Mempersiapkan Mobil Alternatif untuk Masa Depan

Kamis, 15 Agustus 2019 - 13:30 WIB
Mempersiapkan Mobil...
Mempersiapkan Mobil Alternatif untuk Masa Depan
A A A
MOBIL berbahan bakar hidrogen bukan hal yang baru buat anak bangsa. Sejumlah mahasiswa dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) membuat mobil berbahan bakar hidrogen bernama Antasena FCH 1.0.

Mobil ini berhasil memukau masyarakat dunia lewat kompetisi level dunia. Indonesia ternyata memiliki bakat-bakat muda potensial dalam membuat mobil berbahan bakar alternatif. Tidak hanya mampu membuat mobil listrik, anak-anak muda Indonesia juga mampu membuat mobil berbahan bakar hidrogen. Terbukti mahasiswa dari ITS berhasil membuat mobil hidrogen Antasena FCH 1.0. Mobil ini bahkan berhasil mereka bawa ke ajang Shell Eco-Marathon Driver’s World Championship 2019 di London, Inggris pada 5 Juli lalu.

Keikutsertaan Antasena FCH 1.0 di ajang itu merupakan hasil dari keberhasilan mobil hidrogen itu di ajang Shell Eco-Marathon Asia 2019 yang digelar di Malaysia pada Mei lalu. Di ajang itu Antasena FCH 1.0 meraih peringkat kedua dalam kategori mobil hemat energi. Antasena FCH 1.0 mampu berjalan sejauh 90 kilometer, per meter kubik hidrogen. Tentu saja keberhasilan ini menjadi momen yang spesial bagi Indonesia. Apalagi pada 10 Agustus lalu diperingati sebagai Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Harteknas).

Antasena FCH 1.0 membuktikan di tengah keterbatasan dan kesulitan, anak-anak muda Indonesia mampu menunjukkan kemampuan mereka. “Kami bekerja keras untuk dapat mengembangkan mobil ini. Dengan segala keterbatasan yang kami hadapi, mulai dari pengadaan bahan baku, akhirnya kami berhasil mengantarkan mobil Antasena FCH 1.0 meraih prestasi membanggakan dan membawa harum nama Indonesia di ajang internasional, Shell Eco-Marathon,” ujar General Manager Tim Antasena 2019 Ghalib Abyan.

Perjalanan Ghalib dan kawan-kawan membuat mobil hidrogen menempuh jalan panjang. Mereka pertama kali membuat kendaraan berbahan bakar hidrogen pertama kali pada tahun 2012.

Saat itu mobil ciptaan mereka diberi nama Antasena PEV. Mobil konsep ini menjadi satu-satunya mobil berbahan bakar hidrogen dari Indonesia di ajang kompetisi mobil hemat energi Shell Eco- Marathon Asia 2012. Pada tahun 2014 Tim Antasena kembali memboyong mobil Antasena PX yang telah ditingkatkan di ajang Shell Eco-Marathon Asia di Filipina. Setelah melakukan uji coba dan pengembangan, akhirnya tim Antasena kemudian membawa mobil itu lagi di ajang Shell Eco-Marathon Asia 2019 di Malaysia.

Kali ini mereka berhasil menjadi juara kedua dengan pencapaian 90 kilometer per meter kubik hidrogen. Capaian ini membuktikan bahwa Indonesia memiliki kemampuan untuk mewujudkan mobil-mobil berbahan bakar alternatif pada masa depan. Tidak hanya mobil listrik, bahkan mobil hidrogen. Mobil fuel cell berbahan bakar hidrogen memang jadi solusi alternatif pada masa depan. Mobil ini dinilai sebagai pendam ping mobil listrik murni yang paling ideal. Itu karena mobil fuel cell berbahan bakar hidrogen pada hakikatnya adalah mobil listrik yang memiliki pembangkit tenaga listriknya sendiri.

Selain hidrogen merupakan bahan bakar yang terbarukan, mobil fuel cell berbahan bakar hidrogen sama sekali tidak memiliki polusi karena emisinya adalah air (H2O).

“Sudah saatnya menjadikan hidrogen sebagai salah satu sumber energi terbarukan yang patut dikembangkan. Kami yakin, dengan kesempatan, dukungan dan fasilitas yang diberikan pemerintah dan banyak pihak, anak-anak muda Indonesia dapat menciptakan karya besar yang memberikan manfaat bagi masa depan dunia,” ujar Ghalib. Kesem patan itu salah satunya terwujud lewat Shell Eco-Marathon Asia dan Shell Eco-Marathon Driver’s World Championships.

Ajang itu jadi alat riset anakanak muda Indonesia dalam mewujud kan solusi mobilitas yang inovatif dan mencip takan kendaraan yang paling hemat energi di dunia. Shell Eco- Marathon merupakan kompetisi unik tingkat dunia yang menan tang mahasiswa untuk maju melampaui batasbatas energi di jalan.

Darwin Silalahi, Presiden Direktur & Country Chairman PT Shell Indonesia, mengatakan, “Ajang Shell Eco-Marathon dihadirkan sebagai wadah bagi para generasi muda untuk turut berkontribusi dalam melahirkan karya-karya besar di bidang teknologi automotif yang hemat energi dan ramah lingkungan.

Sejak digelar pertama kali 10 tahun lalu, Shell Eco-Marathon (SEM ) Asia telah melahirkan banyak inovator muda Indonesia yang berprestasi dan bertalenta. Dan kami berkomitmen untuk turut berkontribusi dalam mendukung kebangkitan teknologi Indonesia melalui anak-anak mudanya terutama di bidang energi sebagai upaya mempersiapkan Indonesia dalam perjalanan menuju transisi energi dan menciptakan dunia yang rendah karbon.” (Wahyu Sibarani)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9178 seconds (0.1#10.140)