Toyota Dorong Percepatan Insentif Mobil Hybrid untuk Transisi Mulus ke Kendaraan Listrik di Indonesia
Sabtu, 27 Juli 2024 - 16:17 WIB
JAKARTA - Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) mendesak pemerintah untuk segera merealisasikan insentif bagi mobil hybrid.
Menurut Bob Azam, Wakil Presiden Direktur TMMIN, insentif ini tidak akan menghambat perkembangan mobil listrik murni, karena kedua segmen memiliki pasar yang berbeda.
“Segmen mobil hybrid dan listrik berbeda, bahkan di luar negeri pun demikian. Hybrid bukan barang baru, sudah ada sejak 20 tahun lalu," ungkap Bob di GIIAS 2024.
Ia menekankan pentingnya Indonesia bergerak cepat dalam memberikan insentif agar ekosistem mobil hybrid dapat berkembang di dalam negeri.
Sebagai informasi, mobil hybrid yang memadukan mesin pembakaran internal dan motor listrik penggerak lengkap dengan baterai mampu menekan emisi.
Berdasarkan hasil studi, mobil hybrid mampu mengurangi emisi hingga 49 persen dibandingkan kendaraan konvensional.
“Jadi Indonesia harus (bergerak) cepat agar ekosistemnya ada di Indonesia. Kalau lama, nanti hybridnya malah impor semua," lanjut Bob.
Bob menuturkan pemerintah Indonesia seharusnya berkaca pada Thailand yang memberikan insentif besar pada mobil hybrid. Terlebih, ini merupakan tahap awal untuk masyarakat Indonesia untuk beralih ke kandaraan listrik murni.
Baca Juga: Mobil Listrik China Serbu Indonesia, Toyota Mulai Gerah?
“Contoh di Thailand, mudah masuk ke BEV karena masyarakatnya sudah diedukasi dengan hybrid, jadi mereka terbiasa dan ada pengalaman berkendara mobil dengan baterai. Meski baterainya berukuran kecil atau hybrid, setidaknya mereka tuh bisa belajar dan membentuk kesadaran untuk dibangun peace of mind, jadi mereka tidak khawatir," ujarnya.
Sebagai informasi, saat ini hampir seluruh produk Toyota sudah dilengkapi dengan varian hybrid sebagai pilihan mobilitas ramah lingkungan. Tapi, model itu hanya tersedia pada varian tertinggi dengan harga yangcukupmahal.
Menurut Bob Azam, Wakil Presiden Direktur TMMIN, insentif ini tidak akan menghambat perkembangan mobil listrik murni, karena kedua segmen memiliki pasar yang berbeda.
“Segmen mobil hybrid dan listrik berbeda, bahkan di luar negeri pun demikian. Hybrid bukan barang baru, sudah ada sejak 20 tahun lalu," ungkap Bob di GIIAS 2024.
Ia menekankan pentingnya Indonesia bergerak cepat dalam memberikan insentif agar ekosistem mobil hybrid dapat berkembang di dalam negeri.
Sebagai informasi, mobil hybrid yang memadukan mesin pembakaran internal dan motor listrik penggerak lengkap dengan baterai mampu menekan emisi.
Berdasarkan hasil studi, mobil hybrid mampu mengurangi emisi hingga 49 persen dibandingkan kendaraan konvensional.
“Jadi Indonesia harus (bergerak) cepat agar ekosistemnya ada di Indonesia. Kalau lama, nanti hybridnya malah impor semua," lanjut Bob.
Bob menuturkan pemerintah Indonesia seharusnya berkaca pada Thailand yang memberikan insentif besar pada mobil hybrid. Terlebih, ini merupakan tahap awal untuk masyarakat Indonesia untuk beralih ke kandaraan listrik murni.
Baca Juga: Mobil Listrik China Serbu Indonesia, Toyota Mulai Gerah?
“Contoh di Thailand, mudah masuk ke BEV karena masyarakatnya sudah diedukasi dengan hybrid, jadi mereka terbiasa dan ada pengalaman berkendara mobil dengan baterai. Meski baterainya berukuran kecil atau hybrid, setidaknya mereka tuh bisa belajar dan membentuk kesadaran untuk dibangun peace of mind, jadi mereka tidak khawatir," ujarnya.
Sebagai informasi, saat ini hampir seluruh produk Toyota sudah dilengkapi dengan varian hybrid sebagai pilihan mobilitas ramah lingkungan. Tapi, model itu hanya tersedia pada varian tertinggi dengan harga yangcukupmahal.
(dan)
tulis komentar anda