Potensi Pasar Luas, Industri Automotif Didorong Genjot Ekspor
A
A
A
JAKARTA - Para produsen automotif nasional didorong untuk meningkatkan ekspor kendaraan. Hal ini didasarkan pada besarnya potensi pasar di wilayah ASEAN serta semakin berkembangnya industri automotif di Tanah Air. Data Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyebutkan, ekspor mobil pada tahun lalu mencapai 346.000 unit. Adapun sepanjang 2019 ini, ekspor ditargetkan bisa mencapai 400.000 unit atau naik 15,6%.
Peningkatan ini seiring tumbuhnya permintaan konsumen luar negeri terutama di Asia Tenggara dan terbukanya pasar baru seperti di Australia. Menteri Perindustrian (Menperin), Airlangga Hartarto mengatakan, industri automotif merupakan salah satu sektor manufaktur yang memiliki struktur mulai dari hulu sampai hilir.
“Kita sudah punya bahan baku seperti baja, plastik, kaca, ban, hingga mesinitu sudah diproduksi di dalam negeri. Lokal konten rata-rata di atas 80%. Ini yang menjadi andalan ekspor kita,” ujar dia di sela-sela pembukaan pameran Telkomsel Indonesia International Motor Show (IIMS) 2019 di Jakarta kemarin.
IIMS 2019 yang akan berlangsung hingga 5 Mei 2019 itu diikuti sekitar 36 merek kendaraan bermotor. Beberapa merek yang tampil antara lain Chevrolet, Datsun, DFSK, Honda, Hyundai, Mazda, Mitsubishi, Nissan, Suzuki, Toyota, dan Wuling. Sedangkan untuk roda dua yakni Aprilia, Benelli, BMW Motorrad, Gesits, Harley-Davidson, Honda, Husqvarna, Kawasaki, KTM, Kymco, Lambretta, Moto Guzzi, Piaggio, Royal Enfield, Suzuki, Triumph, dan Vespa.
Pada kesempatan tersebut Airlangga memberikan apresiasi kepada industri automotif nasional atas pencapaiannya selama ini. “Pasar ASEAN masih sangat potensial. Ekspor mobil kita ke Filipina dan Vietnam cukup besar,” kata Airlangga di sela-sela pameran kemarin.
Industri automotif nasional juga memcatatkan, volume produksi mobil yang mencapai 1,34 juta unit atau senilai USD13,76 miliar sepanjang 2018. Saat ini, empat perusahaan automotif besar telah menjadikan Indonesia sebagai rantai pasok global. “Dalam waktu dekat, ada beberapa principal automotif lagi yang bergabung dan akan menjadikan Indonesia sebagai hub manufaktur di wilayah Asia,” ungkap Airlangga.
Karena itu, kata dia, industri automotif terpilih menjadi bagian dari lima sektor manufaktur andalan dalam implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0. Selain mendapat prioritas pengembangan untuk lebih berdaya saing global, pemerintah juga mendorong industri automotif siap memasuki era industri 4.0. Dalam roadmap tersebut, ditargetkan pada 2030 Indonesia dapat menjadi basis produksi kendaraan bermotor Internal Combustion Engine (ICE) maupun Electrified Vehicle (EV) untuk pasar domestik maupun ekspor.
Hal ini perlu didukung kemampuan industri dalam negeri, mulai dari memproduksi bahan baku dan komponen utama sampai pada optimalisasi produktivitas. Airlangga menambahkan, pemerintah telah menyiapkan program strategis pengembangan kendaraan emisi karbon rendah atau Low Carbon Emission Vehicle(LCEV). Pengembangan LCEV ini meliputi untuk Kendaran Hemat Energi Harga Terjangkau (LCGC), Electrified Vehicle dan Flexy Engine.
“Program yang akan dijalankan, antara lain untuk memperkenalkan kendaraan ramah lingkungan, kemudian terkait penerimaan masyarakat terhadap kendaraan electrified vehicle, kenyamanan berkendara, infrastruktur pengisian energi listrik, rantai pasok dalam negeri, adopsi teknologi dan regulasi, serta dukungan kebijakan baik fiskal maupun nonfiskal,” sebutnya.
