Indomobil: Mobnas Bisa Picu Diskriminasi Pajak
A
A
A
JAKARTA - Isu pembangunan mobil nasional antara PT Adiperkasa Citra Lestari (ACL) dengan Proton Holding Hbd menimbulkan polemik tentang deskripsi mobnas. Berkaca pada Timor yang diprakarsai Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto masalah lain yang timbul, yaitu diskriminasi pajak.
Komisaris PT Suzuki Indomobil Motor (SIM) Subronto Laras mengatakan, bicara kategori mobnas Timor dan mobnas yang sekarang tengah diperbincangkan belum memiliki aturan jelas mengenai pajak. Sehingga apabila kerja sama antara ACL dengan Proton melahirkan mobnas, dapat menimbulkan masalah baru terkait pajak.
"Bicara kategori mobnas yang jaman dulu Mas Tommy (Timor) nikmati karena bebas pajak, bebas bea masuk, itu saja enggak gampang. Jadi Mas Tommy pada saat itu memasukkan mobil build up tapi tanpa pajak sama sekali. Sebetulnya itu aturan diskriminasi. Untungnya kejadiannya enggak berlarut-larut," tutur Subronto.
Saat itu, lanjut Subronto, terjadi kecemburuan persaingan industri automotif di Indonesia. Sebab jenis mobil sekelas Low Multi Purpose Vehicle (LMPV) yang diproduksi dalam negeri tetap kena pajak. Sementara Timor yang notabene masuk dalam kategori sedan lepas dari PPnBM (Pajak Penjualan Barang Mewah) dan bea masuk.
Menurut dia, mobil sekelas Low MPV dan LCGC yang sejatinya merupakan mobil murah harus melewati regulasi tidak mudah. Sebab Low MPV sekalipun pasti dikenakan pajak hingga 40%. Sementara LCGC yang dibebaskan dari pajak namun memiliki ketentuan ketat, pabrikan diwajibkan menggunakan komponen lokal 80%.
"Walaupun Low MPV pasti ada 40% pajak. LCGC sekarang dibebaskan, tapi itu enggak gampang. LCGC dibebaskan pajak, tapi harus menanggung investasi yang cukup besar, 80% komponen itu harus lokal. Itu menjadi beban," ulasnya.
Balik ke mobnas Proton, Subronto bercerita dia pernah diundang Chairman Proton, Mahathir Mohamad, dan mengadakan diskusi apakah Proton dapat masuk ke Indonesia. Tokoh automotif nasional ini tidak bicara banyak, dan hanya memberikan saran untuk mengetahui peta persaingan industri automotif Tanah Air.
"Saya pernah diundang Pak Mahatir, mereka bahkan persentasi tentang kekuatan Proton dan membuka omongan dengan saya untuk masuk ke Indonesia. Pasar yang gede di sini adalah Low MPV yang sekarang ini menguasai pasar. Coba deh bikin kayak gitu. Jadi tinggal masuk kemari. Tapi pas waktu diskusi itu belum bicara mobnas," pungkasnya.
(Baca: Indomobil Sarankan Proton Buat Mobil Rp40 Jutaan)
Komisaris PT Suzuki Indomobil Motor (SIM) Subronto Laras mengatakan, bicara kategori mobnas Timor dan mobnas yang sekarang tengah diperbincangkan belum memiliki aturan jelas mengenai pajak. Sehingga apabila kerja sama antara ACL dengan Proton melahirkan mobnas, dapat menimbulkan masalah baru terkait pajak.
"Bicara kategori mobnas yang jaman dulu Mas Tommy (Timor) nikmati karena bebas pajak, bebas bea masuk, itu saja enggak gampang. Jadi Mas Tommy pada saat itu memasukkan mobil build up tapi tanpa pajak sama sekali. Sebetulnya itu aturan diskriminasi. Untungnya kejadiannya enggak berlarut-larut," tutur Subronto.
Saat itu, lanjut Subronto, terjadi kecemburuan persaingan industri automotif di Indonesia. Sebab jenis mobil sekelas Low Multi Purpose Vehicle (LMPV) yang diproduksi dalam negeri tetap kena pajak. Sementara Timor yang notabene masuk dalam kategori sedan lepas dari PPnBM (Pajak Penjualan Barang Mewah) dan bea masuk.
Menurut dia, mobil sekelas Low MPV dan LCGC yang sejatinya merupakan mobil murah harus melewati regulasi tidak mudah. Sebab Low MPV sekalipun pasti dikenakan pajak hingga 40%. Sementara LCGC yang dibebaskan dari pajak namun memiliki ketentuan ketat, pabrikan diwajibkan menggunakan komponen lokal 80%.
"Walaupun Low MPV pasti ada 40% pajak. LCGC sekarang dibebaskan, tapi itu enggak gampang. LCGC dibebaskan pajak, tapi harus menanggung investasi yang cukup besar, 80% komponen itu harus lokal. Itu menjadi beban," ulasnya.
Balik ke mobnas Proton, Subronto bercerita dia pernah diundang Chairman Proton, Mahathir Mohamad, dan mengadakan diskusi apakah Proton dapat masuk ke Indonesia. Tokoh automotif nasional ini tidak bicara banyak, dan hanya memberikan saran untuk mengetahui peta persaingan industri automotif Tanah Air.
"Saya pernah diundang Pak Mahatir, mereka bahkan persentasi tentang kekuatan Proton dan membuka omongan dengan saya untuk masuk ke Indonesia. Pasar yang gede di sini adalah Low MPV yang sekarang ini menguasai pasar. Coba deh bikin kayak gitu. Jadi tinggal masuk kemari. Tapi pas waktu diskusi itu belum bicara mobnas," pungkasnya.
(Baca: Indomobil Sarankan Proton Buat Mobil Rp40 Jutaan)
(dyt)