Balap Formula 1 akan Beralih Gunakan Biofuel
A
A
A
JAKARTA - Balap mobil Formula 1 rencananya akan menggunakan bahan bakar berkelanjutan sebagai upaya untuk menghilangkan emisi gas rumah kaca, pada 2030 mendatang. Pasalnya, F1 menghasilkan sekitar 256 ribu ton karbon dioksida di dalam dan di luar lintasan selama satu musim.
Tetapi hal ini masih dalam perencanaan. Jika memungkinkan, emisi akan dikurangi hingga nol, diiringi dengan upaya lain seperti penanaman pohon dan penyaringan karbon.
Kepada Sky News, yang dikutip pada Selasa (12/11/2019), bos F1 Chase Carey mengatakan, bahan bakar biofuel akan semakin banyak digunakan dalam mobil balap. Tetapi untuk mesin pembakaran konvensional yang ada di dalam mobil balap akan tetap ada.
“Kami bisa menunjukkan upaya untuk mengurangi emisi dan menciptakan efisiensi melalui mesin pembakaran. Hal tersebut merupakan bagian penting dari solusi ini,” kata Carey.
Dengan begitu, tim yang berkecimpung di F1 harus menggunakan bahan bakar biofuel generasi kedua yang berasal dari minyak goreng bekas atau bahan bakar nabati.
Kendati demikian, para penggiat lingkungan memperingatkan masih harus ada upaya lebih membuat hutan baru, yang dibutuhkan untuk menyerap karbon dioksida dari kendaraan lain.
Anna Jones, dari lembaga Greenpeace menambahkan, biofuel memang dapat mendukung teknologi yang berlebihan. “Sangat memalukan, mereka tidak menggunakan pikiran terbaik yang mereka miliki ke dalam teknologi yang benar-benar baru dan kita butuhkan, seperti kendaraan listrik,” tegasnya.
Memang hanya sebagian kecil dari keseluruhan emisi karbon yang dihasilkan dari mobil balap. Hanya sekitar 0,7% berasal dari bahan bakar yang digunakan saat pengujian dan saat balapan.
Namun, sebagian besar sekitar 45% berasal dari kendaraan logistik, yang digunakan untuk mengangkut mobil dan peralatan lain dari satu tempat balapan ke tempat lainnya.
F1 memang masih mendominasi motorsport. Tetapi olahraga ini memiliki tantangan terhadap lingkungan. Berbeda dengan Formula E yang semua kendaraannya menggunakan listrik, dengan mobil yang begitu bersih sehingga balapan bisa diselenggarakan di pusat kota.
Tetapi hal ini masih dalam perencanaan. Jika memungkinkan, emisi akan dikurangi hingga nol, diiringi dengan upaya lain seperti penanaman pohon dan penyaringan karbon.
Kepada Sky News, yang dikutip pada Selasa (12/11/2019), bos F1 Chase Carey mengatakan, bahan bakar biofuel akan semakin banyak digunakan dalam mobil balap. Tetapi untuk mesin pembakaran konvensional yang ada di dalam mobil balap akan tetap ada.
“Kami bisa menunjukkan upaya untuk mengurangi emisi dan menciptakan efisiensi melalui mesin pembakaran. Hal tersebut merupakan bagian penting dari solusi ini,” kata Carey.
Dengan begitu, tim yang berkecimpung di F1 harus menggunakan bahan bakar biofuel generasi kedua yang berasal dari minyak goreng bekas atau bahan bakar nabati.
Kendati demikian, para penggiat lingkungan memperingatkan masih harus ada upaya lebih membuat hutan baru, yang dibutuhkan untuk menyerap karbon dioksida dari kendaraan lain.
Anna Jones, dari lembaga Greenpeace menambahkan, biofuel memang dapat mendukung teknologi yang berlebihan. “Sangat memalukan, mereka tidak menggunakan pikiran terbaik yang mereka miliki ke dalam teknologi yang benar-benar baru dan kita butuhkan, seperti kendaraan listrik,” tegasnya.
Memang hanya sebagian kecil dari keseluruhan emisi karbon yang dihasilkan dari mobil balap. Hanya sekitar 0,7% berasal dari bahan bakar yang digunakan saat pengujian dan saat balapan.
Namun, sebagian besar sekitar 45% berasal dari kendaraan logistik, yang digunakan untuk mengangkut mobil dan peralatan lain dari satu tempat balapan ke tempat lainnya.
F1 memang masih mendominasi motorsport. Tetapi olahraga ini memiliki tantangan terhadap lingkungan. Berbeda dengan Formula E yang semua kendaraannya menggunakan listrik, dengan mobil yang begitu bersih sehingga balapan bisa diselenggarakan di pusat kota.
(wbs)