Untuk itu, ujar Airlangga, strategi dalam mendukung pengembangan LCEV, di antaranya insentif fiskal berupa tax holiday atau mini tax holiday untuk industri komponen utama, seperti industri baterai dan industri motor listrik (magnet dan kumparan motor). Insentif ini diyakini dapat meningkatkan investasi masuk ke Indonesia.
“Kemudian, kami juga telah mengusulkan insentif super deductible tax sampai dengan 300% untuk industri yang melakukan aktivitas litbang dan desain, serta 200% untuk industri yang terlibat dalam kegiatan vokasi,” tutur politisi Partai Golkar itu. Kebijakan tersebu, kata Airlangga, terus didorong oleh Kemenperin guna memacu industri dapat lebih berdaya saing dan menguasai pasar global ke depannya.
Langkah strategis lainnya adalah melakukan ekstensifikasi pasar ekspor baru melalui negosiasi kerja sama Preferential Tariff Agreement (PTA) serta Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) dengan negara yang memiliki permintaan tinggi untuk kendaraan.
“Pemerintah sudah melakukan negosiasi melalui PTA atau CEPA untuk membuka pasar ekspor baru bagi otomotif Indonesia. Yang paling memungkinkan saat ini seperti pasar Australia,” ungkap Airlangga.
Kebijakan pengembangan LCEV juga didukung oleh pihak perbankan nasional. Sebagai contoh, Bank BRI menjadi bank nasional pertama yang meluncurkan program Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) untuk pembiayaaan electrified vehicle pada tanggal 15 April 2019 di Jakarta.
Dengan tingkat suku bunga sebesar 3,8% per tahun dengan tenor sampai enam tahun, diharapkan masyarakat dapat mulai beralih menggunakan kendaraan rendah emisi sekaligus mendukung terciptanya ketahanan energi nasional. Pameran IIMS kali ini memfokuskan pada teknologi digital dan kolaborasi dengan berbagai industri.
Melalui konsep tersebut, pihak penyelenggara optimistis bisa mendatangkan lebih dari 500.000 pengunjung dengan nilai transaksi di atas Rp4 triliun. Airlangga juga mengapresiasi kolaborasi antara industri automotif dan telekomunikasi yang terjadi tahun ini.
Demikian juga dilakukan di negara-negara maju. "Ke depan kita tidak hanya berbicara highway akan tetapi highway network. Karena autonomous vehicle menggunakan telekomunikasi sebagai basis informasi terutama trafik. Jadi, informasi akan masuk dengan cepat," ujar Airlangga.
Beragam Produk Anyar
Pada pameran kali ini, sejumlah Agen Pemegang Merek (APM) menghadirkan beragam produk. Mulai dari facelift hingga produk mobil ramah lingkungan. Toyota Astra Motor (TAM) misalnya memamerkan jajaran mobil hybridnya.
“Toyota menggunakan setiap moment untuk memberikan edukasi kepada publik tentang kendaraan elektrifikasi. Dalam hal ini, Toyota mempunyai line-up produk hybrid terbanyak yang ada di Indonesia sehingga Opening Day dimanfaatkan untuk memajang semua kendaraan hybrid Toyota,” kata Vice President Director Toyota Astra Motor (TAM) Henry Tanoto.
Sementara PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) memanfaatkan ajang IIMS 2019 sebagai lokasi world premiere Suzuki New Carry Pick Up. Mobil niaga ini ditargetkan mampu terjual sebanyak 5.000 unit per bulan di pasar domestik. Sedangkan untuk pasar ekspor ditargetkan mencapai 7.500 unit sampai dengan akhir tahun ini. Presiden Direktur PT SIS Seiji Itayama mengatakan, Suzuki New Carry Pick up produksi Indonesia juga akan diekspor ke banyak negara.
"Saat ini Suzuki Carry Pick Up sudah diekspor ke-59 negara. Rencananya kami akan mempeluas pasar ekspor untuk kendaraan ini hingga ke-100 negara," kata Seiji Itayama. Managing Director PT Sokonindo Automobile of Sales Centre Franz Wang mengungkapkan, di pameran kali ini pihaknya menghadirkan DFSK Glory 560 untuk menegaskan posisi sebagai pabrikan dengan spesialisasi di segmen sport utility vehicle (SUV).
