Mengenang Kaburnya Bos Nissan dari Jepang di Momen Tahun Baru
loading...
A
A
A
TOKYO - Di pengujung Desember tahun ini, tepat setahun mantan orang nomor satu aliansi Nissan-Renault-Mitsubishi, Carlos Ghosn melarikan diri dari Jepang. Memanfaatkan suasana perayaan tahun baru, Carlos Ghosn kabur dari jeratan hukuman korupsi yang dituduhkan pemerintah Jepang dan Nissan.
Kaburnya Carlos Ghosn dari Jepang memang tak kalah serunya seperti film-film Hollywood. Aksi tim siluman yang disewa oleh Carlos Ghosn tak kalah cerdiknya dengan aksi gerombilan Danny Ocean di franchise film Ocean's Eleven. Strategi Carlos Ghosn meninggalkan Jepang bahkan sama menegangkannya dengan aksi agen CIA Tony Mendez mengeluarkan enam warga Amerika dari Teheran, Iran di 1979 seperti yang ditunjukkan di film Argo. (Baca juga : McLaren Tidak Akan Ikut Jejak Lamborghini, Buat SUV )
Yang pasti tim siluman sewaan Carlos Ghosn memanfaatkan suasana perayaan tahun baru sehingga prosedur pengamanan di bandara di Jepang mengendur. Carlos Ghosn sendiri kepada Autocar mengaku sama sekali tidak menyiapkan rencana khusus untuk kabur dari Tokyo. Yang pasti dia tahu teman-teman baiknya tak rela melihat dia dihukum di Jepang. "Saya harus ambil keputusan, hidup sengsara karena ketidakadilan atau mengambil keputusan," ucap Carlos Ghosn.
Selain itu tim siluman merahasiakan segala rencana karena rencana yang terbaik adalah rencana yang tidak diketahui semua orang. Yang pasti saat itu Carlos Ghosn hanya dilengkapi sebuah telepon seluler sekali pakai yang hanya boleh digunakan ketika ponsel itu berdering.
Berhari-hari Carlos Ghosn menunggu ponsel itu berbunyi. Di saat itulah tim siluman melakukan survei lokasi dan memikirkan rencana yang tepat untuk membawa kabur Carlos Ghosn kabur dari negeri matahari terbit itu. Mereka mencari cara yang terbaik agar pria berdarah Brasil dan Lebanon itu sama sekali tidak ketahuan ketika dibawa kabur.
Menggunakan pesawat terbang merupakan salah satu cara terbaik. Masalahnya adalah tidak mungkin membawa Carlos Ghosn begitu saja duduk di dalam pesawat terbang. Semua bandara pasti mencekal nama Carlos Ghosn. Menggunakan nama lain juga tidak mungkin karena wajah eks orang nomor satu Nissan itu teramat familiar.
Berhari-hari mereka mensurvei seluruh bandara yang ada di Jepang mulai Narita, Haneda, Kansai dan sebagainya. Dari sana mereka melihat ternyata bandara Kansai tidak dilengkapi dengan fasilitas scanning X-Ray untuk barang-barang berukuran besar. Dari situlah tim siluman terpikir sebuah ide yang sangat unik yakni memasukkan Carlos Ghosn ke dalam boks tersebut.
Boks itu pun dibuat secara khusus di Beirut, Lebanon. Yang penting bisa membuat Carlos Ghos bernafas dan sekaligus tidak bisa dipindai karena ukurannya kebesaran. Setelah selesai, tim siluman itu kemudian mencari pesawat terbang pribadi yang memang mau bekerja sama tanpa harus banyak bertanya.
Setelah semuanya siap, tanggal 27 Desember 2019, tiba-tiba ponsel sekali pakai yang dipegang Carlos Ghosn berbunyi. "Besok kita bertemu," ucap tim siluman kepada Carlos Ghosn. (Baca juga : Ford Ejek Tesla : Bemper Mobil Kita Tidak Mudah Copot )
Tanpa banyak bertanya Carlos Ghosn hanya menyiapkan diri menemui kejutan yang tidak pernah dia bayangkan. Di saat bersamaan tim siluman langsung terbang menggunakan pesawat jet pribadi ke Osaka sambil membawa boks spesial yang diklaim berisi alat-alat sound system. Kebetulan di kota yang sama, terdapat pentas musik yang digelar untuk merayakan tahun baru. Tim siluman bahkan menyiapkan tiket pentas musik itu guna meyakinkan otoritas bandara Kansai, Osaka.
Dua hari kemudian, 29 Desember 2019, Carlos Ghosn yang masih dalam pengawasan meminta izin untuk makan siang di Grand Hyatt, Tokyo yang dimana tim siluman justru sudah menunggu. Alih-aih makan siang, Carlos Ghosn yang sudah bertemu dengan tim siluman jusrru masuk ke kamar 933. Di kamar itulah Carlos Ghosn berganti pakaian dan menggunakan masker agar tidak dikenali.
