Hyundai Enggan Pakai LFP, Sebut Baterai Nikel Lebih Berkualitas
Kamis, 08 Februari 2024 - 13:26 WIB
JAKARTA - Hyundai selaku pelopor mobil listrik di Indonesia tetap setia dengan baterai berbasis nikel. Mereka enggan beralih ke baterai LFP (Lithium Iron Phosphate), meski lebih hemat ongkos produksi.
President Director PT HMID Woojune Cha menegaskan Hyundai secara global akan tetap menggunakan baterai jenis nikel. Dikatakannya, baterai NCM (Nickel Manganese Cobalt) lebih berkualitas.
“Soal baterai, as a group Hyundai Motor Company tetap berfokus ke baterai NMC karena dari segi kualitas lebih baik, jarak tempuh juga lebih baik. Apalagi kalau bicara pemakaian setelahnya,” kata Cha di Jakarta Pusat, Selasa (6/2/2024).
Jenis baterai nikel memang dikenal dengan keunggulan penyimpanan daya listrik yang lebih tahan lama dan tingkat kepadatan daya listrik tinggi. Diungkapkan Cha, baterai jenis NMC masih bisa diolah kembali apabila sudah tidak digunakan pada mobil listrik.
“Jadi untuk masa depan atau untuk pasar Indonesia baterai NMC adalah goals utama. Memang LFP lebih mudah dikembangkan dan diproduksi. Kami bisa memanfaatkannya, kami bisa menggunakan seluruh materialnya, dan itu mudah diolah kembali,” ujarnya.
Di Indonesia, baterai LFP sudah digunakan pada sejumlah mobil listrik asal China, yakni Wuling Air ev, Wuling BinguoEV, Neta V, dan seluruh produk BYD, seperti Dolphine, Atto 3, serta Seal yang dinamakan Blade Battery.
Chief Operating Officer PT HMID Fransiscus Soerjopranoto menyampaikan hal senada mengenai baterai LFP. Menurutnya, setelah digunakan, material yang ada di dalam baterai tidak bisa digunakan kembali dan akan menyebabkan limbah.
Oleh sebab itu, Hyundai memutuskan tetap setia dengan baterai dengan bahan baku nikel yang masih bisa didaur ulang ketika sudah tak digunakan kembali. Menurutnya, ini akan sangat baik untuk masa depan lingkungan di Indonesia.
“Jadi, untuk masa depan, atau untuk pasar Indonesia, atau untuk masyarakat sendiri, baterai NCM adalah jalan utama. Jadi, itulah jalan yang harus kita lakukan. Tapi, dalam jangkauan, baterai LFP lebih unggul dan mudah dikembangkan,” kata Frans.
President Director PT HMID Woojune Cha menegaskan Hyundai secara global akan tetap menggunakan baterai jenis nikel. Dikatakannya, baterai NCM (Nickel Manganese Cobalt) lebih berkualitas.
“Soal baterai, as a group Hyundai Motor Company tetap berfokus ke baterai NMC karena dari segi kualitas lebih baik, jarak tempuh juga lebih baik. Apalagi kalau bicara pemakaian setelahnya,” kata Cha di Jakarta Pusat, Selasa (6/2/2024).
Jenis baterai nikel memang dikenal dengan keunggulan penyimpanan daya listrik yang lebih tahan lama dan tingkat kepadatan daya listrik tinggi. Diungkapkan Cha, baterai jenis NMC masih bisa diolah kembali apabila sudah tidak digunakan pada mobil listrik.
“Jadi untuk masa depan atau untuk pasar Indonesia baterai NMC adalah goals utama. Memang LFP lebih mudah dikembangkan dan diproduksi. Kami bisa memanfaatkannya, kami bisa menggunakan seluruh materialnya, dan itu mudah diolah kembali,” ujarnya.
Di Indonesia, baterai LFP sudah digunakan pada sejumlah mobil listrik asal China, yakni Wuling Air ev, Wuling BinguoEV, Neta V, dan seluruh produk BYD, seperti Dolphine, Atto 3, serta Seal yang dinamakan Blade Battery.
Chief Operating Officer PT HMID Fransiscus Soerjopranoto menyampaikan hal senada mengenai baterai LFP. Menurutnya, setelah digunakan, material yang ada di dalam baterai tidak bisa digunakan kembali dan akan menyebabkan limbah.
Oleh sebab itu, Hyundai memutuskan tetap setia dengan baterai dengan bahan baku nikel yang masih bisa didaur ulang ketika sudah tak digunakan kembali. Menurutnya, ini akan sangat baik untuk masa depan lingkungan di Indonesia.
“Jadi, untuk masa depan, atau untuk pasar Indonesia, atau untuk masyarakat sendiri, baterai NCM adalah jalan utama. Jadi, itulah jalan yang harus kita lakukan. Tapi, dalam jangkauan, baterai LFP lebih unggul dan mudah dikembangkan,” kata Frans.
(msf)
tulis komentar anda