“Segmen SUV telah menjadi pertumbuhan tercepat di pasar mobil Indonesia, segmen yang paling berkembang dan semakin banyak konsumen memilih SUV sebagai mobil pertama mereka, atau mengganti MPV mereka menjadi SUV,” paparnya. Wang menambahkan, pihaknya mematok target DFSK mampu memimpin pasar SUV Indonesia.
Peningkatan ini seiring tumbuhnya permintaan konsumen luar negeri terutama di Asia Tenggara dan terbukanya pasar baru seperti di Australia. Menteri Perindustrian (Menperin), Airlangga Hartarto mengatakan, industri automotif merupakan salah satu sektor manufaktur yang memiliki struktur mulai dari hulu sampai hilir.
“Kita sudah punya bahan baku seperti baja, plastik, kaca, ban, hingga mesinitu sudah diproduksi di dalam negeri. Lokal konten rata-rata di atas 80%. Ini yang menjadi andalan ekspor kita,” ujar dia di sela-sela pembukaan pameran Telkomsel Indonesia International Motor Show (IIMS) 2019 di Jakarta kemarin.
IIMS 2019 yang akan berlangsung hingga 5 Mei 2019 itu diikuti sekitar 36 merek kendaraan bermotor. Beberapa merek yang tampil antara lain Chevrolet, Datsun, DFSK, Honda, Hyundai, Mazda, Mitsubishi, Nissan, Suzuki, Toyota, dan Wuling. Sedangkan untuk roda dua yakni Aprilia, Benelli, BMW Motorrad, Gesits, Harley-Davidson, Honda, Husqvarna, Kawasaki, KTM, Kymco, Lambretta, Moto Guzzi, Piaggio, Royal Enfield, Suzuki, Triumph, dan Vespa.
Pada kesempatan tersebut Airlangga memberikan apresiasi kepada industri automotif nasional atas pencapaiannya selama ini. “Pasar ASEAN masih sangat potensial. Ekspor mobil kita ke Filipina dan Vietnam cukup besar,” kata Airlangga di sela-sela pameran kemarin.
Industri automotif nasional juga memcatatkan, volume produksi mobil yang mencapai 1,34 juta unit atau senilai USD13,76 miliar sepanjang 2018. Saat ini, empat perusahaan automotif besar telah menjadikan Indonesia sebagai rantai pasok global. “Dalam waktu dekat, ada beberapa principal automotif lagi yang bergabung dan akan menjadikan Indonesia sebagai hub manufaktur di wilayah Asia,” ungkap Airlangga.
Karena itu, kata dia, industri automotif terpilih menjadi bagian dari lima sektor manufaktur andalan dalam implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0. Selain mendapat prioritas pengembangan untuk lebih berdaya saing global, pemerintah juga mendorong industri automotif siap memasuki era industri 4.0. Dalam roadmap tersebut, ditargetkan pada 2030 Indonesia dapat menjadi basis produksi kendaraan bermotor Internal Combustion Engine (ICE) maupun Electrified Vehicle (EV) untuk pasar domestik maupun ekspor.
Hal ini perlu didukung kemampuan industri dalam negeri, mulai dari memproduksi bahan baku dan komponen utama sampai pada optimalisasi produktivitas. Airlangga menambahkan, pemerintah telah menyiapkan program strategis pengembangan kendaraan emisi karbon rendah atau Low Carbon Emission Vehicle(LCEV). Pengembangan LCEV ini meliputi untuk Kendaran Hemat Energi Harga Terjangkau (LCGC), Electrified Vehicle dan Flexy Engine.
“Program yang akan dijalankan, antara lain untuk memperkenalkan kendaraan ramah lingkungan, kemudian terkait penerimaan masyarakat terhadap kendaraan electrified vehicle, kenyamanan berkendara, infrastruktur pengisian energi listrik, rantai pasok dalam negeri, adopsi teknologi dan regulasi, serta dukungan kebijakan baik fiskal maupun nonfiskal,” sebutnya.
Untuk itu, ujar Airlangga, strategi dalam mendukung pengembangan LCEV, di antaranya insentif fiskal berupa tax holiday atau mini tax holiday untuk industri komponen utama, seperti industri baterai dan industri motor listrik (magnet dan kumparan motor). Insentif ini diyakini dapat meningkatkan investasi masuk ke Indonesia.
