Strategi Pangkas Harga Perkuat Posisi Tesla di Pasar Mobil Listrik
loading...
A
A
A
TEXAS - Strategi Tesla memangkas harga produk mobil listriknya telah menyulut terjadinya perang harga di pasar kendaraan listrik. Tesla menggunakan keunggulan awalnya di pasar kendaraan listrik untuk menurunkan biaya dan meningkatkan keuntungan.
Strategi itu kemungkinan akan terus digunakan untuk membayar dividen ketika harga turun, karena pasar dibanjiri oleh pesaing baru. Menurut data Reuters, pada kuartal ketiga tahun 2022, Tesla menghasilkan laba kotor USD15.653 per kendaraan.
Keuntungan itu lebih dari dua kali lipat dari pesaingnya seperti Volkswagen, empat kali lipat dari Toyota, dan lima kali lipat dari Ford. Berkat keuntungannya yang lebih tinggi, Tesla memiliki lebih banyak kelonggaran untuk memangkas harga.
“Keunggulan biaya tersebut merupakan hasil dari investasi besar merek dalam mengendalikan biaya produksi. Teknologi jalur perakitan baru, menghadirkan manufaktur baterai sendiri, dan standarisasi desain semuanya membantu pembuat mobil menjaga biaya tetap rendah,” tulis laman carscoops, Sabtu (21/1/2023).
Langkah menurunkan harga, mungkin juga strategi untuk menggertak pemain lain yang tidak mampu memotong biaya. Ini adalah strategi yang telah mulai diterapkan Tesla di China, ketika subsidi pemerintah berakhir dan kapasitas produksi tinggi.
Pesaing lokal seperti Xpeng harus mengikuti Tesla dalam memangkas harga. Namun, dengan biaya produksi yang lebih tinggi, maka hanya menghasilkan laba kotor USD4.565 dan kerugian bersih USD11.735 per kendaraan.
“Penjualan Tesla melonjak setelah melakukan penurunan harga dan sekarang kami melihat pembuat mobil lain mengikuti penurunan harga. Misalnya, Xpeng mengalami penurunan penjualan selama seminggu setelah penurunan harga Tesla,” tulis laman electrek.
Banyak ahli melihat ini sebagai beberapa langkah pertama menuju perang harga mobil listrik yang pertama. Dan, Tesla berada dalam posisi sempurna untuk memenangkan perang harga dalam pasar mobil listrik.
Strategi itu juga akan menjadi langkah penting untuk tahun-tahun yang akan datang, karena kapasitas produksi EV diperkirakan akan melebihi permintaan. Pada tahun 2026, di AS diperkirakan akan membeli 2,8 juta kendaraan listrik per tahun.
Namun, pada saat yang sama, akan ada cukup banyak pabrik kendaraan listrik yang beroperasi untuk merakit lebih dari 4,5 juta kendaraan per tahun. Sementara pembuat mobil besar seperti VW, Ford, dan GM memiliki kendaraan pembakaran yang lebih besar untuk dimainkan, sehingga memiliki lebih sedikit waktu untuk merampingkan proses produksi mobil listriknya.
Laman Insider melaporkan bahwa Tesla telah memangkas harga di China dua kali ketika permintaan dan penjualan mobil listriknya lesu. Tak lama setelah harga dipangkas untuk SUV Model 3 Tesla dan Model Y di Eropa dan AS, Bank of America menyebutkan langkah tersebut dapat meningkatkan penjualan sebesar 53%.
“Pemotongan harga Tesla baru-baru ini (adalah) kisah sukses besar sejauh ini. China mewakili inti dari kisah pertumbuhan global Tesla dan tampaknya pemotongan harga telah diterima dengan sangat baik oleh konsumen,” kata Daniel Ives, Managing Director and Senior Equity Research Analyst di Wedbush Securities dikutip dari laman Insider.
