Produk Mobil Merek Jerman dengan Kearifan Lokal
A
A
A
MOBIL-mobil merek Jerman kini mulai dirakit lokal di Indonesia. Apa saja keuntungan yang diraih dari perakitan di dalam negeri itu?
PT Mercedes-Benz Indonesia punya gawean besar awal Desember lalu di pabrik mereka yang ada di Wanaherang, Bogor, Jawa Barat. Saat itu mereka baru saja memulai perakitan lokal dua SUV Mercedes-Benz yakni Mercedes-Benz GLC dan Mercedes-Benz GLE.
Bagi Mercedes-Benz ini bukan kali pertama mereka merakit mobil-mobil Mercedes-Benz di Wanaherang. Sebelumnya mereka telah melakukan produksi lokal varian Mercedes-Benz lainnya seperti Mercedes-Benz C-Class, Mercedes-Benz E-Class, Mercedes-Benz S-Class hingga SUV flagship, Mercedes-Benz GLS.
Alhasil di lini SUV, Mercedes-Benz hampir sempurna melakukan perakitan lokal lini SUV mereka. Satu-satunya SUV yang belum mereka rakit di Wanaherang adalah sang ikon Mercedes-Benz G-Class. Mobil itu masih diimpor langsung dari pabrik Mercedes-Benz di Graz, Austria. "Perakitan ecara lokal GLC dan GLE di Indonesia dan itu akan memberi angin segar terhadap portofolio SUV kami," ujar Presiden Direktur Mercedes-Benz Distribution Indonesia (MBDI), Choi Duk Jun.
Mercedes-Benz bukan satu-satunya mobil berplat Jerman yang telah melakukan perakitan lokal. BMW dan Volkswagen merupakan dua nama Jerman yang juga telah melakukan hal yang sama. Seperti Mercedes-Benz, BMW bahkan sudah terbilang sering melakukan perakitan lokal.
Bekerjasama dengan PT Gaya Motor mereka bahkan sudah merakit lokal hampir semua mobil yang mereka jual di Indonesia. Contohnya BMW Seri 3, BMW Seri 5 dan BMW Seri 7. Lini SUV juga sudah dirakit di Indonesia seperti BMW X1, BMW X3 dan BMW X5.
Bahkan MINI yang juga ada dalam naungan BMW Group Indonesia juga melakukan perakitan lokal di pabrik yang ada di kawasan Sunter, Jakarta Utara itu. “Cuma sedikit yang CBU (Completely Built Up), kami masih ada yang diimpor langsung dari Jerman tapi biasanya mobil-mobil yang eksotis seperti X4, X6, BMW M-Series juga masih CBU,” ucap Director of Communications BMW Group Indonesia Jodie O’tania.
Jika Mercedes-Benz dan BMW sudah tergolong ahli dalam melakukan perakitan lokal, merek Volkswagen justru baru pertama kalinya melakukan perakitan lokal di Indonesia. Tahun ini mereka perdana melakukan perakitan lokal Volkswagen Tiguan Allspace.
Mobil ini tidak lagi diimpor secara utuh ke Indonesia, melainkan diimpor secara terurai sebagian atau medium knocked down (MKD) dari Meksiko. Perakitan dilakukan oleh anak perusahaan Indomobil lainnya, PT National Assemblers yang berlokasi di Cikampek.
“Pembangunan fasilitasi produksi Volkswagen merupakan bukti komitmen kami untuk turut serta mendukung pertumbuhan industri otomotif di Indonesia dengan membangun fasilitas produksi di Indonesia,” ujar Andrew Nasuri, Presiden Direktur PT Garuda Mataram Motor, distributor resmi Volkswagen di Indonesia.
Dengan perakitan lokal harga Volskwagen Tiguan justru kini lebih kompetitif. Dulu Volkswagen Tiguan yang diimpor langsung dari Jerman dijual di harga RP695 juta, kini begitu dirakit di Cikampek harganya menjadi Rp598 juta. Ada selisih Rp97 juta dibandingkan mobil lama. Selisih yang hampir sama juga dirasakan oleh BMW ketika melakukan perakitan lokal.
