Daihatsu Rugi 100 Miliar Yen Dampak Skandal Uji Keselamatan
loading...
A
A
A
TOKYO - Skandal uji keselamatan yang melanda Daihatsu membuat penghentian total produksi sehingga diperkirakan menderita kerugian 100 miliar yen atau Rp10,9 triliun. Kementerian Transportasi Jepang sedang melakukan penyelidikan dan telah mengarahkan Daihatsu untuk menghentikan pengiriman sampai keamanan kendaraannya dapat diverifikasi.
Penghentian total produksi Daihatsu dilakukan sebagai dampak dari skandal uji keselamatan sehingga merugikan produsen mobil tersebut secara finansial. Menurut laporan berita Nikkei Asia, diperkirakan Daihatsu akan menderita kerugian lebih dari 100 miliar yen (Rp10,9 triliun) akibat penutupan pabrik serta pemberian kompensasi finansial kepada pemasok.
Daihatsu belum memberikan informasi kapan produksi dalam negeri akan dilanjutkan, namun laporan berita sebelumnya mengindikasikan bahwa penghentian produksi akan berlangsung setidaknya hingga akhir Januari 2024. Sedangkan untuk Indonesia dan Malaysia, produksi dan pengiriman sudah kembali berjalan.
“Selain hilangnya penjualan domestik, Daihatsu juga akan melakukan negosiasi dengan pemasok mengenai kompensasi atas hilangnya pendapatan. Hal ini diperkirakan akan memakan biaya besar,” tulis laman Paultan dikutip SINDOnews, Minggu (31/12/2023).
Selain itu, biaya lebih lanjut yang berasal dari investigasi dan uji keselamatan tambahan juga akan diperhitungkan. Skandal ini berbeda dengan tahun fiskal 2022, ketika Daihatsu melaporkan laba operasional konsolidasi sebesar 141,8 miliar yen dan laba bersih sebesar 102,2 miliar yen.
Tampaknya tidak akan ada masalah arus kas dalam waktu dekat, karena pada akhir Maret, aset likuid perusahaan dikurangi kewajiban yang harus dibayar berjumlah lebih dari 500 miliar yen “Jika dampak skandal tersebut mendorong laba konsolidasi ke zona merah, maka ini akan menjadi kerugian pertama yang dihadapi perusahaan dalam 30 tahun,” tulis Paultan.
Dikutip dari laman denver7, Daihatsu didirikan pada tahun 1951. Toyota kemudian menjadi pemegang saham signifikan pertama pada tahun 1967. Kemudian memperoleh saham mayoritas perusahaan tersebut sebesar 51,4% pada tahun 1998.
Pada tahun 2016, Toyota mengambil kendali penuh atas Daihatsu, memproduksi sebagian besar lini truk dan mobil kecil. Tercatat lebih dari 1,1 juta kendaraan diproduksi pada tahun ini saja.
Skandal uji keamanan membuat Daihatsu memutuskan untuk menangguhkan sementara pengiriman semua model yang dikembangkan yang saat ini sedang diproduksi, baik di Jepang maupun di luar negeri.
Daihatsu memulai penutupan di tengah penyelidikan yang dilakukan Kementerian Transportasi Jepang. Diperkirakan proses ini berlangsung hingga setidaknya akhir Januari 2023 dan berdampak pada sekitar 9.000 karyawan yang bertanggung jawab atas produksi di Jepang.
Penghentian total produksi Daihatsu dilakukan sebagai dampak dari skandal uji keselamatan sehingga merugikan produsen mobil tersebut secara finansial. Menurut laporan berita Nikkei Asia, diperkirakan Daihatsu akan menderita kerugian lebih dari 100 miliar yen (Rp10,9 triliun) akibat penutupan pabrik serta pemberian kompensasi finansial kepada pemasok.
Daihatsu belum memberikan informasi kapan produksi dalam negeri akan dilanjutkan, namun laporan berita sebelumnya mengindikasikan bahwa penghentian produksi akan berlangsung setidaknya hingga akhir Januari 2024. Sedangkan untuk Indonesia dan Malaysia, produksi dan pengiriman sudah kembali berjalan.
“Selain hilangnya penjualan domestik, Daihatsu juga akan melakukan negosiasi dengan pemasok mengenai kompensasi atas hilangnya pendapatan. Hal ini diperkirakan akan memakan biaya besar,” tulis laman Paultan dikutip SINDOnews, Minggu (31/12/2023).
Selain itu, biaya lebih lanjut yang berasal dari investigasi dan uji keselamatan tambahan juga akan diperhitungkan. Skandal ini berbeda dengan tahun fiskal 2022, ketika Daihatsu melaporkan laba operasional konsolidasi sebesar 141,8 miliar yen dan laba bersih sebesar 102,2 miliar yen.
Tampaknya tidak akan ada masalah arus kas dalam waktu dekat, karena pada akhir Maret, aset likuid perusahaan dikurangi kewajiban yang harus dibayar berjumlah lebih dari 500 miliar yen “Jika dampak skandal tersebut mendorong laba konsolidasi ke zona merah, maka ini akan menjadi kerugian pertama yang dihadapi perusahaan dalam 30 tahun,” tulis Paultan.
Dikutip dari laman denver7, Daihatsu didirikan pada tahun 1951. Toyota kemudian menjadi pemegang saham signifikan pertama pada tahun 1967. Kemudian memperoleh saham mayoritas perusahaan tersebut sebesar 51,4% pada tahun 1998.
Pada tahun 2016, Toyota mengambil kendali penuh atas Daihatsu, memproduksi sebagian besar lini truk dan mobil kecil. Tercatat lebih dari 1,1 juta kendaraan diproduksi pada tahun ini saja.
Skandal uji keamanan membuat Daihatsu memutuskan untuk menangguhkan sementara pengiriman semua model yang dikembangkan yang saat ini sedang diproduksi, baik di Jepang maupun di luar negeri.
Daihatsu memulai penutupan di tengah penyelidikan yang dilakukan Kementerian Transportasi Jepang. Diperkirakan proses ini berlangsung hingga setidaknya akhir Januari 2023 dan berdampak pada sekitar 9.000 karyawan yang bertanggung jawab atas produksi di Jepang.
(wib)