Menteri ESDM Akui Baterai Jadi Hambatan Terbesar Motor Listrik Konversi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan program motor listrik konversi masih terkendala suplai baterai. Kendala ini membuat penyerapan motor konversi terlihat sangat lambat.
Seperti diketahui, baterai menjadi komponen terpenting bagi kendaraan listrik yang menjadi sumber daya utama. Namun, saat ini harganya masih cukup tinggi dan hanya sedikit yang mau bekerja sama dengan bengkel motor konversi.
“Kuncinya adalah ketersediaan baterai listrik yang memang terbatas sekali. Harus ada kepastian stok baterai karena kita belum bisa bikin sendiri,” kata Arifin dalam Rapat Kerja Bersama Komisi VII DPR RI yang disiarkan dalam kanal YouTube Komisi VII DPR RI Channel.
Selain itu, Menteri ESDM menyoroti kebijakan TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) yang juga menghambat peredaran motor listrik konversi. Arifin meminta kepada pihak terkait untuk memberikan relaksasi terhadap TKDN motor konversi.
Namun, Arifin juga memastikan penggunaan produk dalam negeri untuk motor listrik konversi. Tetapi, diakuinya ada beberapa komponen utama yang memang harus diimpor karena belum bisa diproduksi di Indonesia.
“Memang harus ada roadmap kapan bisa diproduksi di dalam negeri, sehingga kita bisa menggunakannya semaksimal mungkin. Untuk yang tersedia di dalam negeri, selain baterai, converter dan motornya bisa kita buat di dalam negeri,” ujarnya.
Sekadar informasi, tahun ini pemerintah menargetkan 50.000 unit motor yang mengikuti program konversi. Sementara di tahun depan ditargetkan mencapai 150.000 unit motor listrik konversi, sehingga total ada 200 ribu unit.
Program konversi motor listrik disebut dapat meningkatkan konsumsi listrik sebesar 15 GWh, penurunan emisi sebesar 30.000 ton, serta pengurangan impor BBM sebesar 20.000 kiloliter. Artinya, program ini bisa secara langsung menghemat devisa negara sebesar USD10 juta (Rp155 miliar).
Saat ini, pemerintah melalui Kementerin ESDM juga telah meningkatkan nilai subsidi dari awalnya Rp7 juta menjadi Rp10 juta untuk motor listrik konversi. Sehingga masyarakat yang tertarik hanya perlu membayar biaya sebesar Rp5-7 juta.
Seperti diketahui, baterai menjadi komponen terpenting bagi kendaraan listrik yang menjadi sumber daya utama. Namun, saat ini harganya masih cukup tinggi dan hanya sedikit yang mau bekerja sama dengan bengkel motor konversi.
“Kuncinya adalah ketersediaan baterai listrik yang memang terbatas sekali. Harus ada kepastian stok baterai karena kita belum bisa bikin sendiri,” kata Arifin dalam Rapat Kerja Bersama Komisi VII DPR RI yang disiarkan dalam kanal YouTube Komisi VII DPR RI Channel.
Selain itu, Menteri ESDM menyoroti kebijakan TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) yang juga menghambat peredaran motor listrik konversi. Arifin meminta kepada pihak terkait untuk memberikan relaksasi terhadap TKDN motor konversi.
Namun, Arifin juga memastikan penggunaan produk dalam negeri untuk motor listrik konversi. Tetapi, diakuinya ada beberapa komponen utama yang memang harus diimpor karena belum bisa diproduksi di Indonesia.
“Memang harus ada roadmap kapan bisa diproduksi di dalam negeri, sehingga kita bisa menggunakannya semaksimal mungkin. Untuk yang tersedia di dalam negeri, selain baterai, converter dan motornya bisa kita buat di dalam negeri,” ujarnya.
Sekadar informasi, tahun ini pemerintah menargetkan 50.000 unit motor yang mengikuti program konversi. Sementara di tahun depan ditargetkan mencapai 150.000 unit motor listrik konversi, sehingga total ada 200 ribu unit.
Program konversi motor listrik disebut dapat meningkatkan konsumsi listrik sebesar 15 GWh, penurunan emisi sebesar 30.000 ton, serta pengurangan impor BBM sebesar 20.000 kiloliter. Artinya, program ini bisa secara langsung menghemat devisa negara sebesar USD10 juta (Rp155 miliar).
Saat ini, pemerintah melalui Kementerin ESDM juga telah meningkatkan nilai subsidi dari awalnya Rp7 juta menjadi Rp10 juta untuk motor listrik konversi. Sehingga masyarakat yang tertarik hanya perlu membayar biaya sebesar Rp5-7 juta.
(wib)