“Kemudian, kami juga telah mengusulkan insentif super deductible tax sampai dengan 300% untuk industri yang melakukan aktivitas litbang dan desain, serta 200% untuk industri yang terlibat dalam kegiatan vokasi,” tutur politisi Partai Golkar itu. Kebijakan tersebu, kata Airlangga, terus didorong oleh Kemenperin guna memacu industri dapat lebih berdaya saing dan menguasai pasar global ke depannya.
Langkah strategis lainnya adalah melakukan ekstensifikasi pasar ekspor baru melalui negosiasi kerja sama Preferential Tariff Agreement (PTA) serta Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) dengan negara yang memiliki permintaan tinggi untuk kendaraan.
“Pemerintah sudah melakukan negosiasi melalui PTA atau CEPA untuk membuka pasar ekspor baru bagi otomotif Indonesia. Yang paling memungkinkan saat ini seperti pasar Australia,” ungkap Airlangga.
Kebijakan pengembangan LCEV juga didukung oleh pihak perbankan nasional. Sebagai contoh, Bank BRI menjadi bank nasional pertama yang meluncurkan program Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) untuk pembiayaaan electrified vehicle pada tanggal 15 April 2019 di Jakarta.
Dengan tingkat suku bunga sebesar 3,8% per tahun dengan tenor sampai enam tahun, diharapkan masyarakat dapat mulai beralih menggunakan kendaraan rendah emisi sekaligus mendukung terciptanya ketahanan energi nasional. Pameran IIMS kali ini memfokuskan pada teknologi digital dan kolaborasi dengan berbagai industri.
Melalui konsep tersebut, pihak penyelenggara optimistis bisa mendatangkan lebih dari 500.000 pengunjung dengan nilai transaksi di atas Rp4 triliun. Airlangga juga mengapresiasi kolaborasi antara industri automotif dan telekomunikasi yang terjadi tahun ini.
Demikian juga dilakukan di negara-negara maju. "Ke depan kita tidak hanya berbicara highway akan tetapi highway network. Karena autonomous vehicle menggunakan telekomunikasi sebagai basis informasi terutama trafik. Jadi, informasi akan masuk dengan cepat," ujar Airlangga.
Beragam Produk Anyar
Pada pameran kali ini, sejumlah Agen Pemegang Merek (APM) menghadirkan beragam produk. Mulai dari facelift hingga produk mobil ramah lingkungan. Toyota Astra Motor (TAM) misalnya memamerkan jajaran mobil hybridnya.
“Toyota menggunakan setiap moment untuk memberikan edukasi kepada publik tentang kendaraan elektrifikasi. Dalam hal ini, Toyota mempunyai line-up produk hybrid terbanyak yang ada di Indonesia sehingga Opening Day dimanfaatkan untuk memajang semua kendaraan hybrid Toyota,” kata Vice President Director Toyota Astra Motor (TAM) Henry Tanoto.
Sementara PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) memanfaatkan ajang IIMS 2019 sebagai lokasi world premiere Suzuki New Carry Pick Up. Mobil niaga ini ditargetkan mampu terjual sebanyak 5.000 unit per bulan di pasar domestik. Sedangkan untuk pasar ekspor ditargetkan mencapai 7.500 unit sampai dengan akhir tahun ini. Presiden Direktur PT SIS Seiji Itayama mengatakan, Suzuki New Carry Pick up produksi Indonesia juga akan diekspor ke banyak negara.
"Saat ini Suzuki Carry Pick Up sudah diekspor ke-59 negara. Rencananya kami akan mempeluas pasar ekspor untuk kendaraan ini hingga ke-100 negara," kata Seiji Itayama. Managing Director PT Sokonindo Automobile of Sales Centre Franz Wang mengungkapkan, di pameran kali ini pihaknya menghadirkan DFSK Glory 560 untuk menegaskan posisi sebagai pabrikan dengan spesialisasi di segmen sport utility vehicle (SUV).
“Segmen SUV telah menjadi pertumbuhan tercepat di pasar mobil Indonesia, segmen yang paling berkembang dan semakin banyak konsumen memilih SUV sebagai mobil pertama mereka, atau mengganti MPV mereka menjadi SUV,” paparnya. Wang menambahkan, pihaknya mematok target DFSK mampu memimpin pasar SUV Indonesia.
(don)