Keren! Siswa SMK Malang Ciptakan Mobil dan Motor Listrik
loading...
A
A
A
Dari hasil riset itu, siswa-siswanya mampu memproduksi tiga tipe kendaraan listrik, mulai dari mobil angkut berbentuk seperti carry untuk transportasi wisata, mobil jeep wisata, hingga empat unit sepeda motor listrik beragam bentuk. Di mana dua di antaranya merupakan modifikasi, dari sepeda motor mesin matic dan satu lagi dari motor bebek.
"Kalau baterainya itu yang motor dulu 72 volt, menggunakan mesin 4.000 watt, itu nanti bisa digunakan sampai sekitar 40 kilometer. Kalau yang mobil carry angkut ini dia pakai baterai kayak baterai aki biasa, kalau yang mobil jeep sudah lithium-ion. Kalau yang baterai biasa ini 24 volt dirakit digabung jadi enam baterai jadi satu," katanya.
Perbedaan antara penggunaan baterai aki biasa dan baterai lithium-ion disebutnya, lebih tahan lama pada baterai lithium-ion. Di mana khusus untuk motor listrik memiliki waktu pengisian hingga dua jam, pada daya listrik di rumah 900 watt.
"Untuk yang mobil (pengisian daya) sekitar 3 sampai 4 jam, untuk sepeda motor hiss dipakai 50 sampai 60 kilometer, kalau mobil baru sampai 30-an kilometer, karena masih pengembangan terus. Kalau litium lebih lama dan kapasitasnya, meskipun ukurannya kecil kapasitasnya lebih besar, dan penyimpanannya juga lebih banyak," tuturnya.
Sayangnya, baterai-baterai ini kata dia, masih dibeli dari yang sudah beredar di pasaran. Sebab komponen baterai memang masih bergantung dari produksi luar negeri, sehingga pihaknya masih kesulitan memproduksi baterai untuk mobil listrik sendiri.
"Kalau dari produk lokal kami kira yang enggak bisa disupport terutama dari baterai, dan juga controller baterainya. (Baterai mobil listrik) belum bisa produksi sendiri, setahu kami di Indonesia belum ada produksi baterai untuk mobil listrik," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Program Keahlian Otomotif SMKN 10 Aditya Sukma Wijaya mengungkapkan, beberapa kendaraan listrik rakitan siswanya telah diujicobakan di jalanan dan dalam kondisi posisi hujan, serta banjir. Ia mencontohkan untuk sepeda motor modifikasi Honda Beat, yang dibuat tinggi komponen kelistrikannya aman untuk menerjang hujan dan genangan air di jalanan protokol Kota Malang.
"Kalau Beat modifikasi ini di konsep agak tinggi, jadi nggak sampai ada air yang masuk ke bagian controller atau modul listriknya, jadi aman karena ketutup semua, di motor Chopper itu kemarin belum sampai pengujicobaan ketika hujan," ucap Aditya.
Sedangkan, untuk mobil Jeep listrik juga sudah diujicobakan ketika cuaca hujan. Sementara untuk mobil carry pihaknya belum melaksanakannya karena ada beberapa komponen yang dikhawatirkan rusak dan bahaya. "Karena biayanya juga tidak sedikit, maka ditakutkan berbahaya. Tapi secara garis besar perakitan kendaraan listrik lebih murah bila membeli baterai di aftermarket (yang sudah terjual di pasaran)," katanya.
"Kalau baterainya itu yang motor dulu 72 volt, menggunakan mesin 4.000 watt, itu nanti bisa digunakan sampai sekitar 40 kilometer. Kalau yang mobil carry angkut ini dia pakai baterai kayak baterai aki biasa, kalau yang mobil jeep sudah lithium-ion. Kalau yang baterai biasa ini 24 volt dirakit digabung jadi enam baterai jadi satu," katanya.
Perbedaan antara penggunaan baterai aki biasa dan baterai lithium-ion disebutnya, lebih tahan lama pada baterai lithium-ion. Di mana khusus untuk motor listrik memiliki waktu pengisian hingga dua jam, pada daya listrik di rumah 900 watt.
"Untuk yang mobil (pengisian daya) sekitar 3 sampai 4 jam, untuk sepeda motor hiss dipakai 50 sampai 60 kilometer, kalau mobil baru sampai 30-an kilometer, karena masih pengembangan terus. Kalau litium lebih lama dan kapasitasnya, meskipun ukurannya kecil kapasitasnya lebih besar, dan penyimpanannya juga lebih banyak," tuturnya.
Sayangnya, baterai-baterai ini kata dia, masih dibeli dari yang sudah beredar di pasaran. Sebab komponen baterai memang masih bergantung dari produksi luar negeri, sehingga pihaknya masih kesulitan memproduksi baterai untuk mobil listrik sendiri.
"Kalau dari produk lokal kami kira yang enggak bisa disupport terutama dari baterai, dan juga controller baterainya. (Baterai mobil listrik) belum bisa produksi sendiri, setahu kami di Indonesia belum ada produksi baterai untuk mobil listrik," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Program Keahlian Otomotif SMKN 10 Aditya Sukma Wijaya mengungkapkan, beberapa kendaraan listrik rakitan siswanya telah diujicobakan di jalanan dan dalam kondisi posisi hujan, serta banjir. Ia mencontohkan untuk sepeda motor modifikasi Honda Beat, yang dibuat tinggi komponen kelistrikannya aman untuk menerjang hujan dan genangan air di jalanan protokol Kota Malang.
"Kalau Beat modifikasi ini di konsep agak tinggi, jadi nggak sampai ada air yang masuk ke bagian controller atau modul listriknya, jadi aman karena ketutup semua, di motor Chopper itu kemarin belum sampai pengujicobaan ketika hujan," ucap Aditya.
Sedangkan, untuk mobil Jeep listrik juga sudah diujicobakan ketika cuaca hujan. Sementara untuk mobil carry pihaknya belum melaksanakannya karena ada beberapa komponen yang dikhawatirkan rusak dan bahaya. "Karena biayanya juga tidak sedikit, maka ditakutkan berbahaya. Tapi secara garis besar perakitan kendaraan listrik lebih murah bila membeli baterai di aftermarket (yang sudah terjual di pasaran)," katanya.