Setelah Biosolar, Pemerintah Incar Pembuatan Bioavtur

Minggu, 16 September 2018 - 15:25 WIB
Setelah Biosolar, Pemerintah...
Setelah Biosolar, Pemerintah Incar Pembuatan Bioavtur
A A A
BANDUNG - Menguatnya nilai tukar dolar AS terhadap rupiah membuat pemerintah berpikir keras untuk mengendalikannya. Salah cara yang dilakukan adalah merekayasa bahan bakar minyak dari BBM murni fosil menjadi campuran dengan minyak nabati, dalam hal ini olahan sawit.

Diketahui bahwa kebutuhan dolar di Indonesia banyak terserap untuk pembelian BBM. Ini dikarenakan Indonesia sudah menjadi importir minyak bumi.

Saat ini pemerintah sudah merilis kebijakan B20, di mana bahan bakar solar dikombinasikan dengan campuran olahan sawit sebanyak 20%.

Setelah solar, kini pemerintah beralih ke avtur yang konsumsinya tinggi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, tahun 2007 jumlah konsumsi avtur nasional mencapai 14,8 juta barel. Dan pada 2011 konsumsi bahan bakar pesawat naik menjadi 21 juta barel.

"Penelitian bioavtur membutuhkan lembaga yang terpercaya dan itu adalah Institut Teknologi Bandung (ITB) tengah melakukan penelitian tersebut," kata Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita dalam kunjungannya ke laboratorium penelitian bioavtur ITB, Kota Bandung, Jawa Barat, Sabtu (15/9/2018).

Mendag mengungkapkan, adanya bioavtur pada akhirnya bisa menjadi salah satu cara untuk menghemat devisa negara. Sekaligus menggunakan sumberdaya yang ada di dalam negeri.

Institut Teknologi Bandung (ITB) mengaku sudah melakukan penelitian biodiesel bersama Pertamina. Dan sekarang tengah mengembangkan riset bahan bakar penerbangan bioavtur ramah lingkungan.

Mendag pun menyatakan dukungannya atas penelitian yang dilakukan ITB. “BPDP (Badan Pengelola Dana Perkebunan), Pertamina, GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia), Pertamina menyambut baik penelitian ini,” ujarnya.

Ditanya targetnya, politikus Partai NasDem itu menjawab, proses penelitian diharapkan bisa dituntaskan tahun iini juga. “Semoga tahun ini sudah siap, kami tunggu laporan Pak Rektor (ITB) dan tim ke Presiden," harap Mendag seraya menambahkan, dirinya pernah berbicara ke Boeing dan Airbus agar mesin pesawatnya bisa mengonsumsi bahan bakar bioavtur kalau mau produknya dibeli Indonesia.

Anggota tim peneliti bioavtur, Prof Subagjo mengatakan, tim ITB terus melakukan upaya maksimal guna meenemukan formula terbaik bioavtur. "Di luar negeri sudah ada, hanya kalau di sana bioavtur menggunakan minyak nabati. Kalau di Indonesia, karena sumberdayanya paling banyak sawit, maka digunakan minyak sawit," papar Guru Besar Fakultas Teknologi Industri ITB itu saat menemani kunjungan Mendag ke kampus tersebut.

Sekadar informasi, International Civil Aviation Organization (ICAO) telah merestui keberadaan bioavtur. Penggunaan bioavtur dengan komposisi 5-10% diharapkan dapat menciptakan efisiensi bahan bakar penerbangan 1,5% pada 2020 untuk mencapai carbonara neutral growth.
(wbs)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6887 seconds (0.1#10.140)