Dubes RI Dorong Kolaborasi Riset China dengan Indonesia
A
A
A
CHENG - China dikenal menjadi salah satu kiblat dari teknologi global. Karena itu, tak ada salahnya Indonesia belajar tentang teknologi dari negara dengan pertumbuhan ekonomi dua digit tersebut.
Duta Besar Indonesia untuk China dan Mongolia, Djauhari Oratmangun, mendorong peningkatan kolaborasi riset antara perusahaan teknologi asal China dengan universitas di Indonesia. Hal itu perlu dilakukan guna mengakselerasi pertumbuhan ekonomi digital Indonesia.
“Meskipun ekonomi digital saat ini baru berkontribusi sekitar 2,4% terhadap GDP, tapi ini memiliki potensi yang luar biasa untuk maju. Harapannya Indonesi bisa membuat leapfrog seperti China, kalau kita lihat 20 tahun lalu mereka kan belum seperti sekarang ini,” kata Dubes Djauhari Oratmangun di sela-sela penyelenggaraan Asia Pacific Innovation Day 2019 di Chengdu, China.
Djauhari menjelaskan, dengan kekuatan riset dan pengembangan dalam bidang teknologi, Indonesia akan mendapat dorongan dalam proses mengakselerasi pertumbuhan ekonomi demi mencapai cita-cita menjadi negara maju. “Saya kira, pertama, jika konteksnya adalah Huawei, mereka harus perkuat riset dan pengembangan, dengan universitas-universitas di Indonesia. Kemudian terus merangkul kalangan milenial sebagai penerima manfaat dari kemajuan teknologi tersebut,” kata Djauhari.
Lebih lanjut dia berharap riset dan pengembangan tersebut tidak hanya terkonsentrasi di Pulau Jawa, tapi juga merata di seluruh wilayah Indonesia. Termasuk kawasan Indonesia Timur, Sulawesi dan Kalimantan yang akan menjadi.
Dubes yang gemar "wefie" ini menekankan pentingnya transfer pengetahuan dan teknologi ke seluruh pemangku kepentingan untuk membangun pemahaman dan kapasitas SDM yang unggul di Indonesia.“Saya kira Huawei yang termasuk tidak pelit dalam hal transfer teknologi, itu merupakan hal yang bagus. Tentu saja perusahaan yang lain juga, jangan hanya Huawei,” harapnya.
Huawei sendiri sejak 2017 memiliki kerja sama program Smart Generation dengan delapan kampus terkemuka di Indonesia. Masing-masing adalah Insitut Teknologi Bandung, Universitas Indonesia, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Universitas Gadjah Mada, Universitas Diponegoro, Universitas Telkom, dan Universitas Multimedia Nusantara.
Selain itu, dalam kurun waktu 7 tahun terakhir sedikitnya ada 85 mahasiswa asal Indonesia telah mendapat kesempatan untuk untuk magang dan belajar teknologi di Beijing dan kantor pusat Huawei di Shenzhen, China.
Duta Besar Indonesia untuk China dan Mongolia, Djauhari Oratmangun, mendorong peningkatan kolaborasi riset antara perusahaan teknologi asal China dengan universitas di Indonesia. Hal itu perlu dilakukan guna mengakselerasi pertumbuhan ekonomi digital Indonesia.
“Meskipun ekonomi digital saat ini baru berkontribusi sekitar 2,4% terhadap GDP, tapi ini memiliki potensi yang luar biasa untuk maju. Harapannya Indonesi bisa membuat leapfrog seperti China, kalau kita lihat 20 tahun lalu mereka kan belum seperti sekarang ini,” kata Dubes Djauhari Oratmangun di sela-sela penyelenggaraan Asia Pacific Innovation Day 2019 di Chengdu, China.
Djauhari menjelaskan, dengan kekuatan riset dan pengembangan dalam bidang teknologi, Indonesia akan mendapat dorongan dalam proses mengakselerasi pertumbuhan ekonomi demi mencapai cita-cita menjadi negara maju. “Saya kira, pertama, jika konteksnya adalah Huawei, mereka harus perkuat riset dan pengembangan, dengan universitas-universitas di Indonesia. Kemudian terus merangkul kalangan milenial sebagai penerima manfaat dari kemajuan teknologi tersebut,” kata Djauhari.
Lebih lanjut dia berharap riset dan pengembangan tersebut tidak hanya terkonsentrasi di Pulau Jawa, tapi juga merata di seluruh wilayah Indonesia. Termasuk kawasan Indonesia Timur, Sulawesi dan Kalimantan yang akan menjadi.
Dubes yang gemar "wefie" ini menekankan pentingnya transfer pengetahuan dan teknologi ke seluruh pemangku kepentingan untuk membangun pemahaman dan kapasitas SDM yang unggul di Indonesia.“Saya kira Huawei yang termasuk tidak pelit dalam hal transfer teknologi, itu merupakan hal yang bagus. Tentu saja perusahaan yang lain juga, jangan hanya Huawei,” harapnya.
Huawei sendiri sejak 2017 memiliki kerja sama program Smart Generation dengan delapan kampus terkemuka di Indonesia. Masing-masing adalah Insitut Teknologi Bandung, Universitas Indonesia, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Universitas Gadjah Mada, Universitas Diponegoro, Universitas Telkom, dan Universitas Multimedia Nusantara.
Selain itu, dalam kurun waktu 7 tahun terakhir sedikitnya ada 85 mahasiswa asal Indonesia telah mendapat kesempatan untuk untuk magang dan belajar teknologi di Beijing dan kantor pusat Huawei di Shenzhen, China.
(mim)