3 Dampak Buruk Perkembangan Kendaraan Listrik, Salah Satunya Memicu Krisis Air
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kendaraan listrik menjadi solusi menjanjikan untuk mengurangi polusi dan emisi gas rumah kaca di lingkungan. Keberadaannya sendiri telah berkembang pesat di luar negeri dan perlahan mulai memasuki Indonesia.
Terlepas dari banyaknya hal positif yang dibawa kendaraan listrik, tetap saja muncul dampak negatif yang berpotensi menjadi masalah di kemudian hari. Salah satu persoalan terbesarnya berasal dari komponen baterai yang digunakan.
Lalu, apa saja dampak buruk perkembangan kendaraan listrik? Berikut ini ulasannya sebagaimana dirangkum dari berbagai sumber, Rabu (11/9/2024).
Sementara baterai yang lama mereka harus dibuang dan jika bisa didaur ulang. Namun, kabar buruknya limbah dari baterai tersebut akan meningkat dan sulit didaur ulang sepenuhnya.
Mengutip Here Technologies, proses daur ulang baterai ini cenderung rumit dan mahal. Perbedaan geografis dalam infrastruktur daur ulang akan mempersulit logistik dan bisa membuat keseluruhan proses menjadi tidak efisien dan mahal.
Selain itu, membongkar baterai juga memerlukan fasilitas khusus dan tenaga kerja terampil, sehingga semakin meningkatkan biaya. Lebih jauh, harga bahan daur ulang yang berfluktuasi juga membuat penambangan komponennya semakin memberatkan secara finansial.
Namun, di sisi lain proses ekstraksi dan produksi litium memerlukan sejumlah besar air dan berpotensi mencemari sumber dayanya. Hal ini pernah disampaikan James J.A. Blair, seorang profesor madya geografi dan antropologi di California State Polytechnic University yang memimpin sebuah penelitian terkait.
Proses penambangan litium dari ekstraksi mineral hingga pemrosesan memiliki dampak signifikan terhadap lingkungan, terutama terkait kualitas dan kuantitas air. Masyarakat yang tinggal di dekat tambang lithium berpotensi menanggung beban lingkungan yang tidak proporsional.
Mengutip laman Earth, sebuah studi tahun 2021 membandingkan emisi kendaraan listrik dan kendaraan berbahan bakar bensin. Hasilnya, ditemukan bahwa 46% emisi karbon kendaraan listrik berasal dari proses produksi.
Menariknya, hampir 4 ton CO2 dilepaskan selama proses produksi satu mobil listrik. Untuk mencapai titik impas, kendaraan tersebut harus digunakan setidaknya selama 8 tahun.
Itulah beberapa dampak buruk perkembangan kendaraan listrik yangbisadiketahui.
Terlepas dari banyaknya hal positif yang dibawa kendaraan listrik, tetap saja muncul dampak negatif yang berpotensi menjadi masalah di kemudian hari. Salah satu persoalan terbesarnya berasal dari komponen baterai yang digunakan.
Lalu, apa saja dampak buruk perkembangan kendaraan listrik? Berikut ini ulasannya sebagaimana dirangkum dari berbagai sumber, Rabu (11/9/2024).
Dampak Buruk Perkembangan Kendaraan Listrik
1. Menghasilkan limbah baterai
Seiring pemakaian, baterai kendaraan listrik akan mencapai batas umurnya. Setelah itu, pemilik perlu menggantinya dengan baterai baru.Sementara baterai yang lama mereka harus dibuang dan jika bisa didaur ulang. Namun, kabar buruknya limbah dari baterai tersebut akan meningkat dan sulit didaur ulang sepenuhnya.
Mengutip Here Technologies, proses daur ulang baterai ini cenderung rumit dan mahal. Perbedaan geografis dalam infrastruktur daur ulang akan mempersulit logistik dan bisa membuat keseluruhan proses menjadi tidak efisien dan mahal.
Selain itu, membongkar baterai juga memerlukan fasilitas khusus dan tenaga kerja terampil, sehingga semakin meningkatkan biaya. Lebih jauh, harga bahan daur ulang yang berfluktuasi juga membuat penambangan komponennya semakin memberatkan secara finansial.
2. Berpotensi membuat krisis air
Litium menjadi komponen kunci dalam baterai yang dibutuhkan untuk kendaraan listrik. Sebagai penyimpanan energi terbarukan, keberadaannya sangat penting untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.Namun, di sisi lain proses ekstraksi dan produksi litium memerlukan sejumlah besar air dan berpotensi mencemari sumber dayanya. Hal ini pernah disampaikan James J.A. Blair, seorang profesor madya geografi dan antropologi di California State Polytechnic University yang memimpin sebuah penelitian terkait.
Proses penambangan litium dari ekstraksi mineral hingga pemrosesan memiliki dampak signifikan terhadap lingkungan, terutama terkait kualitas dan kuantitas air. Masyarakat yang tinggal di dekat tambang lithium berpotensi menanggung beban lingkungan yang tidak proporsional.
3. Produksinya tetap membuat polusi
Seperti mobil dan truk konvensional, kendaraan listrik terbuat dari baja, plastik, dan material lain yang pembuatannya menghabiskan energi dan menghasilkan polusi. Selain itu, hal ini juga berlaku pada penggunaan baterai lithium-ion.Mengutip laman Earth, sebuah studi tahun 2021 membandingkan emisi kendaraan listrik dan kendaraan berbahan bakar bensin. Hasilnya, ditemukan bahwa 46% emisi karbon kendaraan listrik berasal dari proses produksi.
Baca Juga
Menariknya, hampir 4 ton CO2 dilepaskan selama proses produksi satu mobil listrik. Untuk mencapai titik impas, kendaraan tersebut harus digunakan setidaknya selama 8 tahun.
Itulah beberapa dampak buruk perkembangan kendaraan listrik yangbisadiketahui.
(dan)