Jepang dan China Bersaing Ketat di Pameran Otomotif Japan Mobility Show 2023
loading...
A
A
A
TOKYO - Pameran otomotif Tokyo Motor Show (TMS) yang kini “rebranding” jadi Japan Mobility Show (JMS) 2023 merupakan momen penting bagi pabrikan Jepang untuk bisa tetap kompetitif dengan China di pasar kendaraan listrik maupun mobilitas di masa depan.
Pameran otomotif JMS 2023 resmi dibuka hari ini (25/10) di Tokyo Big Sight, Jepang, setelah 4 tahun absen. Pameran otomotif terbesar di Jpeang itu menjadi momen penting bagi pasar otomotif domestik Jepang, juga dunia. Inilah momen pembuktian bahwa Jepang masih tetap dianggap sebagai kiblat otomotif dunia.
Sebab, selama ini analis menganggap Jepang tertinggal dari China di industri kendaraan listrik. Baik dalam hal teknologi, produk, hingga pertumbuhan pasar.
“Tokyo Motor Show sekarang ‘reborn’ menjadi Japan Mobility Show, yang memamerkan teknologi masa depan. Tidak hanya mobil dan motor, tapi juga beragam produk pendukungnya,” ujar CEO Honda Motor Co, Toshihiro Mibe, dalam sambutannya.
Toshihiro mencontohkan, Honda mulanya hanya pabrikan motor sekarang berkembang memproduksi berbagai lini produk, termasuk mobil, pesawat, serta perangkat mobilitas personal.
“Karena itu, di pameran ini kami menampilkan banyak sekali bentuk kendaraan masa depan yang dibayangkan Honda,” katanya.
Honda Prologue yang siap dijual di Amerika pada 2024.
Ketika dunia sepakat beralih ke kendaraan listrik, pabrikan Jepang tampak sedikit gagap untuk mengikuti. Sehingga banyak disalip oleh perusahaan-perusahaan otomotif China yang sekarang banyak melebarkan sayap ke negara-negara lain termasuk Indonesia.
Ini dialami oleh hampir semua pabrik, mulai Subaru, Mazda, Mitsubishi, Honda, bahkan Toyota. Di China, Nissan dan Mitsubishi baru saja menutup pabrik mereka karena kalah bersaing dengan merek lokal.
Bahkan, pasar lokal Jepang sendiri saat ini terus menurun. Jumlah penjualan mobil di Jepang menurut Japan Automobile Manufacturers Association (JAMA) turun 6,2 persen di 2022 dibandingkan tahun sebelumnya ke angka 3,4 juta kendaraan. Ini juga menandai tahun ketiga dimana pasar otomotif di Jepang justru anjlok dibawah 4 juta unit.
Memang faktor-faktor seperti kelangkaan chip saat pandemi juga berpengaruh terhadap penurunan itu. Tapi, faktanya 30 persen dari 126 juta penduduk Jepang berusia 65 tahun keatas. Mereka tidak lagi ingin membeli mobil baru. Adapun Gen Z di Jepang juga punya banyak prioritas lebih penting selain mobil.
Ini sangat berbeda dengan pasar di Asia Tenggara yang justru naik 24 persen di angka 2,2 juta unit pada 2022. Wajar jika pabrikan China menganggap Asia Tenggara pasar yang gurih. Tak heran mereka rajin berekspansi ke Indonesia hingga Thailand.
Bahkan, BYD menjadi pabrikan China pertama yang bisa tampil di Japan Mobility Show (JMS) 2023, satu dari hanya dua pabrikan otomotif non Jepang selain Mercedes dan BMW.
Kendaraan otonom Honda Cruise. Foto-foto: Sindonews/Danang Arradian
CEO Honda Motor Co Toshihiro Mibe percaya bahwa strategi baru “Honda Dream Loop” yang juga jadi tema booth di JMS 2023 bisa membawa salah satu pabrikan otomotif terbesar di dunia itu untuk tetap bertahan dan relevan.
“Kami memberikan gambaran masa depan terhadap bagaimana impian orang akan terus berkembang, dimulai dari produk dan layanan mobilitas yang mencerminkan impian Honda,” ungkapnya.
Ini terlihat bagaimana Honda memamerkan banyak sekali bentuk-bentuk kendaraan masa depan yang jadi misi mereka. Tidak terbatas pada mobil saja.
Misalnya, ada motor listrik SC e: Concept yang baru pertama kali dikenalkan ke publik (World Premiere) dan ditenagai baterai yang dapat ditukar.
Lalu, ada Honda eVTOL yang merupakan transportasi masa depan, kendaraan listrik beroda empat dua kursi dengan Teknologi Kecerdasan Kooperatif (CI) Honda CI-MEV, Honda Autonomous Work Vehicle, hingga Honda Uni-One, perangkat mobilitas yang di kendalikan dengan menggeser berat badan mereka saat duduk dan bergerak seolah-olah mereka berjalan.