Begitu meninggalkan hotel dia dan tim siluman kemudian pergi ke Osaka menggunakan kereta cepat. Suasana pergantian tahun justru membantu Carlos Ghosn melangkah leluasa. Suasana Tokyo begitu riuh dan ramai sehingga sulit untuk mengenali Carlos Ghosn yang sudah mengenakan masker.
Setelah sampai di Osaka, tim siluman langsung membawa Carlos Ghosn ke hotel Start Gate. Di kamar hotel itu sudah disiapkan boks khusus yang siap diisi oleh Carlos Ghosn. Setelah speaker dan sound system lainnya dikeluarkan Carlos Ghosn pun lansung bersembunyi di boks tersebut. Tanpa bertanya guna mencari tahu apa yang mereka lakukan.
Tim siluman tidak langsung membawa boks tersebut kabur keluar Jepang. Mereka menunggu jadwal penerbangan terakhir di bandara Kansai Osaka. Asumsinya, dengan suasana tahun baru yang padat dan jadwal terakhir, prosedur pengawasan akan lebih longgar.
Tepat jam 10.30 malam, tim siluman akhirnya sampai di bandara Kansai. Karena waktu sudah sangat malam, pengawas di bandara Kansai akhirnya tidak memeriksa ulang boks tersebut. Apalagi sesuai dugaan tim siluman, mereka tidak punya pemindai x-ray untuk barang berukuran besar. Alhasil boks yang berisi Carlos Ghosn itu diizinkan untuk dimasukkan ke dalam pesawat jet pribadi yang disewa tim siluman. "Begitu saya mendengar pintu kargo ditutup untuk pertama kalinya selama tinggal di Jepang, saya bisa bernapas dengan lega," ucap Carlos Ghosn.
Tepat 30 Desember, Carlos Ghosn akhirnya sampai di Istanbul, Turki. Saat itu dia harus berganti pesawat jet pribadi guna menuju Beirut, Lebanon. Dia mengaku sempat was-was Tokyo telah mengetahui dirinya telah menghilang. Hanya saja dia sedikit bernapas lega karena CCTV yang dipasang di depan rumahnya di Tokyo hanya dipantau dua hari sekali. Suasana tahun baru juga membuat petugas di Jepang sedikit mengendor dan tidak akan mengira kalau dia melarikan diri di pengujung tahun.
"Saya tidak kaget, kalau mereka tidak datang ke rumah saya saat itu karena suasana tahun baru. Jepang tidak sedisiplin yang orang pikir," ucap Carlos Ghosn yang sukses mendarat di Beirut, Lebanon di hari yang sama.
Pada 31 Desember 2019, Carlos Ghosn justru merayakan pergantian tahun bersama istrinya, Carole Nahas di Beirut, Lebanon. Sementara keesokan harinya Jepang langsung kalang kabut ketika tahu Carlos Ghosn telah melarikan diri.
Kaburnya Carlos Ghosn dari Jepang memang tak kalah serunya seperti film-film Hollywood. Aksi tim siluman yang disewa oleh Carlos Ghosn tak kalah cerdiknya dengan aksi gerombilan Danny Ocean di franchise film Ocean's Eleven. Strategi Carlos Ghosn meninggalkan Jepang bahkan sama menegangkannya dengan aksi agen CIA Tony Mendez mengeluarkan enam warga Amerika dari Teheran, Iran di 1979 seperti yang ditunjukkan di film Argo. (Baca juga : McLaren Tidak Akan Ikut Jejak Lamborghini, Buat SUV )
Yang pasti tim siluman sewaan Carlos Ghosn memanfaatkan suasana perayaan tahun baru sehingga prosedur pengamanan di bandara di Jepang mengendur. Carlos Ghosn sendiri kepada Autocar mengaku sama sekali tidak menyiapkan rencana khusus untuk kabur dari Tokyo. Yang pasti dia tahu teman-teman baiknya tak rela melihat dia dihukum di Jepang. "Saya harus ambil keputusan, hidup sengsara karena ketidakadilan atau mengambil keputusan," ucap Carlos Ghosn.
Selain itu tim siluman merahasiakan segala rencana karena rencana yang terbaik adalah rencana yang tidak diketahui semua orang. Yang pasti saat itu Carlos Ghosn hanya dilengkapi sebuah telepon seluler sekali pakai yang hanya boleh digunakan ketika ponsel itu berdering.
Berhari-hari Carlos Ghosn menunggu ponsel itu berbunyi. Di saat itulah tim siluman melakukan survei lokasi dan memikirkan rencana yang tepat untuk membawa kabur Carlos Ghosn kabur dari negeri matahari terbit itu. Mereka mencari cara yang terbaik agar pria berdarah Brasil dan Lebanon itu sama sekali tidak ketahuan ketika dibawa kabur.
Menggunakan pesawat terbang merupakan salah satu cara terbaik. Masalahnya adalah tidak mungkin membawa Carlos Ghosn begitu saja duduk di dalam pesawat terbang. Semua bandara pasti mencekal nama Carlos Ghosn. Menggunakan nama lain juga tidak mungkin karena wajah eks orang nomor satu Nissan itu teramat familiar.
