Pembuktian Teknologi Agar Jepang Tak Lagi Dipandang Sebelah Mata
A
A
A
TOKYO - Rabu (25/10/2017), tepat pukul 08.00 WIB atau 10.00 waktu Jepang, industri automotif Negeri Sakura menggelar pesta automotif dua tahunan. Pesta berlabel Tokyo Motor Show (TMS) 2017 ini menjadi ajang pembuktian bahwa Jepang bisa melompat lebih tinggi lagi dengan mengandalkan teknologi, sehingga tak lagi dipandang sebelah mata oleh beberapa pabrikan dunia.
Angin topan yang menerjang wilayah Jepang saat ini sepertinya menjadi tanda-tanda alam akan peliknya posisi industri automotif di Jepang saat ini. Tidak bisa dipungkiri saat ini industri automotif dunia tengah memalingkan muka dari Jepang.
Sebab pandangan mereka saat ini terarah ke negeri lain, China. Pasar automotif yang begitu besar membuat pelaku industri automotif dunia lebih melirikkan mata ke China ketimbang Jepang.
Hal ini sangat terasa dari daftar peserta Tokyo Motor Show 2017. Total ada 150 peserta yang ikut serta di pameran automotif paling prestisius di Asia tersebut. Angka ini lebih kecil dibanding peserta TMS 2015 yang mencapai 160 merek.
Pabrikan Amerika seperti Ford, General Motor, dan Chrysler sendiri masih menutup mata pada TMS. Mereka lebih memilih berada di China ketimbang di Jepang. Bahkan beberapa mobil premium seperti Bentley, Jaguar dan Land Rover tidak terlihat di TMS 2017.
“Dua pameran automotif di China seperti Beijing dan Shanghai memang lebih dilirik oleh mobil-mobil luxury. Mereka memilih China karena mereka mencoba menapakkan kaki mereka di pasar automotif terbesar di dunia saat ini,” ujar Peter Lyon, penulis buku Flashing Hazards dan presenter program automotif stasiun televisi NHK, Samurai Wheels.
Namun Peter Lyon melihat Jepang masih diperhitungkan karena industri automotif di Jepang sudah sangat maju baik dari segi kualitas produksi dan teknologi. “Ini satu hal yang masih bisa dibanggakan dari Jepang,” terangnya.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Ketua Komite Automotif China Wang Xia pada pembukaan Global Forum Otomotif di Chongqing, China. Dia mengatakan saat ini industri automotif China masih bermigrasi dari negara berkembang ke negara maju.
China memang memiliki peluang besar menjadi manufaktur automotif terbesar di dunia. Hanya menurutnya China masih memiliki pekerjaan rumah agar industri automotif China lebih kuat dan stabil. Xia juga mengatakan salah satu tantangan yang dihadapi oleh produsen China adalah meningkatkan teknologi dan kualitas produksi.
“Kualitas dan teknologi merek selama ini masih menjadi dua isu utama yang dihadapi oleh merek mobil China ketika bersaing dengan merek yang sudah mapan,” tegasnya.
Jepang beruntung karena saat ini teknologi yang mereka buat sudah melompat jauh ke depan. Apa yang terasa di Amerika Serikat dan Eropa juga terjadi di Jepang. Tidak jarang melampaui capaian Amerika dan Eropa.
Contoh saja pengembangan teknologi mobil otonom dan listrik. Saat ini Jepang adalah negara termaju yang paling cepat mengaplikasikan teknologi tersebut. Nissan Leaf adalah mobil listrik paling laris di dunia saat ini.
Di Tokyo Motor Show 2017 percepatan teknologi tersebut semakin berlari kencang. Berbagai mobil konsep, sebagai manifestasi percepatan teknologi tersebut, mereka hadirkan ke masyarakat dunia. Ambil contoh Mazda yang untuk pertama kalinya menghadirkan teknologi terbaru SKYACTIV X di TMS 2017.
