Mansetus Balawala, Melibas Tantangan demi Kemanusiaan
A
A
A
MANSETUS Balawala mengatasi tantangan alam di Larantuka, Flores, Nusa Tenggara Timur, guna mengubah keadaan yang mengusik batinnya.
Seperti apa perjalanannya hingga diapresiasi Shell Lubricants? Apa jadinya jika penulis Hellen Keller berpangku tangan dan menerima kenyataan bahwa dia tidak mampu mendengar dan melihat seperti orang normal? Apa jadinya jika peraih Nobel Perdamaian, Muhammad Yunus, lebih memilih diam saat saudara-saudaranya di Bangladesh banyak yang sakit, bahkan mati karena kelaparan? Pertanyaan yang sedikit sama ditanyakan Tony Stark kepada Peter Parker di film Captain America:Civil War .
“Mengapa kamu melakukannya? Jadi superhero ?” kata Tony Stark. Peter Parker awalnya terdiam karena terusik dengan pertanyaan itu. “Saat kamu bisa melakukan sesuatu dan kamu memutuskan untuk tidak melakukannya, saat sesuatu buruk terjadi, itu bisa saja terjadi karena kamu,” ucap Peter Parker.
Mansetus Balawala memang bukan Spider-Man. Dia juga bukan Hellen Keller, apalagi Muhammad Yunus. Mansetus Balawala adalah orang biasa dari Larantuka, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Di depan matanya, Mansetus melihat tingginya angka kematian ibu dan anak di Larantuka.
Sebenarnya mudah saja buat Mansetus menutup mata. Berada di zona nyaman harusnya membuat Mansetus menjalani hidup dengan tenang. Namun, mata hati Mansetus tidak bisa ditutup. Dia selalu risau dengan keadaan di mana banyak ibu dan anak meninggal dunia karena kesulitan mendapatkan bantuan persalinan.
Larantuka memang bukan wilayah yang mudah. Tepat berada di bawah kaki Gunung Mandiri, alam Larantuka didominasi daerah perbukitan. Di daerah itulah banyak warga Larantuka menetap dan berkeluarga. Geografi yang berat inilah yang membuat akses transportasi ke Larantuka buka perkara mudah.
Inilah mengapa petugas kesehatan kesulitan dalam melakukan pelayanan terhadap warga dengan cepat. Padahal menurut Mansetus, pelayanan kesehatan yang cepat menjadi faktor yang sangat menentukan. Alhasil, angka kematian ibu dan anak sangat tinggi di wilayah itu.
Kegalauan inilah yang terus menggelayut di benak Mansetus. Sampai saat dia lulus dari Fakultas Hukum Universitas Cendana, Kupang, NTT, Mansetus langsung balik kampung ke Larantuka.
Di benaknya selalu terbayang angka kematian ibu dan anak yang begitu tinggi di Larantuka. Pada 2002 saat aktif di Focus Discussion Group (FDG) tentang kondisi kesehatan ibu dan anak bersama petugas kesehatan dan penyuluh lapangan Keluarga Berencana se-Kabupaten Flores Timur, Mansetus muncul dengan sebuah gagasan yang menantang.
Dia berusaha melibas tantangan alam Larantuka dengan berusaha menyediakan alat transportasi untuk petugas kesehatan yang bekerja di wilayah Larantuka. Diharapkan dengan alat transportasi sepeda motor, petugas kesehatan bisa datang lebih cepat untuk memberikan bantuan buat ibu dan anak.
Mansetus kemudian mendirikan Yayasan Kesehatan untuk Semua (YKS) NTT. Yayasan inilah yang memperkenalkan program peminjaman sepeda motor untuk membantu kegiatan operasional petugas kesehatan hingga ke desa terpencil.
Tidak hanya itu, dia bahkan meningkatkan keterampilan para petugas kesehatan dengan melatih kemampuan berkendara sepeda motor. Saat ini YKS NTT memiliki 14 armada motor yang membantu 10 petugas kesehatan dalam melakukan pelayanan di Larantuka. Dari 10 tenaga medis, dua di antaranya perempuan.
