Daihatsu Akui Mobil Listrik Murah Buatan China Ancaman Terbesar Otomotif Jepang
Selasa, 15 Maret 2022 - 20:13 WIB
TOKYO - Kehadiran mobil listrik murah buatan China akan menjadi ancaman terbesar bagi Industri otomotif Jepang.Hal itu dilontarkan Presiden Daihatsu Motor Soichiro Okudaira atas membanjirnya mobil-mobil listrik murah asal China
Seperti dilansir dari Nikei Asia, situasi tersebut dikatakan terjadi karena pabrikan Jepang terlihat relatif lambat dalam bertransisi ke EV.
Kelalaian memberi perusahaan China keuntungan menawarkan EV yang terjangkau ke pasar. Untuk itu, Okudaira mengatakan pihaknya berkomitmen melakukan yang terbaik untuk bersaing dengan model EV murah buatan China.
Okudaira menegaskan konsep desain mobil China bukan sekedar tambahan dari apa yang sudah ditawarkan sebelumnya, seperti teknologi baterai dan mesin yang didinginkan oleh udara, bukan air.
“Sistem ini mungkin memiliki kelemahan karena tidak cocok untuk dikendarai dengan kecepatan tinggi. Tetapi biaya dapat dikurangi dengan membatasi sistem operasi. Daihatsu akan kembali ke dasar-dasar otomotif dan memikirkan konsep baru untuk menghasilkan EV yang terjangkau. Kita harus bersaing dari segi harga,” tegas Okudaira.
Daihatsu diperkirakan akan memperkenalkan EV pertamanya pada tahun 2025 dengan perkiraan harga 1 juta yen, jauh lebih mahal daripada sejumlah mini EV dari China. Meski lebih mahal, Okudaira yakin permintaan EV kei-cars yang menawarkan ruang kabin luas akan tetap tinggi.
Okudaira mengatakan kepada Daihatsu saat ini sedang mempertimbangkan elektrifikasi model Mira e: S dan kemungkinan akan meluncurkan versi EV dari truk komersial Hijet dengan harga yang sama dengan varian bensin.
Pembuat mobil kompak bekerja dengan beberapa produsen lain untuk menggemparkan berbagai modelnya. Mereka akan melakukan apa saja untuk mengendalikan biaya baterai.
Daihatsu sedang menjajaki berbagai opsi, termasuk membeli baterai buatan China. Langkah ini akan melibatkan investasi miliaran yen untuk menawarkan kendaraan EV baru pada tahun 2030.
''Jadi, kami bekerja sama dengan perusahaan induk, Toyota Motor . Kami juga bekerja sama dengan Suzuki Motor untuk mengembangkan model EV, serta berpartisipasi dalam kolaborasi antara Toyota dan Isuzu untuk menghasilkan teknologi terkait,” tutupnya.
Seperti dilansir dari Nikei Asia, situasi tersebut dikatakan terjadi karena pabrikan Jepang terlihat relatif lambat dalam bertransisi ke EV.
Kelalaian memberi perusahaan China keuntungan menawarkan EV yang terjangkau ke pasar. Untuk itu, Okudaira mengatakan pihaknya berkomitmen melakukan yang terbaik untuk bersaing dengan model EV murah buatan China.
Okudaira menegaskan konsep desain mobil China bukan sekedar tambahan dari apa yang sudah ditawarkan sebelumnya, seperti teknologi baterai dan mesin yang didinginkan oleh udara, bukan air.
“Sistem ini mungkin memiliki kelemahan karena tidak cocok untuk dikendarai dengan kecepatan tinggi. Tetapi biaya dapat dikurangi dengan membatasi sistem operasi. Daihatsu akan kembali ke dasar-dasar otomotif dan memikirkan konsep baru untuk menghasilkan EV yang terjangkau. Kita harus bersaing dari segi harga,” tegas Okudaira.
Daihatsu diperkirakan akan memperkenalkan EV pertamanya pada tahun 2025 dengan perkiraan harga 1 juta yen, jauh lebih mahal daripada sejumlah mini EV dari China. Meski lebih mahal, Okudaira yakin permintaan EV kei-cars yang menawarkan ruang kabin luas akan tetap tinggi.
Okudaira mengatakan kepada Daihatsu saat ini sedang mempertimbangkan elektrifikasi model Mira e: S dan kemungkinan akan meluncurkan versi EV dari truk komersial Hijet dengan harga yang sama dengan varian bensin.
Pembuat mobil kompak bekerja dengan beberapa produsen lain untuk menggemparkan berbagai modelnya. Mereka akan melakukan apa saja untuk mengendalikan biaya baterai.
Daihatsu sedang menjajaki berbagai opsi, termasuk membeli baterai buatan China. Langkah ini akan melibatkan investasi miliaran yen untuk menawarkan kendaraan EV baru pada tahun 2030.
''Jadi, kami bekerja sama dengan perusahaan induk, Toyota Motor . Kami juga bekerja sama dengan Suzuki Motor untuk mengembangkan model EV, serta berpartisipasi dalam kolaborasi antara Toyota dan Isuzu untuk menghasilkan teknologi terkait,” tutupnya.
(wbs)
tulis komentar anda