SKYACTIV X diyakini akan menjadi sebuah terobosan baru di teknologi. Teknologi ini adalah percampuran mesin bensin dan diesel yang ramah lingkungan. Mazda akan jadi pabrikan automotif pertama yang menggunakan teknologi ini.
Mitsuo Hitomi, Mazda Managing Executive Officer Mazda Motor Corp mengatakan, upaya pencapaian teknologi tersebut tidak mudah. Mazda membutuhkan waktu yang cukup panjang agar bisa menyeimbangkan teknologi mesin bensin dan diesel. “Jika ini tidak tercapai, maka selesai sudah,” kata Hitomi.
Keinginan mencapai sesuatu yang tidak mungkin itulah yang membuat pabrikan automotif Jepang terasa istimewa. Keinginan ini juga yang terasa oleh Toyota di ajang TMS 2017. Di ajang ini Toyota mencoba mengembangkan teknologi kecerdasan artifisial dalam mobil konsep mereka. Nantinya mobil konsep mereka akan sanggup berbicara dan merasakan apa yang dirasakan oleh pengemudi.
Kecerdasan artifisial juga digunakan oleh Honda dalam mengembangkan mobil otonom mereka. Mobil otonom Honda nantinya bukan sekadar bisa berjalan sendiri tapi juga mendeteksi perilaku pengguna jalan yang dilalui mobil Honda. Teknologi yang sama juga diaplikasikan di mobil konsep Honda yang ditampilkan di TMS 2017 yakni Honda Sport EV Concept dan Honda Urban EV Concept.
Mitsubishi juga mencoba mengaplikasikan teknologi kecerdasan artifisial mereka pada Mitsubishi e-Evolution concept. Mobil listrik SUV dengan penggerak empat roda ini akan memaksimalkan kemampuan kecerdasan artifisial lebih menarik lagi klaim mereka.
Keajaiban teknologi dan kemapanan industri inilah yang dicoba oleh Jepang agar mampu menempatkan diri mereka di posisi terhormat automotif dunia. Mereka butuh melompat lebih tinggi lagi melampaui negara-negara pelaku industri automotif lainnya. “Pemain-pemain baru akan terus bermunculan. Mereka kemungkinan akan merubah landscape automotif dunia. Kita harus lakukan sekarang atau tidak sama sekali,” tegas Takeshi Uchiyamada, Chairman of the Board of Directors Toyota Motor Corporation.
Angin topan yang menerjang wilayah Jepang saat ini sepertinya menjadi tanda-tanda alam akan peliknya posisi industri automotif di Jepang saat ini. Tidak bisa dipungkiri saat ini industri automotif dunia tengah memalingkan muka dari Jepang.
Sebab pandangan mereka saat ini terarah ke negeri lain, China. Pasar automotif yang begitu besar membuat pelaku industri automotif dunia lebih melirikkan mata ke China ketimbang Jepang.
Hal ini sangat terasa dari daftar peserta Tokyo Motor Show 2017. Total ada 150 peserta yang ikut serta di pameran automotif paling prestisius di Asia tersebut. Angka ini lebih kecil dibanding peserta TMS 2015 yang mencapai 160 merek.
Pabrikan Amerika seperti Ford, General Motor, dan Chrysler sendiri masih menutup mata pada TMS. Mereka lebih memilih berada di China ketimbang di Jepang. Bahkan beberapa mobil premium seperti Bentley, Jaguar dan Land Rover tidak terlihat di TMS 2017.
“Dua pameran automotif di China seperti Beijing dan Shanghai memang lebih dilirik oleh mobil-mobil luxury. Mereka memilih China karena mereka mencoba menapakkan kaki mereka di pasar automotif terbesar di dunia saat ini,” ujar Peter Lyon, penulis buku Flashing Hazards dan presenter program automotif stasiun televisi NHK, Samurai Wheels.
Namun Peter Lyon melihat Jepang masih diperhitungkan karena industri automotif di Jepang sudah sangat maju baik dari segi kualitas produksi dan teknologi. “Ini satu hal yang masih bisa dibanggakan dari Jepang,” terangnya.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Ketua Komite Automotif China Wang Xia pada pembukaan Global Forum Otomotif di Chongqing, China. Dia mengatakan saat ini industri automotif China masih bermigrasi dari negara berkembang ke negara maju.
