Survei: Pengguna Mobil Listrik Lebih Nyaman Ngecas Baterai di Rumah
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pengguna mobil listrik di Indonesia semakin seiring sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam memberikan insentif. Ini juga diikuti dengan pembangunan Stasiun Pengisikan Kendaraan Listrik Umum (SPKLU).
Karakter masyarakat Indonesia dalam menggunakan mobil listrik sebagai mobilitas harian pun mulai terbentuk. Ini juga dapat terlihat dari kebiasaan para pengguna dalam mengisi daya kendaraan yang semakin terukur dan terstruktur.
PT Hyundai Motors Indonesia (HMID) sebagai salah satu produsen yang memasarkan mobil listrik di Tanah Air melihat konsumennya sudah memiliki perhitungan tersendiri.
Bahkan, berdasarkan hasil survei yang dilakukan HMID, sebagian besar konsumen mereka lebih nyaman melakukan pengisian daya di rumah ketimbang SPKLU.
“Waktu kami survei kebanyakan juga (ngecas) di rumah. Karena sebenarnya untuk pemilik Hyundai, mereka akan langsung dapat chargingnya di rumah. Jadi untuk keseharian, rumah adalah tempat charging station yang paling sempurna buat konsumen,” kata Astrid Ariani Wijana, Head Of Marketing Department HMID, kepada wartawan di Jakarta, Selasa (5/9).
Hal senada juga diiungkapkan oleh Chief Operating Officer HMID Franciscus Soerjopranoto, yang menyebutkan pengisian daya mobil listrik tak menjadi masalah lagi bagi pengguna ketimbang di masa awal.
“Konsumen sudah pandai untuk menghitung. Jadi dulu ada kendala, misalnya ‘oh ini takutnya gak bisa ngisi dan lain sebagainya’. Mereka sekarang sudah bisa mengira-ngira, ‘oh jarak tempuhnya masih ada 416 km, 300 km, enggak perlu (ngecas)’,” ujar Frans.
Sementara untuk mobilitas harian, biasanya para pengguna mobil listrik hanya tambah daya saja ketika memungkinkan. Misal saat berada di pusat perbelanjaan, di mana terdapat fasilitas charging station yang dapat dimanfaatkan oleh pengunjung.
Mengingat saat ini kapasitas SPKLU untuk Kendaraan Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) sangat besar yaitu antara 20 kW sampai 50 kW (fast charging atau ultrafast charging). Ini dapat mengisi daya baterai lebih cepat ketimbang pengisian daya normal.
“Jadi memang ada perubahan perilaku untuk mengisi bahan bakar. Kalau gas station yang BBM itu mereka datang mungkin spend waktu bersama dengan ngantri ya mungkin sekitar plus minus 15 menit,” ujar Frans.
Karakter masyarakat Indonesia dalam menggunakan mobil listrik sebagai mobilitas harian pun mulai terbentuk. Ini juga dapat terlihat dari kebiasaan para pengguna dalam mengisi daya kendaraan yang semakin terukur dan terstruktur.
PT Hyundai Motors Indonesia (HMID) sebagai salah satu produsen yang memasarkan mobil listrik di Tanah Air melihat konsumennya sudah memiliki perhitungan tersendiri.
Bahkan, berdasarkan hasil survei yang dilakukan HMID, sebagian besar konsumen mereka lebih nyaman melakukan pengisian daya di rumah ketimbang SPKLU.
“Waktu kami survei kebanyakan juga (ngecas) di rumah. Karena sebenarnya untuk pemilik Hyundai, mereka akan langsung dapat chargingnya di rumah. Jadi untuk keseharian, rumah adalah tempat charging station yang paling sempurna buat konsumen,” kata Astrid Ariani Wijana, Head Of Marketing Department HMID, kepada wartawan di Jakarta, Selasa (5/9).
Hal senada juga diiungkapkan oleh Chief Operating Officer HMID Franciscus Soerjopranoto, yang menyebutkan pengisian daya mobil listrik tak menjadi masalah lagi bagi pengguna ketimbang di masa awal.
“Konsumen sudah pandai untuk menghitung. Jadi dulu ada kendala, misalnya ‘oh ini takutnya gak bisa ngisi dan lain sebagainya’. Mereka sekarang sudah bisa mengira-ngira, ‘oh jarak tempuhnya masih ada 416 km, 300 km, enggak perlu (ngecas)’,” ujar Frans.
Sementara untuk mobilitas harian, biasanya para pengguna mobil listrik hanya tambah daya saja ketika memungkinkan. Misal saat berada di pusat perbelanjaan, di mana terdapat fasilitas charging station yang dapat dimanfaatkan oleh pengunjung.
Mengingat saat ini kapasitas SPKLU untuk Kendaraan Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) sangat besar yaitu antara 20 kW sampai 50 kW (fast charging atau ultrafast charging). Ini dapat mengisi daya baterai lebih cepat ketimbang pengisian daya normal.
“Jadi memang ada perubahan perilaku untuk mengisi bahan bakar. Kalau gas station yang BBM itu mereka datang mungkin spend waktu bersama dengan ngantri ya mungkin sekitar plus minus 15 menit,” ujar Frans.