Daihatsu Gandeng Dindik Jatim Latih Guru
A
A
A
SURABAYA - Menjelang pasar bebas, kualitas tenaga kerja Indonesia masih menjadi kendala. Mereka belum bisa bersaing dengan tenaga kerja asing, karena banyak pengusaha yang mengeluhkan kinerja tenaga kerja lokal.
Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI Wardiman Djojonegoro dalam seminar di kantor Dinas Pendidikan (Dindik) Jawa Timur (Jatim) mengungkapkan, dari data yang diperoleh Bank Dunia pada Juni 2014, sebanyak 70% manajer di Indonesia tidak bisa memperoleh tenaga kerja yang memiliki keahlian bagus.
“Tenaga kerja Indonesia belum bisa bersaing dengan tenaga kerja asing, ada sekitar 70% manajer di Indonesia tidak bisa menemukan tenaga kerja yang lebih bagus,” katanya, Kamis (14/8/2014).
Wardiman mengatakan, kondisi ini juga terlihat dengan rencana pendirian pabrik perakitan mobil Volkswagen (VW) di Gresik yang terhenti. Dari analisa yang dilakukan, kondisi tersebut terjadi karena kesulitan mendapatkan tenaga kerja sesuai kualifikasi.
"Pabrik yang akan dibangun di Gresik ini lebih besar dari Jakarta. Cuma sekarang mandeg karena sulit memperoleh tenaga kerja,” katanya.
Pris yang juga Ketua Umum Yayasan Puteri Indonesia menegaskan, kondisi tersebut harus menjadi atensi yang serius dari pemeirntah. Jika tidak, maka saat pasar bebas terjadi maka tenaga kerja lokal akan terpinggirkan. Indonesia akan dikuasai tenaga-tenaga asing. “Kita harus serius membina ini. Jangan sampai mengambil 10 tenaga Jatim, luar negeri 10.000,” paparnya.
Untuk memecahkan masalah ini, menurut dia dibutuhkan sinergisitas antara dunia pendidikan dengan industri. Sinergisitas ini bisa diwujudkan dengan menggandeng dunia usaha dalam program-program peningkatan kualitas pendidikan, khususnya di sekolah menengah kejuruan (SMK).
Menurut Wardiman, SMK harus siap menyongsong pasar bebas ASEAN 2015 mendatang. Untuk itu perlu ada pendalaman soft skill, seperti ketapatan waktu, pemahaman kualitas serta sistem kerja yang baik.
Wardiman menyambut baik program PT Astra Daihatsu Motor yang menggandeng sejumlah SMK di Jatim untuk peningkatan mutunya. Tahun ini ada dua SMK yang dipilih yakni SMKN Singosari, Kabupaten Malang serta SMK PGRI 3 Kota Malang.
"Saya sebagai orang Jawa Timur berharap tidak hanya dua sekolah yang digendeng, kalau bisa ditingkatakan,” ujarnya.
HR Division Head PT Astra Daihatsu Motor Joko Baroto mengatakan, di program ini pihaknya mencoba mensinergikan antara kebutuhan industri dengan dunia pendidikan. Langkahnya dengan memasukkan program-program dalam kurikulum sekolah, kemudian memberikan pelatihan kepada guru-gurunya. Selanjutnya guru-guru ini yang akan mentraining ulang ke siswa.
“Pendidikan ke Guru lebih efektif, mereka bisa menularkan ke siswa masing-masing,” katanya.
Dari sistem ini, nantinya akan terjaring suatu rangkaian untuk mendapatkan ilmu yang sesuai dengan kebutuhan zaman. Sebab, persaingan akan semakin berat dalam pasar bebas yang akan dihadapi mendatang.
Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim Harun mengatakan sinergi dengan dunia usaha sangat dibutuhkan. Apalagi, Jatim memiliki SMK yang sangat banyak dengan kualitas pendidikan baik dibandingkan daerah lain. “Jatim paling siap menerima kurikulum yang berbasis keterampilan,” ujarnya.
Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI Wardiman Djojonegoro dalam seminar di kantor Dinas Pendidikan (Dindik) Jawa Timur (Jatim) mengungkapkan, dari data yang diperoleh Bank Dunia pada Juni 2014, sebanyak 70% manajer di Indonesia tidak bisa memperoleh tenaga kerja yang memiliki keahlian bagus.
“Tenaga kerja Indonesia belum bisa bersaing dengan tenaga kerja asing, ada sekitar 70% manajer di Indonesia tidak bisa menemukan tenaga kerja yang lebih bagus,” katanya, Kamis (14/8/2014).
Wardiman mengatakan, kondisi ini juga terlihat dengan rencana pendirian pabrik perakitan mobil Volkswagen (VW) di Gresik yang terhenti. Dari analisa yang dilakukan, kondisi tersebut terjadi karena kesulitan mendapatkan tenaga kerja sesuai kualifikasi.
"Pabrik yang akan dibangun di Gresik ini lebih besar dari Jakarta. Cuma sekarang mandeg karena sulit memperoleh tenaga kerja,” katanya.
Pris yang juga Ketua Umum Yayasan Puteri Indonesia menegaskan, kondisi tersebut harus menjadi atensi yang serius dari pemeirntah. Jika tidak, maka saat pasar bebas terjadi maka tenaga kerja lokal akan terpinggirkan. Indonesia akan dikuasai tenaga-tenaga asing. “Kita harus serius membina ini. Jangan sampai mengambil 10 tenaga Jatim, luar negeri 10.000,” paparnya.
Untuk memecahkan masalah ini, menurut dia dibutuhkan sinergisitas antara dunia pendidikan dengan industri. Sinergisitas ini bisa diwujudkan dengan menggandeng dunia usaha dalam program-program peningkatan kualitas pendidikan, khususnya di sekolah menengah kejuruan (SMK).
Menurut Wardiman, SMK harus siap menyongsong pasar bebas ASEAN 2015 mendatang. Untuk itu perlu ada pendalaman soft skill, seperti ketapatan waktu, pemahaman kualitas serta sistem kerja yang baik.
Wardiman menyambut baik program PT Astra Daihatsu Motor yang menggandeng sejumlah SMK di Jatim untuk peningkatan mutunya. Tahun ini ada dua SMK yang dipilih yakni SMKN Singosari, Kabupaten Malang serta SMK PGRI 3 Kota Malang.
"Saya sebagai orang Jawa Timur berharap tidak hanya dua sekolah yang digendeng, kalau bisa ditingkatakan,” ujarnya.
HR Division Head PT Astra Daihatsu Motor Joko Baroto mengatakan, di program ini pihaknya mencoba mensinergikan antara kebutuhan industri dengan dunia pendidikan. Langkahnya dengan memasukkan program-program dalam kurikulum sekolah, kemudian memberikan pelatihan kepada guru-gurunya. Selanjutnya guru-guru ini yang akan mentraining ulang ke siswa.
“Pendidikan ke Guru lebih efektif, mereka bisa menularkan ke siswa masing-masing,” katanya.
Dari sistem ini, nantinya akan terjaring suatu rangkaian untuk mendapatkan ilmu yang sesuai dengan kebutuhan zaman. Sebab, persaingan akan semakin berat dalam pasar bebas yang akan dihadapi mendatang.
Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim Harun mengatakan sinergi dengan dunia usaha sangat dibutuhkan. Apalagi, Jatim memiliki SMK yang sangat banyak dengan kualitas pendidikan baik dibandingkan daerah lain. “Jatim paling siap menerima kurikulum yang berbasis keterampilan,” ujarnya.
(gpr)