“Syukurlah, setelah mantra, bidan, dan dokter memakai sepeda motor dalam pelayanan kesehatan ke rumah warga, jumlah angka kematian ibu dan anak di Larantuka semakin menurun karena cepat mendapat pertolongan,” ucapnya.
Spirit energi positif yang ditebar Mansetus ini menginspirasi Shell Lubricants untuk mengampanyekan Shell Advance #LibasTantanganKita. Aksi nyata Mansetus sesuai dengan pilar Unseen Heroes dari kampanye Shell Untuk Indonesia dalam mendukung sosok yang bermanfaat bagi sesama tapi sering tidak terlihat.
Dian berharap kampanye Shell Advance #LibasTantanganKita bisa menginspirasi motoris di Indonesia untuk bersama menebar energi positif dalam melibas tantangan hidup.
“Pak Mansetus menjadi contoh nyata sosok Unseen Heroes yang menjadi pilar Shell Untuk Indonesia untuk bersemangat menebar energi positif sekaligus memberikan kontribusi nyata bagi keluarga, komunitas, dan negara,”ujarnya. Keteguhan Mansetus dalam melibas tantangan alam itu bahkan diapresiasi aktor Rio Dewanto.
Brand ambassador Shell Advance Indonesia itu mengatakan, usaha tanpa pamrih Mansetus sangat bermanfaat buat masyarakat Larantuka. “Konsistensi Pak Mansetus mampu memberikan kontribusi nyata kepada masyarakat untuk menjangkau daerah yang sulit dijangkau akses transportasi dan pelayanan kesehatan,” tutur Rio.
Mansetus memang bukan Spiderman. Dia tidak melompat-lompat di tingginya gedung pencakar langit New York. Seperti pahlawan yang tak terlihat, Mansetus mengorkestrasi sebuah upaya nyata yang benar-benar bermanfaat buat masyarakat dan Tanah Air yang begitu dia cintai. (Wahyu Sibarani)
Seperti apa perjalanannya hingga diapresiasi Shell Lubricants? Apa jadinya jika penulis Hellen Keller berpangku tangan dan menerima kenyataan bahwa dia tidak mampu mendengar dan melihat seperti orang normal? Apa jadinya jika peraih Nobel Perdamaian, Muhammad Yunus, lebih memilih diam saat saudara-saudaranya di Bangladesh banyak yang sakit, bahkan mati karena kelaparan? Pertanyaan yang sedikit sama ditanyakan Tony Stark kepada Peter Parker di film Captain America:Civil War .
“Mengapa kamu melakukannya? Jadi superhero ?” kata Tony Stark. Peter Parker awalnya terdiam karena terusik dengan pertanyaan itu. “Saat kamu bisa melakukan sesuatu dan kamu memutuskan untuk tidak melakukannya, saat sesuatu buruk terjadi, itu bisa saja terjadi karena kamu,” ucap Peter Parker.
Mansetus Balawala memang bukan Spider-Man. Dia juga bukan Hellen Keller, apalagi Muhammad Yunus. Mansetus Balawala adalah orang biasa dari Larantuka, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Di depan matanya, Mansetus melihat tingginya angka kematian ibu dan anak di Larantuka.
Sebenarnya mudah saja buat Mansetus menutup mata. Berada di zona nyaman harusnya membuat Mansetus menjalani hidup dengan tenang. Namun, mata hati Mansetus tidak bisa ditutup. Dia selalu risau dengan keadaan di mana banyak ibu dan anak meninggal dunia karena kesulitan mendapatkan bantuan persalinan.
Larantuka memang bukan wilayah yang mudah. Tepat berada di bawah kaki Gunung Mandiri, alam Larantuka didominasi daerah perbukitan. Di daerah itulah banyak warga Larantuka menetap dan berkeluarga. Geografi yang berat inilah yang membuat akses transportasi ke Larantuka buka perkara mudah.