China memang memiliki peluang besar menjadi manufaktur automotif terbesar di dunia. Hanya menurutnya China masih memiliki pekerjaan rumah agar industri automotif China lebih kuat dan stabil. Xia juga mengatakan salah satu tantangan yang dihadapi oleh produsen China adalah meningkatkan teknologi dan kualitas produksi.
“Kualitas dan teknologi merek selama ini masih menjadi dua isu utama yang dihadapi oleh merek mobil China ketika bersaing dengan merek yang sudah mapan,” tegasnya.
Jepang beruntung karena saat ini teknologi yang mereka buat sudah melompat jauh ke depan. Apa yang terasa di Amerika Serikat dan Eropa juga terjadi di Jepang. Tidak jarang melampaui capaian Amerika dan Eropa.
Contoh saja pengembangan teknologi mobil otonom dan listrik. Saat ini Jepang adalah negara termaju yang paling cepat mengaplikasikan teknologi tersebut. Nissan Leaf adalah mobil listrik paling laris di dunia saat ini.
Di Tokyo Motor Show 2017 percepatan teknologi tersebut semakin berlari kencang. Berbagai mobil konsep, sebagai manifestasi percepatan teknologi tersebut, mereka hadirkan ke masyarakat dunia. Ambil contoh Mazda yang untuk pertama kalinya menghadirkan teknologi terbaru SKYACTIV X di TMS 2017.
SKYACTIV X diyakini akan menjadi sebuah terobosan baru di teknologi. Teknologi ini adalah percampuran mesin bensin dan diesel yang ramah lingkungan. Mazda akan jadi pabrikan automotif pertama yang menggunakan teknologi ini.
Mitsuo Hitomi, Mazda Managing Executive Officer Mazda Motor Corp mengatakan, upaya pencapaian teknologi tersebut tidak mudah. Mazda membutuhkan waktu yang cukup panjang agar bisa menyeimbangkan teknologi mesin bensin dan diesel. “Jika ini tidak tercapai, maka selesai sudah,” kata Hitomi.
Keinginan mencapai sesuatu yang tidak mungkin itulah yang membuat pabrikan automotif Jepang terasa istimewa. Keinginan ini juga yang terasa oleh Toyota di ajang TMS 2017. Di ajang ini Toyota mencoba mengembangkan teknologi kecerdasan artifisial dalam mobil konsep mereka. Nantinya mobil konsep mereka akan sanggup berbicara dan merasakan apa yang dirasakan oleh pengemudi.
Kecerdasan artifisial juga digunakan oleh Honda dalam mengembangkan mobil otonom mereka. Mobil otonom Honda nantinya bukan sekadar bisa berjalan sendiri tapi juga mendeteksi perilaku pengguna jalan yang dilalui mobil Honda. Teknologi yang sama juga diaplikasikan di mobil konsep Honda yang ditampilkan di TMS 2017 yakni Honda Sport EV Concept dan Honda Urban EV Concept.
Mitsubishi juga mencoba mengaplikasikan teknologi kecerdasan artifisial mereka pada Mitsubishi e-Evolution concept. Mobil listrik SUV dengan penggerak empat roda ini akan memaksimalkan kemampuan kecerdasan artifisial lebih menarik lagi klaim mereka.
Keajaiban teknologi dan kemapanan industri inilah yang dicoba oleh Jepang agar mampu menempatkan diri mereka di posisi terhormat automotif dunia. Mereka butuh melompat lebih tinggi lagi melampaui negara-negara pelaku industri automotif lainnya. “Pemain-pemain baru akan terus bermunculan. Mereka kemungkinan akan merubah landscape automotif dunia. Kita harus lakukan sekarang atau tidak sama sekali,” tegas Takeshi Uchiyamada, Chairman of the Board of Directors Toyota Motor Corporation.
(mim)