Gulung Korsel dan Eropa, Selangkah Lagi China Libas Otomotif Jepang
loading...
A
A
A
BEIJING - China sekarang berada di jalur untuk menyalip Jepang sebagai pengekspor kendaraan terkemuka dunia pada akhir tahun 2023.
Menurut analisis dari Moody's Analytics, China berhasil mengejutkan dunia sepanjang pandemi dengan menyalip Korea Selatan pada 2021, dan Jerman pada 2022 sebagai eksportir terbesar kedua dunia.
Seperti dilansir dari Autopro, Selasa (15/8/2023), melihat angka saat ini, bukan tidak mungkin China mampu menyalip Jepang.
Laporan tersebut menambahkan bahwa negara Tembok Besar itu kini berada di belakang Jepang dengan selisih sekitar 70.000 unit mobil per bulan pada Juni, dibandingkan dengan hampir 171.000 unit pada periode yang sama tahun lalu.
Permintaan yang tinggi untuk kendaraan listrik telah mendorong volume ekspor keseluruhan China ke tingkat yang tidak terlihat sebelum pandemi.
Untuk paruh pertama tahun 2023, ekspor EV China naik dua kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Sebagai perbandingan, total ekspor dari Jepang dan Thailand yang mencakup kendaraan tradisional dan kendaraan listrik belum mencapai tingkat pra-pandemi.
China memiliki keunggulan dalam hal teknologi produksi sel baterai lithium-ion, dimana menurut Moody's hal tersebut dipandang sebagai faktor penyebab rendahnya biaya produksi.
Menurut proyeksi Moody, China kini memproduksi lebih dari separuh pasokan litium dunia, berkat biaya tenaga kerja yang rendah dibandingkan saingannya Jepang dan Korea Selatan.
Karena itu, beberapa perusahaan otomotif dunia sudah mendirikan pabrik produksinya di China, antara lain Tesla dan BMW.
Meski demikian, EV masih mendominasi hampir 30 persen dari total jumlah kendaraan penumpang di seluruh dunia, dibandingkan sebelum pandemi yang kurang dari 5 persen.
Berdasarkan data Badan Energi Internasional, penjualan EV akan melonjak hingga lebih dari 10 juta unit pada 2022, dengan China menguasai 60 persen pasar.
Menurut analisis dari Moody's Analytics, China berhasil mengejutkan dunia sepanjang pandemi dengan menyalip Korea Selatan pada 2021, dan Jerman pada 2022 sebagai eksportir terbesar kedua dunia.
Seperti dilansir dari Autopro, Selasa (15/8/2023), melihat angka saat ini, bukan tidak mungkin China mampu menyalip Jepang.
Laporan tersebut menambahkan bahwa negara Tembok Besar itu kini berada di belakang Jepang dengan selisih sekitar 70.000 unit mobil per bulan pada Juni, dibandingkan dengan hampir 171.000 unit pada periode yang sama tahun lalu.
Permintaan yang tinggi untuk kendaraan listrik telah mendorong volume ekspor keseluruhan China ke tingkat yang tidak terlihat sebelum pandemi.
Untuk paruh pertama tahun 2023, ekspor EV China naik dua kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Sebagai perbandingan, total ekspor dari Jepang dan Thailand yang mencakup kendaraan tradisional dan kendaraan listrik belum mencapai tingkat pra-pandemi.
China memiliki keunggulan dalam hal teknologi produksi sel baterai lithium-ion, dimana menurut Moody's hal tersebut dipandang sebagai faktor penyebab rendahnya biaya produksi.
Menurut proyeksi Moody, China kini memproduksi lebih dari separuh pasokan litium dunia, berkat biaya tenaga kerja yang rendah dibandingkan saingannya Jepang dan Korea Selatan.
Karena itu, beberapa perusahaan otomotif dunia sudah mendirikan pabrik produksinya di China, antara lain Tesla dan BMW.
Meski demikian, EV masih mendominasi hampir 30 persen dari total jumlah kendaraan penumpang di seluruh dunia, dibandingkan sebelum pandemi yang kurang dari 5 persen.
Berdasarkan data Badan Energi Internasional, penjualan EV akan melonjak hingga lebih dari 10 juta unit pada 2022, dengan China menguasai 60 persen pasar.
(wbs)