Oktan number dan sulfur konten menjadi hal yang sedang kami penuhi. Kita optimistis tahun 2025 untuk gasoline bisa semua Euro 4," ujarnya, dalam Media Gathering bersama Pertamina Lubricants di Jakarta, Jumat (5/5/2017).
Dia memperkirakan untuk harga BBM Euro 4 lebih tinggi sekitar Rp200-Rp300 dari BBM biasa. Hal ini karena ongkos produksinya berbeda. "Ini sama terjadi di luar negeri," imbuhnya.
Saat ini, kata Afandi, pihaknya sedang mempersiapkan kilang untuk produksi BBM Euro 4. Untuk tahap pertama BBM Euro 4 akan dilakukan pada Pertamax Turbo dan Pertamina Dex. "Kita siapkan secara bertahap. Untuk tahap pertama pada segmen yang atas dulu, yaitu Pertamax Turbo dan Pertamina Dex. Setelah itu BBM jenis lain mengikuti," tandas Afandi.
Seperti diketahui, standar Euro berawal dari kebijakan Uni Eropa yang mewajibkan penggunaan bensin lebih ramah lingkungan pada 1990. Standar Euro kini diadopsi negara lain, tak terkecuali Indonesia.
Di beberapa negara maju, standar penerapan emisi sudah mencapai Euro 6. Sementara Indonesia masih menggunakan Euro 2.
Untuk Euro 2, mesin diesel harus menggunakan solar dengan kadar sulfur di bawah 500 ppm; Euro 3, kadar sulfur di bawah 150 PPM; Euro 4 dan Euro 5 kadar sulfur di bawah 50 PPM. Sementara Euro 6 reduksi sulfur di mesin bensin dan solar harus jauh lebih kecil serta lebih ramah lingkungan.
Indonesia saat ini jauh tertinggal dari negara tetangga, seperti Malaysia yang sudah menggunakan Euro 4. Bahkan, Singapura akan segera menerapkan Euro 5. Hal ini yang mendorong pemerintah untuk meningkatkan standar emisi di Indonesia menjadi Euro 4.
(Kanan-Kiri) Vice President Corporate Communication PT Pertamina Adiatma Sardjito (kanan) bersama Vice President Retail Fuel Marketing PT Pertamina Afandi dan Public Relation PT Pertamina Lubricants Intania Prionggo (tengah) di Jakarta, Jumat (5/5/17).
(dmd)