Saingi Indonesia, Filipina Akan Buat Baterai Mobil Listrik Dalam Negeri
Jum'at, 04 Juni 2021 - 06:00 WIB
JAKARTA - Filipina akan bersaing dengan Indonesia dalam membuat baterai mobil listrik . Rencananya dalam waktu tiga tahun ke depan Filipina akan mengucurkan dana sebesar 120 juta Peso atau setara Rp42,6 miliar untuk membentuk Center for Advanced Batteries. Lembaga itu akan dipimpin oleh Technological Institute of the Phillipines (TI_ dan University of the Phillipines-Diliman (UPD).
Selanjutnya, The Phillippine Department of Science and Technology (DOST) akan membangun sebanyak tujuh pusat riset dengan nama Science for Change Program (S4CP). Budget untuk pengembangan riset dan teknologi baterai mobil litrik itu disiapkan hingga 540 juta Peso atau setara Rp162,2 miliar.
Untuk proyek baterai ini Filipina melakukan cara yang hampir sama dengan Indonesia yakni memanfaatkan sumber daya nikel. Hal ini mereka yakini akan mampu menurunkan biaya serta mengoptimalkan baterai mobil listrik.
Sebagai langkah awal mereka akan melakukan penelitian pada proyek material katoda lanjutan untuk pembuatan baterai mobil listrik generasi baru. Selanjutnya akan diikuti oleh penelitian Renewed Edison Batteries (REBCell) yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja teknologi baterai tradisional dengan cara meningkatkan kepadatan energi dan daya.
Ferdinand Raquelsantos, Chair Emeritus of the Electric Vehicle Association of The Philippines dan President of Electric Vehicle Owners Society mengaku pesimis dengan rencana tersebut. Pasalnya sudah banyak upaya untuk memproduksi baterai mobil listrik di dalam negeri Filipina. Hanya saja hal itu tidak terealisasi karena masih digantungnya peraturan mengenai mobil listrik di negara jiran itu.
Ditanya tentang kelayakan mendirikan industri baterai EV lokal, ketua emeritus Asosiasi Kendaraan Listrik Filipina (eVAP) dan presiden Masyarakat Pemilik Kendaraan Listrik mengatakan ada beberapa upaya pembuatan baterai di Filipina tetapi tidak dapat melakukannya. direalisasikan karena undang-undang EV yang tertunda.
Selanjutnya, The Phillippine Department of Science and Technology (DOST) akan membangun sebanyak tujuh pusat riset dengan nama Science for Change Program (S4CP). Budget untuk pengembangan riset dan teknologi baterai mobil litrik itu disiapkan hingga 540 juta Peso atau setara Rp162,2 miliar.
Untuk proyek baterai ini Filipina melakukan cara yang hampir sama dengan Indonesia yakni memanfaatkan sumber daya nikel. Hal ini mereka yakini akan mampu menurunkan biaya serta mengoptimalkan baterai mobil listrik.
Sebagai langkah awal mereka akan melakukan penelitian pada proyek material katoda lanjutan untuk pembuatan baterai mobil listrik generasi baru. Selanjutnya akan diikuti oleh penelitian Renewed Edison Batteries (REBCell) yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja teknologi baterai tradisional dengan cara meningkatkan kepadatan energi dan daya.
Ferdinand Raquelsantos, Chair Emeritus of the Electric Vehicle Association of The Philippines dan President of Electric Vehicle Owners Society mengaku pesimis dengan rencana tersebut. Pasalnya sudah banyak upaya untuk memproduksi baterai mobil listrik di dalam negeri Filipina. Hanya saja hal itu tidak terealisasi karena masih digantungnya peraturan mengenai mobil listrik di negara jiran itu.
Ditanya tentang kelayakan mendirikan industri baterai EV lokal, ketua emeritus Asosiasi Kendaraan Listrik Filipina (eVAP) dan presiden Masyarakat Pemilik Kendaraan Listrik mengatakan ada beberapa upaya pembuatan baterai di Filipina tetapi tidak dapat melakukannya. direalisasikan karena undang-undang EV yang tertunda.
(wsb)
tulis komentar anda