Indonesia Butuh Lebih Banyak Edukasi Safety Riding

Minggu, 22 September 2019 - 08:51 WIB
Indonesia Butuh Lebih...
Indonesia Butuh Lebih Banyak Edukasi Safety Riding
A A A
Ada 27.910 korban meninggal akibat kecelakaan lalu lintas (Lakalantas) pada 2018. Angka itu memang turun 6 persen dibanding 2017, yang mencapai 29.810 korban. Tapi, tetap tinggi. Jika dihitung, rata-rata 3 orang meninggal setiap jam akibat kecelakaan jalan. Bahkan, Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyebut bahwa angka kecelakaan lalu lintas sendiri mengalami kenaikan.

Pada 2018, angka kecelakaan lalu lintas tercatat sebanyak 103.672 kasus. Naik dibanding 2017 yang mencapai 101.022 kasus. Lalu, apa yang menjadi penyebab kecelakaan lalu lintas? Pada 2018, faktor kelalaian pengendara menjadi penyebab utama tingginya angka kecelakaan lalu lintas dengan 33 persen. Di 2017, 61% kecelakaan disebabkan faktor manusia. Yakni terkait dengan kemampuan serta karakter pengemudi.

Artinya, faktor manusia memegang peranan vital terhadap terjadinya lakalantas. Lebih lanjut, kepolisian juga mencatat bahwa sepeda motor terlibat dalam 73 persen lakalantas sepanjang 2018. Maka, bisa disimpulkan bahwa jumlah lakalantas di Indonesia masih tinggi di antara negara-negara ASEAN. Tepatnya menduduki posisi 2-3 terbawah. Angkanya mengalahkan jumlah korban terorisme, bencana tsunami, dan bencana banjir. Penyebabnya, tak lain dari kelalaian manusianya. Dan kecelakaan terbesar adalah sepeda motor.

Tanggung Jawab Bersama


Pertanyaannya kemudian, bisakah jumlah kecelakaan ini terus dikurangi? Kalau bisa, bagaimana caranya? Apa yang dilakukan PT Astra Honda Motor (AHM) mungkin bisa menjadi contoh. Sudah 13 tahun mereka aktif bergelut di program safety riding, mengkampanyekan keselamatan berkendara.

”Kecelakaan lalu lintas, terutama motor, menjadi komitmen dan tanggung jawab bersama. Baik kepolisian, pemerintah, juga pengendara. Beberapa komitmen yang kami lakukan lewat kompetisi Safety Riding yang telah dilakukan selama 13 tahun. Untuk mensosialisasi, edukasi, dan komitmen konsistesni berkendara aman dan nyaman,” ujar Direktur Marketing PT AHM Thomas Wijaya.

Astra Honda Safety Riding Instructor Competition (AH-SRIC) 2019 adalah salah satu program itu. Kegiatan tahunan yang tujuannya menyiapkan instruktur keselamatan berkendara. Dihelatnya di Medan, Sumatera Utara pada 28-31 Juli 2019, silam dengan tema #Cari_Aman Saat Naik Motor. Setiap tahun, metodenya diubah, menyesuaikan dengan kondisi terkini.

Misalnya metode uji baru Low Speed Balance Skill agar para instruktur dapat terampil dalam mengontrol kecepatan dan menjaga arah kendaraan saat melaju dengan kecepatan rendah. Ada delapan kelas dilombakan. Yakni kelas big bike, instruktur kelas sport, instruktur kelas skutik, instruktur grup, advisor dealer, advisor komunitas kelas sport, advisor komunitas kelas skutik, serta kategori Safety Riding Center Main Dealer Honda.

Sebelum ke tingkat nasional, para peserta kompetisi AH-SRIC 2019 telah mengikuti kompetisi di tingkat regional pada April-Mei 2019. Kompetisinya diikuti 159 instruktur safety riding, 2.351 advisor safety riding diler Honda, dan 1.000 advisor safety riding komunitas Honda dari berbagai wilayah di seluruh Indonesia.

Para instruktur safety riding Honda, ujar Deputy General Manager Marketing Planning and Analysis AHM Andy Wijaya, menjadi salah satu ujung tombak AHM dalam mengajak dan mengedukasi masyarakat untuk berperan aktif menciptakan budaya aman dan nyaman saat berkendara. ”Saat ini kita punya 2.300 orang instruktur yang ada di dealer di sluruh Indonesia, dan lebih dari 1000 orang instruktur komunitas,” ungkapnya.

Menekan Angka Fatalitas


Pertanyaannya kemudian, apakah ada korelasi antara kampanye safety driving dengan lakalantas di Indonesia? Jawabannya, ya. Wadirlantas Polda Sumut AKBP Karimun Ritonga mengatakan, kampanye safety driving akan berdampak pada pengguna jalan juga menekan angka fatalitas.

Di Medan, misalnya, pada 2018 tercatat ada 5.990 kasus lakalantas. ”Ada 1.835 orang meninggal dunia, 1.701 luka berat, dan 6.658 orang luka ringan. Yang memprihatinkan, korban meninggal dunia dari kalangan produktif atau millenial, dan 80 persen melibatkan pengendara sepeda motor,” ujar Karimun Ritonga. Menurutnya, kampanye safety riding menjadi salah satu solusi untuk mencegah laka lantas.

”Dampaknya bisa Meminimalisir tingkat bahaya dan memaksimalkan keamanan, menciptakan kondisi titik tidak membahayakan pengenadara lain, serta pemahaman dan pencegahan penganggulangannya,” ungkapnya. ”Harapannya edukasi terus berlanjut. Karena semua punya kontribusi terhadap keselamatan berkendara,” ia menambahkan.
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6995 seconds (0.1#10.140)