Aliansi Renault-Nissan Laporkan Peningkatan Sinergi Sebesar 16% 2016

Kamis, 13 Juli 2017 - 20:02 WIB
Aliansi Renault-Nissan...
Aliansi Renault-Nissan Laporkan Peningkatan Sinergi Sebesar 16% 2016
A A A
JAKARTA - Anggota Aliansi berhasil melakukan penghematan, dengan menghasilkan pendapatan tambahan dan menerapkan beberapa langkah mengurangi biaya melalui kemitraan automotif terkemuka di dunia.

Nilai sinergi tahunan yang direalisasikan oleh Aliansi mencapai €5 miliar di 2016, naik dari €4,3 miliar pada tahun 2015. Operasi gabungan dalam engineering, manufacturing dan purchasing menyumbang sebagian besar perbaikan sinergi sebesar €700 juta.

"Pengembangan kerja sama di seluruh Aliansi memberikan manfaat yang besar bagi seluruh anggota, hal ini tercermin dari skala ekonomi, terobosan teknologi dan inovasi yang dibagikan antara Renault dan Nissan," ujar Carlos Ghosn, Chairman and Chief Executive Officer Renault-Nissan Alliance. "Kami berada di jalur yang tepat untuk merealisasikan sinergi sebesar € 5,5 miliar di tahun 2018, bahkan sebelum memperhitungkan kontribusi dari Mitsubishi Motors, mitra Aliansi baru kami."

Dengan bergabungnya Mitsubishi Motors menjadi anggota penuh ketiga Aliansi pada akhir 2016, penjualan tahunan sudah mencapai 10 juta unit. Mitsubishi Motors datang dua tahun setelah Renault dan Nissan memperdalam kemitraan mereka dengan menggabungkan empat fungsi utama yaitu Engineering, Manufacturing & Supply Chain Management, Purchasing and Human Resources. Setiap fungsi tersebut dipimpin oleh Alliance Executive Vice President.

"Kami terus melihat adanya hasil nyata dari konvergensi besar ini," tambah Ghosn. "Sinergi kami yang terus berkembang membantu Renault, Nissan dan sekarang Mitsubishi Motors memenuhi tujuan finansial dan memberikan kendaraan bernilai lebih tinggi kepada pelanggan di era mobilitas."

Saat ini anggota Aliansi diharapkan dapat mengenalkan lebih banyak teknologi generasi berikutnya pada kendaraan listrik, swakemudi dan mobil yang saling terhubung dan akan meningkatkan kesamaan platform, powertrain dan komponen untuk meningkatkan daya saing dan mengidentifikasi sinergi baru.

Pada bulan April 2017, Aliansi menciptakan unit bisnis kendaraan komersial ringan yang akan memberikan sinergi tambahan untuk van dan truk ringan. Unit baru ini akan memaksimalkan pengembangan produk bersama dan produksi silang, berbagi teknologi dan pengurangan biaya, sambil mempertahankan diferensiasi merek di antara anggota Aliansi.

Dengan penambahan Mitsubishi Motors, Aliansi diharapkan dapat menghasilkan sinergi tambahan dari pengadaan dan logistik bersama, serta kerjasama lebih erat dalam hal lokalisasi, pemanfaatan pabrik, platform kendaraan, berbagi teknologi dan perluasan kerjasama baik di negara mapan dan berkembang.

Mitsubishi Motors diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada Aliansi di berbagai bidang seperti kendaraan hybrid plug-in, pick-up, truk ringan dan kendaraan sport, serta memperkuat pasar di kawasan ASEAN

Arsitektur CMF didasarkan pada lima komponen utama yang memungkinkan para insinyur untuk mengganti modul untuk membuat ratusan varian di sebagian besar merek Aliansi.

Aliansi telah mendapatkan manfaat signifikan dari CMF sejak diperkenalkan pada tahun 2013.

Renault Kwid yang mulai dijual di India pada tahun 2015, menjadi model Aliansi pertama yang dibangun dengan menggunakan arsitektur CMF-A untuk segmen mobil kecil dan terjangkau. Tahun lalu, Nissan meluncurkan model Datsun berdasarkan arsitektur CMF-A yang sama di India: Datsun redi-GO. Mobil-mobil ini berbagi lebih dari 60 persen komponen yang sama, namun tetap dapat menawarkan pengalaman merek yang berbeda kepada pelanggan.

Pada tahun 2016, Aliansi menyelesaikan penggelaran seluruh model mobil berdasarkan arsitektur CFM-C/D dengan diluncurkannya New Renault Scenic dan New Megane. Kendaraan Aliansi lainnya yang diproduksi dengan menggunakan arsitektur CFM-C/D termasuk Nissan Rogue, Qashqai dan X-Trail, New Renault Espace, Kadjar dan Talisman.

Pada tahun 2020, Aliansi menargetkan 70 persen kendaraannya akan dibangun berdasarkan platform CMF. Pendekatan ini diharapkan dapat berkontribusi pada penghematan biaya pengadaan komponen hingga 30% dan biaya produksi hingga 40%.
(wbs)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1413 seconds (0.1#10.140)