Inilah mengapa petugas kesehatan kesulitan dalam melakukan pelayanan terhadap warga dengan cepat. Padahal menurut Mansetus, pelayanan kesehatan yang cepat menjadi faktor yang sangat menentukan. Alhasil, angka kematian ibu dan anak sangat tinggi di wilayah itu.
Kegalauan inilah yang terus menggelayut di benak Mansetus. Sampai saat dia lulus dari Fakultas Hukum Universitas Cendana, Kupang, NTT, Mansetus langsung balik kampung ke Larantuka.
Di benaknya selalu terbayang angka kematian ibu dan anak yang begitu tinggi di Larantuka. Pada 2002 saat aktif di Focus Discussion Group (FDG) tentang kondisi kesehatan ibu dan anak bersama petugas kesehatan dan penyuluh lapangan Keluarga Berencana se-Kabupaten Flores Timur, Mansetus muncul dengan sebuah gagasan yang menantang.
Dia berusaha melibas tantangan alam Larantuka dengan berusaha menyediakan alat transportasi untuk petugas kesehatan yang bekerja di wilayah Larantuka. Diharapkan dengan alat transportasi sepeda motor, petugas kesehatan bisa datang lebih cepat untuk memberikan bantuan buat ibu dan anak.
Mansetus kemudian mendirikan Yayasan Kesehatan untuk Semua (YKS) NTT. Yayasan inilah yang memperkenalkan program peminjaman sepeda motor untuk membantu kegiatan operasional petugas kesehatan hingga ke desa terpencil.
Tidak hanya itu, dia bahkan meningkatkan keterampilan para petugas kesehatan dengan melatih kemampuan berkendara sepeda motor. Saat ini YKS NTT memiliki 14 armada motor yang membantu 10 petugas kesehatan dalam melakukan pelayanan di Larantuka. Dari 10 tenaga medis, dua di antaranya perempuan.
“Syukurlah, setelah mantra, bidan, dan dokter memakai sepeda motor dalam pelayanan kesehatan ke rumah warga, jumlah angka kematian ibu dan anak di Larantuka semakin menurun karena cepat mendapat pertolongan,” ucapnya.
Spirit energi positif yang ditebar Mansetus ini menginspirasi Shell Lubricants untuk mengampanyekan Shell Advance #LibasTantanganKita. Aksi nyata Mansetus sesuai dengan pilar Unseen Heroes dari kampanye Shell Untuk Indonesia dalam mendukung sosok yang bermanfaat bagi sesama tapi sering tidak terlihat.
Dian berharap kampanye Shell Advance #LibasTantanganKita bisa menginspirasi motoris di Indonesia untuk bersama menebar energi positif dalam melibas tantangan hidup.
“Pak Mansetus menjadi contoh nyata sosok Unseen Heroes yang menjadi pilar Shell Untuk Indonesia untuk bersemangat menebar energi positif sekaligus memberikan kontribusi nyata bagi keluarga, komunitas, dan negara,”ujarnya. Keteguhan Mansetus dalam melibas tantangan alam itu bahkan diapresiasi aktor Rio Dewanto.
Brand ambassador Shell Advance Indonesia itu mengatakan, usaha tanpa pamrih Mansetus sangat bermanfaat buat masyarakat Larantuka. “Konsistensi Pak Mansetus mampu memberikan kontribusi nyata kepada masyarakat untuk menjangkau daerah yang sulit dijangkau akses transportasi dan pelayanan kesehatan,” tutur Rio.
Mansetus memang bukan Spiderman. Dia tidak melompat-lompat di tingginya gedung pencakar langit New York. Seperti pahlawan yang tak terlihat, Mansetus mengorkestrasi sebuah upaya nyata yang benar-benar bermanfaat buat masyarakat dan Tanah Air yang begitu dia cintai. (Wahyu Sibarani)
(nfl)