Toshihiro Mibe menyebut bahwa produk mobilitas yang diciptakan di JMS 2023 berupaya untuk memberikan nilai dengan memungkinkan orang "melewati berbagai batasan seperti waktudantempat,".
Pameran otomotif JMS 2023 resmi dibuka hari ini (25/10) di Tokyo Big Sight, Jepang, setelah 4 tahun absen. Pameran otomotif terbesar di Jpeang itu menjadi momen penting bagi pasar otomotif domestik Jepang, juga dunia. Inilah momen pembuktian bahwa Jepang masih tetap dianggap sebagai kiblat otomotif dunia.
Sebab, selama ini analis menganggap Jepang tertinggal dari China di industri kendaraan listrik. Baik dalam hal teknologi, produk, hingga pertumbuhan pasar.
“Tokyo Motor Show sekarang ‘reborn’ menjadi Japan Mobility Show, yang memamerkan teknologi masa depan. Tidak hanya mobil dan motor, tapi juga beragam produk pendukungnya,” ujar CEO Honda Motor Co, Toshihiro Mibe, dalam sambutannya.
Toshihiro mencontohkan, Honda mulanya hanya pabrikan motor sekarang berkembang memproduksi berbagai lini produk, termasuk mobil, pesawat, serta perangkat mobilitas personal.
“Karena itu, di pameran ini kami menampilkan banyak sekali bentuk kendaraan masa depan yang dibayangkan Honda,” katanya.
Jepang Dianggap Lambat Beradaptasi
Honda Prologue yang siap dijual di Amerika pada 2024.
Ketika dunia sepakat beralih ke kendaraan listrik, pabrikan Jepang tampak sedikit gagap untuk mengikuti. Sehingga banyak disalip oleh perusahaan-perusahaan otomotif China yang sekarang banyak melebarkan sayap ke negara-negara lain termasuk Indonesia.
Ini dialami oleh hampir semua pabrik, mulai Subaru, Mazda, Mitsubishi, Honda, bahkan Toyota. Di China, Nissan dan Mitsubishi baru saja menutup pabrik mereka karena kalah bersaing dengan merek lokal.
Bahkan, pasar lokal Jepang sendiri saat ini terus menurun. Jumlah penjualan mobil di Jepang menurut Japan Automobile Manufacturers Association (JAMA) turun 6,2 persen di 2022 dibandingkan tahun sebelumnya ke angka 3,4 juta kendaraan. Ini juga menandai tahun ketiga dimana pasar otomotif di Jepang justru anjlok dibawah 4 juta unit.
Memang faktor-faktor seperti kelangkaan chip saat pandemi juga berpengaruh terhadap penurunan itu. Tapi, faktanya 30 persen dari 126 juta penduduk Jepang berusia 65 tahun keatas. Mereka tidak lagi ingin membeli mobil baru. Adapun Gen Z di Jepang juga punya banyak prioritas lebih penting selain mobil.
Ini sangat berbeda dengan pasar di Asia Tenggara yang justru naik 24 persen di angka 2,2 juta unit pada 2022. Wajar jika pabrikan China menganggap Asia Tenggara pasar yang gurih. Tak heran mereka rajin berekspansi ke Indonesia hingga Thailand.
Bahkan, BYD menjadi pabrikan China pertama yang bisa tampil di Japan Mobility Show (JMS) 2023, satu dari hanya dua pabrikan otomotif non Jepang selain Mercedes dan BMW.
Memberikan Value Berbeda
Kendaraan otonom Honda Cruise. Foto-foto: Sindonews/Danang Arradian
CEO Honda Motor Co Toshihiro Mibe percaya bahwa strategi baru “Honda Dream Loop” yang juga jadi tema booth di JMS 2023 bisa membawa salah satu pabrikan otomotif terbesar di dunia itu untuk tetap bertahan dan relevan.
“Kami memberikan gambaran masa depan terhadap bagaimana impian orang akan terus berkembang, dimulai dari produk dan layanan mobilitas yang mencerminkan impian Honda,” ungkapnya.
Ini terlihat bagaimana Honda memamerkan banyak sekali bentuk-bentuk kendaraan masa depan yang jadi misi mereka. Tidak terbatas pada mobil saja.
Misalnya, ada motor listrik SC e: Concept yang baru pertama kali dikenalkan ke publik (World Premiere) dan ditenagai baterai yang dapat ditukar.
Lalu, ada Honda eVTOL yang merupakan transportasi masa depan, kendaraan listrik beroda empat dua kursi dengan Teknologi Kecerdasan Kooperatif (CI) Honda CI-MEV, Honda Autonomous Work Vehicle, hingga Honda Uni-One, perangkat mobilitas yang di kendalikan dengan menggeser berat badan mereka saat duduk dan bergerak seolah-olah mereka berjalan.
Baca Juga
Toshihiro Mibe menyebut bahwa produk mobilitas yang diciptakan di JMS 2023 berupaya untuk memberikan nilai dengan memungkinkan orang "melewati berbagai batasan seperti waktudantempat,".
(dan)