KLH Buat Acara Eco Driving Workshop dan Rally
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), akan kembali menyelenggarakan kegiatan Eco Driving Workshop dan Rally pada Jumat 30 Mei. Kegiatan tersebut akan berlangsung di Kawasan Senayan, Jakarta dan bertepatan dengan Pekan Lingkungan Hidup Indonesia 2014.
Tahun ini pesan yang dijadikan tema ialah "Perilaku Megemudi Ramah Lingkungan". Dalam paparan singkat yang diberikan Asisen Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Bergerak KLH, Novrizal Tahar, acara ini sejalan dengan misi KLH yang mendorong masyarakat menggunakan bensin non subsisdi.
"Kegiatan ini untuk memberi dorongan kepada masyarakat bahwa menggunakan bensin non subsidi akan sangat membantu lingkungan. Gerakan ini harus dilakukan secara masif agar berhasil," ujarnya di di kawasan Lapangan udara halim Perdana Kusuma, di Jakarta, Rabu (28/5/2014).
Dirinya menjelaskan bahwa bensin bersubsidi yang dipakai sebagian besar masyarakat, membawa dampak yang buruk bagi lingkungan. Karenanya dia berharap gerakan ini akan menyadarkan masyarakat untuk beralih ke bensin dengan kandungan sulfur yang lebih baik.
Sulfur bensin bersubsidi memiliki kandungan belerang yang lebih tinggi dari bensin non subsidi. Lebih lanjut dia juga mengungkapkan masalah emisi karbon di Indonesia tidak lepas dari kualitas solar yang digunakan masyarakat.
"Kandungan sulfur solar biasa mencapai 3.500ppm, sedangkan solar Pertamina DEX hanya 500ppm. Itupun masih jauh jika kita bandingkan dengan negara tetangga lainnya. Kandungan sulfur solar Singapura hanya 10ppm, China 50ppm, Thailand 50ppm dan Korea 10ppm," pungkasnya.
Tahun ini pesan yang dijadikan tema ialah "Perilaku Megemudi Ramah Lingkungan". Dalam paparan singkat yang diberikan Asisen Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Bergerak KLH, Novrizal Tahar, acara ini sejalan dengan misi KLH yang mendorong masyarakat menggunakan bensin non subsisdi.
"Kegiatan ini untuk memberi dorongan kepada masyarakat bahwa menggunakan bensin non subsidi akan sangat membantu lingkungan. Gerakan ini harus dilakukan secara masif agar berhasil," ujarnya di di kawasan Lapangan udara halim Perdana Kusuma, di Jakarta, Rabu (28/5/2014).
Dirinya menjelaskan bahwa bensin bersubsidi yang dipakai sebagian besar masyarakat, membawa dampak yang buruk bagi lingkungan. Karenanya dia berharap gerakan ini akan menyadarkan masyarakat untuk beralih ke bensin dengan kandungan sulfur yang lebih baik.
Sulfur bensin bersubsidi memiliki kandungan belerang yang lebih tinggi dari bensin non subsidi. Lebih lanjut dia juga mengungkapkan masalah emisi karbon di Indonesia tidak lepas dari kualitas solar yang digunakan masyarakat.
"Kandungan sulfur solar biasa mencapai 3.500ppm, sedangkan solar Pertamina DEX hanya 500ppm. Itupun masih jauh jika kita bandingkan dengan negara tetangga lainnya. Kandungan sulfur solar Singapura hanya 10ppm, China 50ppm, Thailand 50ppm dan Korea 10ppm," pungkasnya.
(dol)