Keren! Siswa SMK Malang Ciptakan Mobil dan Motor Listrik
loading...
A
A
A
Adit, sapaan akrabnya merinci bagiamana biaya perakitan lebih murah menggunakan baterai yang sudah jadi, dibandingkan memproduksi baterai sendiri. Perhitungan biayanya dapat ditekan dari Rp7 juta- Rp8 juta, menjadi Rp5 juta saja. "Kekuatannya juga lebih lama 25 - 30 persen. Kapasitas daya tahannya juga tahan 2 - 3 bulanan. Perakitan baterai ini menggunakan baterai bekas laptop," ujarnya.
Kendaraan listrik ini juga telah diujicobakan dengan jarak tempuh 15 kilometer lebih dengan situasi lalu lintas (lalin) macet. Hal ini terjadi ketika SMKN 10 Kota Malang mengikuti pameran di Surabaya. "Kemarin yang mobil ini ke Surabaya, dari Malang diangkut ke Surabaya kemudian di Surabaya pameran, dari SMK 6 Surabaya menuju Grahadi itu sekitar 7 kilometer. Kemudian dari ke Grahadi lanjut ke Mall Maspion sekitar 8 kilometer, sekitar 15 kilometer itu masih bisa nggak ada trobel," kata Adit.
Di sisi lain, perakitan kendaraan listrik juga memberi pengalaman bagi siswa SMKN 10 Kota Malang. Abdul Ghofur, siswa kelas XII mengaku memperoleh pengalaman berharga mengikuti riset pengembangan kendaraan listrik di sekolahnya. Ia sendiri mengikuti riset pengembangan sejak kelas XI lalu.
"Saya lebih tahu tentang teknologi modern yaitu konvensi bahan bakar bensin menuju listrik, yang sebelumnya kita mempelajari tentang mesin konvensional BBM, tapi sekarang saya mengenal mengenai ilmu tentang motor listrik yang sedang berkembang saat ini," ucap Ghofur.
Baginya pengembangan komponen kendaraan listrik dinilai lebih rinci daripada kendaraan bermotor konvensional berbahan BBM. Selain itu, beberapa komponen di dalamnya perlu dihitung secara cermat, bukan hanya sekedar disambungkan begitu saja, seperti halnya di komponen kendaraan konvensional.
"Kesulitannya yaitu kendaraan motor listrik itu lebih banyak arus-arus yang tidak bisa dilihat, hanya bisa dihitung oleh alat, sedangkan yang konvensional, atau bahan bakar bensin itu sudah tahu bagaimana cara menyetelnya, atau ketepatan dari suatu sistem mesinnya, kalau yang listrik itu tidak bisa kita harus memprogram mulai dari nol, supaya mobil itu bisa berjalan," katanya.
Kendaraan listrik ini juga telah diujicobakan dengan jarak tempuh 15 kilometer lebih dengan situasi lalu lintas (lalin) macet. Hal ini terjadi ketika SMKN 10 Kota Malang mengikuti pameran di Surabaya. "Kemarin yang mobil ini ke Surabaya, dari Malang diangkut ke Surabaya kemudian di Surabaya pameran, dari SMK 6 Surabaya menuju Grahadi itu sekitar 7 kilometer. Kemudian dari ke Grahadi lanjut ke Mall Maspion sekitar 8 kilometer, sekitar 15 kilometer itu masih bisa nggak ada trobel," kata Adit.
Di sisi lain, perakitan kendaraan listrik juga memberi pengalaman bagi siswa SMKN 10 Kota Malang. Abdul Ghofur, siswa kelas XII mengaku memperoleh pengalaman berharga mengikuti riset pengembangan kendaraan listrik di sekolahnya. Ia sendiri mengikuti riset pengembangan sejak kelas XI lalu.
"Saya lebih tahu tentang teknologi modern yaitu konvensi bahan bakar bensin menuju listrik, yang sebelumnya kita mempelajari tentang mesin konvensional BBM, tapi sekarang saya mengenal mengenai ilmu tentang motor listrik yang sedang berkembang saat ini," ucap Ghofur.
Baginya pengembangan komponen kendaraan listrik dinilai lebih rinci daripada kendaraan bermotor konvensional berbahan BBM. Selain itu, beberapa komponen di dalamnya perlu dihitung secara cermat, bukan hanya sekedar disambungkan begitu saja, seperti halnya di komponen kendaraan konvensional.
"Kesulitannya yaitu kendaraan motor listrik itu lebih banyak arus-arus yang tidak bisa dilihat, hanya bisa dihitung oleh alat, sedangkan yang konvensional, atau bahan bakar bensin itu sudah tahu bagaimana cara menyetelnya, atau ketepatan dari suatu sistem mesinnya, kalau yang listrik itu tidak bisa kita harus memprogram mulai dari nol, supaya mobil itu bisa berjalan," katanya.
(msf)