Berhari-hari mereka mensurvei seluruh bandara yang ada di Jepang mulai Narita, Haneda, Kansai dan sebagainya. Dari sana mereka melihat ternyata bandara Kansai tidak dilengkapi dengan fasilitas scanning X-Ray untuk barang-barang berukuran besar. Dari situlah tim siluman terpikir sebuah ide yang sangat unik yakni memasukkan Carlos Ghosn ke dalam boks tersebut.
Boks itu pun dibuat secara khusus di Beirut, Lebanon. Yang penting bisa membuat Carlos Ghos bernafas dan sekaligus tidak bisa dipindai karena ukurannya kebesaran. Setelah selesai, tim siluman itu kemudian mencari pesawat terbang pribadi yang memang mau bekerja sama tanpa harus banyak bertanya.
Setelah semuanya siap, tanggal 27 Desember 2019, tiba-tiba ponsel sekali pakai yang dipegang Carlos Ghosn berbunyi. "Besok kita bertemu," ucap tim siluman kepada Carlos Ghosn. (Baca juga : Ford Ejek Tesla : Bemper Mobil Kita Tidak Mudah Copot )
Tanpa banyak bertanya Carlos Ghosn hanya menyiapkan diri menemui kejutan yang tidak pernah dia bayangkan. Di saat bersamaan tim siluman langsung terbang menggunakan pesawat jet pribadi ke Osaka sambil membawa boks spesial yang diklaim berisi alat-alat sound system. Kebetulan di kota yang sama, terdapat pentas musik yang digelar untuk merayakan tahun baru. Tim siluman bahkan menyiapkan tiket pentas musik itu guna meyakinkan otoritas bandara Kansai, Osaka.
Dua hari kemudian, 29 Desember 2019, Carlos Ghosn yang masih dalam pengawasan meminta izin untuk makan siang di Grand Hyatt, Tokyo yang dimana tim siluman justru sudah menunggu. Alih-aih makan siang, Carlos Ghosn yang sudah bertemu dengan tim siluman jusrru masuk ke kamar 933. Di kamar itulah Carlos Ghosn berganti pakaian dan menggunakan masker agar tidak dikenali.
Begitu meninggalkan hotel dia dan tim siluman kemudian pergi ke Osaka menggunakan kereta cepat. Suasana pergantian tahun justru membantu Carlos Ghosn melangkah leluasa. Suasana Tokyo begitu riuh dan ramai sehingga sulit untuk mengenali Carlos Ghosn yang sudah mengenakan masker.
Setelah sampai di Osaka, tim siluman langsung membawa Carlos Ghosn ke hotel Start Gate. Di kamar hotel itu sudah disiapkan boks khusus yang siap diisi oleh Carlos Ghosn. Setelah speaker dan sound system lainnya dikeluarkan Carlos Ghosn pun lansung bersembunyi di boks tersebut. Tanpa bertanya guna mencari tahu apa yang mereka lakukan.
Tim siluman tidak langsung membawa boks tersebut kabur keluar Jepang. Mereka menunggu jadwal penerbangan terakhir di bandara Kansai Osaka. Asumsinya, dengan suasana tahun baru yang padat dan jadwal terakhir, prosedur pengawasan akan lebih longgar.
Tepat jam 10.30 malam, tim siluman akhirnya sampai di bandara Kansai. Karena waktu sudah sangat malam, pengawas di bandara Kansai akhirnya tidak memeriksa ulang boks tersebut. Apalagi sesuai dugaan tim siluman, mereka tidak punya pemindai x-ray untuk barang berukuran besar. Alhasil boks yang berisi Carlos Ghosn itu diizinkan untuk dimasukkan ke dalam pesawat jet pribadi yang disewa tim siluman. "Begitu saya mendengar pintu kargo ditutup untuk pertama kalinya selama tinggal di Jepang, saya bisa bernapas dengan lega," ucap Carlos Ghosn.
Tepat 30 Desember, Carlos Ghosn akhirnya sampai di Istanbul, Turki. Saat itu dia harus berganti pesawat jet pribadi guna menuju Beirut, Lebanon. Dia mengaku sempat was-was Tokyo telah mengetahui dirinya telah menghilang. Hanya saja dia sedikit bernapas lega karena CCTV yang dipasang di depan rumahnya di Tokyo hanya dipantau dua hari sekali. Suasana tahun baru juga membuat petugas di Jepang sedikit mengendor dan tidak akan mengira kalau dia melarikan diri di pengujung tahun.
"Saya tidak kaget, kalau mereka tidak datang ke rumah saya saat itu karena suasana tahun baru. Jepang tidak sedisiplin yang orang pikir," ucap Carlos Ghosn yang sukses mendarat di Beirut, Lebanon di hari yang sama.
Pada 31 Desember 2019, Carlos Ghosn justru merayakan pergantian tahun bersama istrinya, Carole Nahas di Beirut, Lebanon. Sementara keesokan harinya Jepang langsung kalang kabut ketika tahu Carlos Ghosn telah melarikan diri.
(wsb)