“Soal harga, kami enggak bisa bilang memangkas harga berapa persen, karena setiap model itu berbeda. Tapi yang rakitan lokal bisa lebih murah Rp 100 jutaan sampai Rp 200 jutaan per model,” ucapnya.
Namun tak selamanya pertimbangan harga yang kompetitif menjadi alasan utama distributor melakukan perakitan lokal. Pertimbangan personalisasi juga jadi alasan mengapa hal itu dilakukan. Contohnya saat Mercedes-Benz melakukan perakitan lokal Mercedes-Benz GLC.
Harga awal Mercedes-Benz GLC AMG Night Edition dibanderol Rp 989 juta. Namun begitu dirakit harganya justru naik. "GLC baru harganya Rp 999 juta (off the road), naik 10 juta dari model sebelumnya," kata Deputy Director Sales Operation & Product Management MBDI, Kariyanto Hardjosoemarto.
Kenaikan harga memang bukan tanpa sebab karena lewat perakitan lokal Mercedes-Benz bisa melakukan upgrade ada Mercedes-Benz GLC di sektor interior dan eksterior. Sistem infotainmentnya pun dibuat yang paling terbaru yakni Mercedes-Benz User Experience (MBUX) seperti yang ada di sedan-sedan anyar Mercedes-Benz. Jadi jika dibandingkan antara yang versi impor dan perakitan lokal akan sangat berbeda jauh meski haru dibayar dengan harga yang lebih.
Hal itu tentu sangat mudah dilakukan karena Mercedes-Benz memiliki pabrik di Indonesia. Jadi mereka bisa adaptif dengan keinginan dan selera pasar. "Saya bilangnya itu hanya Rp 10 juta. Peningkatannya banyak sekali. Jadi dibandingkan beda harga Rp 10 juta, tentu keuntungannya jauh lebih banyak," ungkap Choi Duk Jun. (Wahyu Sibarani)
PT Mercedes-Benz Indonesia punya gawean besar awal Desember lalu di pabrik mereka yang ada di Wanaherang, Bogor, Jawa Barat. Saat itu mereka baru saja memulai perakitan lokal dua SUV Mercedes-Benz yakni Mercedes-Benz GLC dan Mercedes-Benz GLE.
Bagi Mercedes-Benz ini bukan kali pertama mereka merakit mobil-mobil Mercedes-Benz di Wanaherang. Sebelumnya mereka telah melakukan produksi lokal varian Mercedes-Benz lainnya seperti Mercedes-Benz C-Class, Mercedes-Benz E-Class, Mercedes-Benz S-Class hingga SUV flagship, Mercedes-Benz GLS.
Alhasil di lini SUV, Mercedes-Benz hampir sempurna melakukan perakitan lokal lini SUV mereka. Satu-satunya SUV yang belum mereka rakit di Wanaherang adalah sang ikon Mercedes-Benz G-Class. Mobil itu masih diimpor langsung dari pabrik Mercedes-Benz di Graz, Austria. "Perakitan ecara lokal GLC dan GLE di Indonesia dan itu akan memberi angin segar terhadap portofolio SUV kami," ujar Presiden Direktur Mercedes-Benz Distribution Indonesia (MBDI), Choi Duk Jun.
Mercedes-Benz bukan satu-satunya mobil berplat Jerman yang telah melakukan perakitan lokal. BMW dan Volkswagen merupakan dua nama Jerman yang juga telah melakukan hal yang sama. Seperti Mercedes-Benz, BMW bahkan sudah terbilang sering melakukan perakitan lokal.
Bekerjasama dengan PT Gaya Motor mereka bahkan sudah merakit lokal hampir semua mobil yang mereka jual di Indonesia. Contohnya BMW Seri 3, BMW Seri 5 dan BMW Seri 7. Lini SUV juga sudah dirakit di Indonesia seperti BMW X1, BMW X3 dan BMW X5.
