Penjualan Mobil Listrik Melempem, Thailand Minta Skema Insentif Diperluas
loading...
A
A
A
LONDON - Produsen kendaraan listrik (EV) di Thailand saat ini sedang melakukan negosiasi ulang dengan pemerintah untuk memperpanjang masa produksi berdasarkan skema insentif yang ada.
Seperti dilansir dari Autopro, langkah ini menyusul penurunan penjualan kendaraan listrik, sebagian karena semakin ketatnya persyaratan pinjaman oleh bank-bank Thailand.
Skema insentif ini sebelumnya berhasil menarik investasi lebih dari USD1,44 miliar dari produsen kendaraan listrik terkemuka Tiongkok seperti BYD Motors dan Great Wall Motor, menjadikan Thailand sebagai pusat manufaktur kendaraan listrik regional.
Namun, produsen kendaraan listrik yang tergabung dalam Asosiasi Kendaraan Listrik Thailand (EVAT) kini meminta lebih banyak waktu untuk memenuhi target produksi yang ditetapkan.
Menurut presiden EVAT Suroj Sangsnit, rencana insentif EV 3.0 mewajibkan perusahaan yang menerima pembebasan pajak untuk memproduksi kendaraan dalam waktu satu tahun setelah mengimpornya.
“Kami sedang mencoba merundingkan perpanjangan tanggal produksi,” kata Suroj.
Ia juga menyatakan beberapa perusahaan besar China seperti MG Motor dan Great Wall Motor mendukung upaya tersebut.
Masalah utama yang dihadapi industri kendaraan listrik Thailand adalah penurunan penjualan, yang sejauh ini hanya terjual 43.000 unit, jauh di bawah target 100.000 unit untuk tahun ini.
Situasi ini juga mencerminkan perlambatan industri otomotif Thailand secara keseluruhan, dimana produksi kendaraan mengalami penurunan sebesar 17,28 persen dalam tujuh bulan pertama tahun 2024.
Tingginya utang rumah tangga Thailand juga merupakan tantangan besar, sehingga bank menjadi lebih berhati-hati dalam menyetujui pinjaman kendaraan listrik.
EVAT telah bertemu dengan Bank of Thailand untuk meminta dukungan dari bank-bank milik negara untuk meningkatkan pinjaman otomotif.
Namun permintaan EVAT untuk memperpanjang masa produksi belum mendapat keputusan akhir dari pemerintah.
Jika gagal, produsen kendaraan listrik mungkin menghadapi tantangan besar dalam mencapai target produksi dan penjualan di masa depan.
Seperti dilansir dari Autopro, langkah ini menyusul penurunan penjualan kendaraan listrik, sebagian karena semakin ketatnya persyaratan pinjaman oleh bank-bank Thailand.
Skema insentif ini sebelumnya berhasil menarik investasi lebih dari USD1,44 miliar dari produsen kendaraan listrik terkemuka Tiongkok seperti BYD Motors dan Great Wall Motor, menjadikan Thailand sebagai pusat manufaktur kendaraan listrik regional.
Namun, produsen kendaraan listrik yang tergabung dalam Asosiasi Kendaraan Listrik Thailand (EVAT) kini meminta lebih banyak waktu untuk memenuhi target produksi yang ditetapkan.
Menurut presiden EVAT Suroj Sangsnit, rencana insentif EV 3.0 mewajibkan perusahaan yang menerima pembebasan pajak untuk memproduksi kendaraan dalam waktu satu tahun setelah mengimpornya.
“Kami sedang mencoba merundingkan perpanjangan tanggal produksi,” kata Suroj.
Ia juga menyatakan beberapa perusahaan besar China seperti MG Motor dan Great Wall Motor mendukung upaya tersebut.
Masalah utama yang dihadapi industri kendaraan listrik Thailand adalah penurunan penjualan, yang sejauh ini hanya terjual 43.000 unit, jauh di bawah target 100.000 unit untuk tahun ini.
Situasi ini juga mencerminkan perlambatan industri otomotif Thailand secara keseluruhan, dimana produksi kendaraan mengalami penurunan sebesar 17,28 persen dalam tujuh bulan pertama tahun 2024.
Tingginya utang rumah tangga Thailand juga merupakan tantangan besar, sehingga bank menjadi lebih berhati-hati dalam menyetujui pinjaman kendaraan listrik.
EVAT telah bertemu dengan Bank of Thailand untuk meminta dukungan dari bank-bank milik negara untuk meningkatkan pinjaman otomotif.
Namun permintaan EVAT untuk memperpanjang masa produksi belum mendapat keputusan akhir dari pemerintah.
Jika gagal, produsen kendaraan listrik mungkin menghadapi tantangan besar dalam mencapai target produksi dan penjualan di masa depan.
(wbs)