Dibebani Impor BBM, Pemerintah Konversi Motor Lama Jadi Listrik
A
A
A
JAKARTA - Indonesia memiliki beban berat mengimpor bahan bakar minyak (BBM) untuk kendaraan. Sepeda motor merupakan kendaraan yang paling banyak mengonsumsi energi yang berasal dari fosil tersebut.
Nilai impor BBM-nya sendiri mencapai Rp300 triliun per tahun. Karena itu, pemerintah pun berencana mengonversi motor bensin yang sudah ada sekarang untuk diganti menjadi motor listrik. Saat ini proses yang sedang dikerjakan adalah pembuatan standardisasi konversi dan menyiapkan sertifikasi bagi modifikator yang mengerjakan peralihan energi itu.
Direktur Industri Maritim Alat Transportasi dan Elektronika Kementerian Perindustrian, Putu Juli Ardika, menjelaskan, konversi itu terbagi menjadi dua tipe. Pertama, bekerja sama dengan agen pemegang merek (APM) motor di Indonesia.
Kedua, untuk motor yang sudah ada dan telah habis masa garansinya. "Nah, yang lebih banyak yang warranty habis untuk sepeda motor itu, sehingga bisa dikonversi," kata Putu di Jakarta, Rabu (5/2/2020).
Jika rencana tersebut terealisasi, artinya Indonesia membutuhkan kesediaan komponen utama yang ada di motor listrik. Salah satunya ialah baterai.
Menurut Putu, Indonesia sudah bisa menciptakan baterai sendiri. Hanya saat ini masih mengalami kendala pembuangan limbah bekas proses pembuatan baterai.
"Itu yang sedang kami kembangkan. Kalau bahan baku baterai, kita punya semua," klaimnya.
Nantinya, lanjut Putu, konversi akan dilakukan di bengkel-bengkel APM yang sudah tersertifikasi. Namun, bagi masyarakat yang sudah memiliki sertifikat tapi tidak bekerja bagi APM, juga tetap bisa mengerjakan peralihan energi sepeda motor tersebut.
"Kami berikan peralatan dan kompresor agar dia bisa membuka bengkel," tambah Putu.
Nilai impor BBM-nya sendiri mencapai Rp300 triliun per tahun. Karena itu, pemerintah pun berencana mengonversi motor bensin yang sudah ada sekarang untuk diganti menjadi motor listrik. Saat ini proses yang sedang dikerjakan adalah pembuatan standardisasi konversi dan menyiapkan sertifikasi bagi modifikator yang mengerjakan peralihan energi itu.
Direktur Industri Maritim Alat Transportasi dan Elektronika Kementerian Perindustrian, Putu Juli Ardika, menjelaskan, konversi itu terbagi menjadi dua tipe. Pertama, bekerja sama dengan agen pemegang merek (APM) motor di Indonesia.
Kedua, untuk motor yang sudah ada dan telah habis masa garansinya. "Nah, yang lebih banyak yang warranty habis untuk sepeda motor itu, sehingga bisa dikonversi," kata Putu di Jakarta, Rabu (5/2/2020).
Jika rencana tersebut terealisasi, artinya Indonesia membutuhkan kesediaan komponen utama yang ada di motor listrik. Salah satunya ialah baterai.
Menurut Putu, Indonesia sudah bisa menciptakan baterai sendiri. Hanya saat ini masih mengalami kendala pembuangan limbah bekas proses pembuatan baterai.
"Itu yang sedang kami kembangkan. Kalau bahan baku baterai, kita punya semua," klaimnya.
Nantinya, lanjut Putu, konversi akan dilakukan di bengkel-bengkel APM yang sudah tersertifikasi. Namun, bagi masyarakat yang sudah memiliki sertifikat tapi tidak bekerja bagi APM, juga tetap bisa mengerjakan peralihan energi sepeda motor tersebut.
"Kami berikan peralatan dan kompresor agar dia bisa membuka bengkel," tambah Putu.
(mim)