Bahkan MINI yang juga ada dalam naungan BMW Group Indonesia juga melakukan perakitan lokal di pabrik yang ada di kawasan Sunter, Jakarta Utara itu. “Cuma sedikit yang CBU (Completely Built Up), kami masih ada yang diimpor langsung dari Jerman tapi biasanya mobil-mobil yang eksotis seperti X4, X6, BMW M-Series juga masih CBU,” ucap Director of Communications BMW Group Indonesia Jodie O’tania.
Jika Mercedes-Benz dan BMW sudah tergolong ahli dalam melakukan perakitan lokal, merek Volkswagen justru baru pertama kalinya melakukan perakitan lokal di Indonesia. Tahun ini mereka perdana melakukan perakitan lokal Volkswagen Tiguan Allspace.
Mobil ini tidak lagi diimpor secara utuh ke Indonesia, melainkan diimpor secara terurai sebagian atau medium knocked down (MKD) dari Meksiko. Perakitan dilakukan oleh anak perusahaan Indomobil lainnya, PT National Assemblers yang berlokasi di Cikampek.
“Pembangunan fasilitasi produksi Volkswagen merupakan bukti komitmen kami untuk turut serta mendukung pertumbuhan industri otomotif di Indonesia dengan membangun fasilitas produksi di Indonesia,” ujar Andrew Nasuri, Presiden Direktur PT Garuda Mataram Motor, distributor resmi Volkswagen di Indonesia.
Dengan perakitan lokal harga Volskwagen Tiguan justru kini lebih kompetitif. Dulu Volkswagen Tiguan yang diimpor langsung dari Jerman dijual di harga RP695 juta, kini begitu dirakit di Cikampek harganya menjadi Rp598 juta. Ada selisih Rp97 juta dibandingkan mobil lama. Selisih yang hampir sama juga dirasakan oleh BMW ketika melakukan perakitan lokal.
“Soal harga, kami enggak bisa bilang memangkas harga berapa persen, karena setiap model itu berbeda. Tapi yang rakitan lokal bisa lebih murah Rp 100 jutaan sampai Rp 200 jutaan per model,” ucapnya.
Namun tak selamanya pertimbangan harga yang kompetitif menjadi alasan utama distributor melakukan perakitan lokal. Pertimbangan personalisasi juga jadi alasan mengapa hal itu dilakukan. Contohnya saat Mercedes-Benz melakukan perakitan lokal Mercedes-Benz GLC.
Harga awal Mercedes-Benz GLC AMG Night Edition dibanderol Rp 989 juta. Namun begitu dirakit harganya justru naik. "GLC baru harganya Rp 999 juta (off the road), naik 10 juta dari model sebelumnya," kata Deputy Director Sales Operation & Product Management MBDI, Kariyanto Hardjosoemarto.
Kenaikan harga memang bukan tanpa sebab karena lewat perakitan lokal Mercedes-Benz bisa melakukan upgrade ada Mercedes-Benz GLC di sektor interior dan eksterior. Sistem infotainmentnya pun dibuat yang paling terbaru yakni Mercedes-Benz User Experience (MBUX) seperti yang ada di sedan-sedan anyar Mercedes-Benz. Jadi jika dibandingkan antara yang versi impor dan perakitan lokal akan sangat berbeda jauh meski haru dibayar dengan harga yang lebih.
Hal itu tentu sangat mudah dilakukan karena Mercedes-Benz memiliki pabrik di Indonesia. Jadi mereka bisa adaptif dengan keinginan dan selera pasar. "Saya bilangnya itu hanya Rp 10 juta. Peningkatannya banyak sekali. Jadi dibandingkan beda harga Rp 10 juta, tentu keuntungannya jauh lebih banyak," ungkap Choi Duk Jun. (Wahyu Sibarani)
(nfl)