Pekan lalu, Ives mengatakan dalam catatan terpisah bahwa pemotongan harga Tesla adalah tanda perusahaan semakin agresif karena persaingan kendaraan listrik semakin memanas. “Kami percaya semua pemotongan harga ini dapat memacu permintaan atau pengiriman sebesar 12%-15% secara global pada tahun 2023,” ucapnya.
Strategi itu kemungkinan akan terus digunakan untuk membayar dividen ketika harga turun, karena pasar dibanjiri oleh pesaing baru. Menurut data Reuters, pada kuartal ketiga tahun 2022, Tesla menghasilkan laba kotor USD15.653 per kendaraan.
Keuntungan itu lebih dari dua kali lipat dari pesaingnya seperti Volkswagen, empat kali lipat dari Toyota, dan lima kali lipat dari Ford. Berkat keuntungannya yang lebih tinggi, Tesla memiliki lebih banyak kelonggaran untuk memangkas harga.
“Keunggulan biaya tersebut merupakan hasil dari investasi besar merek dalam mengendalikan biaya produksi. Teknologi jalur perakitan baru, menghadirkan manufaktur baterai sendiri, dan standarisasi desain semuanya membantu pembuat mobil menjaga biaya tetap rendah,” tulis laman carscoops, Sabtu (21/1/2023).
Langkah menurunkan harga, mungkin juga strategi untuk menggertak pemain lain yang tidak mampu memotong biaya. Ini adalah strategi yang telah mulai diterapkan Tesla di China, ketika subsidi pemerintah berakhir dan kapasitas produksi tinggi.
Pesaing lokal seperti Xpeng harus mengikuti Tesla dalam memangkas harga. Namun, dengan biaya produksi yang lebih tinggi, maka hanya menghasilkan laba kotor USD4.565 dan kerugian bersih USD11.735 per kendaraan.
“Penjualan Tesla melonjak setelah melakukan penurunan harga dan sekarang kami melihat pembuat mobil lain mengikuti penurunan harga. Misalnya, Xpeng mengalami penurunan penjualan selama seminggu setelah penurunan harga Tesla,” tulis laman electrek.
Banyak ahli melihat ini sebagai beberapa langkah pertama menuju perang harga mobil listrik yang pertama. Dan, Tesla berada dalam posisi sempurna untuk memenangkan perang harga dalam pasar mobil listrik.
Strategi itu juga akan menjadi langkah penting untuk tahun-tahun yang akan datang, karena kapasitas produksi EV diperkirakan akan melebihi permintaan. Pada tahun 2026, di AS diperkirakan akan membeli 2,8 juta kendaraan listrik per tahun.
Namun, pada saat yang sama, akan ada cukup banyak pabrik kendaraan listrik yang beroperasi untuk merakit lebih dari 4,5 juta kendaraan per tahun. Sementara pembuat mobil besar seperti VW, Ford, dan GM memiliki kendaraan pembakaran yang lebih besar untuk dimainkan, sehingga memiliki lebih sedikit waktu untuk merampingkan proses produksi mobil listriknya.
Laman Insider melaporkan bahwa Tesla telah memangkas harga di China dua kali ketika permintaan dan penjualan mobil listriknya lesu. Tak lama setelah harga dipangkas untuk SUV Model 3 Tesla dan Model Y di Eropa dan AS, Bank of America menyebutkan langkah tersebut dapat meningkatkan penjualan sebesar 53%.
“Pemotongan harga Tesla baru-baru ini (adalah) kisah sukses besar sejauh ini. China mewakili inti dari kisah pertumbuhan global Tesla dan tampaknya pemotongan harga telah diterima dengan sangat baik oleh konsumen,” kata Daniel Ives, Managing Director and Senior Equity Research Analyst di Wedbush Securities dikutip dari laman Insider.
Pekan lalu, Ives mengatakan dalam catatan terpisah bahwa pemotongan harga Tesla adalah tanda perusahaan semakin agresif karena persaingan kendaraan listrik semakin memanas. “Kami percaya semua pemotongan harga ini dapat memacu permintaan atau pengiriman sebesar 12%-15% secara global pada tahun 2023,” ucapnya.
(wib)