Sering Jadi Penyebab Kecelakaan, Ini Solusi untuk Mengatasi Truk ODOL
Senin, 02 Januari 2023 - 07:15 WIB
JAKARTA - Kecelakaan maut akibat truk berulang kali terjadi selama 2022. Rata-rata, kecelakaan tersebut diakibatkan oleh truk yang kelebihan muatan. Fenomena yang dikenal sebagai over dimension over loading (ODOL) . Faktanya, di lapangan fenomena truk ODOL ini sangat sulit diatasi.
Karena itu, Kepala Pusat Kebijakan Sarana Transportasi Gunung Hutapea mengatakan bahwa pemerintah Indonesia perlu mengembangkan sistem transportasi terintegrasi dengan kawasan industri. Sehingga tidak hanya bergantung pada truk sebagai kendaraan logistik.
“Pemerintah perlu mengembangkan sistem terintegrasi. Seperti menggunakan kapal tongkang dan kereta api untuk kelancaran angkutan logistik keluar dan menuju Pelabuhan laut maupun Pelabuhan daratan (Dry Port). Serta kolaborasi antar pelabuhan seperti Pelabuhan Patimban dengan Pelabuhan Tanjung Priok untuk mendukung kegiatan logistik di Indonesia,” kata Gunung Hutapea dilansir dari laman Baketrans Dephub.
Itu artinya, diperlukan waktu yang pendek untuk dapat menjangkau jalan masuk ke dry port dari halaman pelabuhan laut menuju kapal. Ini bertujuan agar tidak menyebabkan kepadatan di halaman pelabuhan.
“Melalui pembangunan dry port diharapkan dapat mendukung aktifitas di pelabuhan laut yang memiliki tingkat BOR (Beuth Occupancy Ratio) atau tingkat penggunaan dermaga dan tingkat YOR (Yard Occupancy Ratio) atau tingkat penggunaan lapangan petikemas yang tinggi. Sehingga mengurangi kemacetan di pelabuhan dan mempercepat waktu untuk melakukan aktifitas bongkar muat,” ujar Gunung.
Peneliti HAN University Erik van Zanten memaparkan bahwa truk tak selamanya jadi angkutan satu-satunya pengangkut barang atau logistik.
Menurutnya, tugas tersebut bisa dilakukan dengan moda transportasi lain.
“Penggunaan angkutan multimoda yakni tongkang dan kereta api dapat mengurangi emisi gas buang yang ditimbulkan, dibandingkan jika hanya menggunakan angkutan darat terutama kendaraan truk,” ucap Van Zanten.
Selain penyebab kecelakaan lalu lintas, Van Zanten juga menyebut bahwa truk juga menjadi penyumbang polusi yang tinggi karena gas buang yang diciptakan cukup besar.
Karena itu, Kepala Pusat Kebijakan Sarana Transportasi Gunung Hutapea mengatakan bahwa pemerintah Indonesia perlu mengembangkan sistem transportasi terintegrasi dengan kawasan industri. Sehingga tidak hanya bergantung pada truk sebagai kendaraan logistik.
“Pemerintah perlu mengembangkan sistem terintegrasi. Seperti menggunakan kapal tongkang dan kereta api untuk kelancaran angkutan logistik keluar dan menuju Pelabuhan laut maupun Pelabuhan daratan (Dry Port). Serta kolaborasi antar pelabuhan seperti Pelabuhan Patimban dengan Pelabuhan Tanjung Priok untuk mendukung kegiatan logistik di Indonesia,” kata Gunung Hutapea dilansir dari laman Baketrans Dephub.
Itu artinya, diperlukan waktu yang pendek untuk dapat menjangkau jalan masuk ke dry port dari halaman pelabuhan laut menuju kapal. Ini bertujuan agar tidak menyebabkan kepadatan di halaman pelabuhan.
“Melalui pembangunan dry port diharapkan dapat mendukung aktifitas di pelabuhan laut yang memiliki tingkat BOR (Beuth Occupancy Ratio) atau tingkat penggunaan dermaga dan tingkat YOR (Yard Occupancy Ratio) atau tingkat penggunaan lapangan petikemas yang tinggi. Sehingga mengurangi kemacetan di pelabuhan dan mempercepat waktu untuk melakukan aktifitas bongkar muat,” ujar Gunung.
Peneliti HAN University Erik van Zanten memaparkan bahwa truk tak selamanya jadi angkutan satu-satunya pengangkut barang atau logistik.
Menurutnya, tugas tersebut bisa dilakukan dengan moda transportasi lain.
“Penggunaan angkutan multimoda yakni tongkang dan kereta api dapat mengurangi emisi gas buang yang ditimbulkan, dibandingkan jika hanya menggunakan angkutan darat terutama kendaraan truk,” ucap Van Zanten.
Selain penyebab kecelakaan lalu lintas, Van Zanten juga menyebut bahwa truk juga menjadi penyumbang polusi yang tinggi karena gas buang yang diciptakan cukup besar.
tulis komentar anda