Toyota Kurangi 40% Jumlah Produksi untuk Pasar Global
loading...
A
A
A
JAKARTA - Toyota Motor Corp mengumumkanakan mengurangi angka output global sebesar 40 persen dari rencana semula karena krisis pasokan chip global.
Seperti dilansir dari Reuters, akan tetapi Toyota tetap mempertahankan target produksi tahunan sebesar 9,3 juta kendaraan serta target penjualan sebesar 8,7 juta untuk tahun ini.
Perusahaan otomotif terbesar dunia itu memperkirakan akan kehilangan produksi 360.000 unit pada September ini, dimana 140.000 unit berasal dari pabrik perakitan di Jepang dan sisanya dari pabrik di Amerika Serikat, China, Eropa, serta beberapa negara Asia lainnya.
Beberapa produsen otomotif di dunia mulai kembali membatasi angka produksi karena masalah kurangnya pasokan microchip, ditambah dengan meningkatnya jumlah kasus COVID-19 di Jepang, Filipina, Thailand, Vietnam, dan Malaysia.
Toyota sebelumnya berhasil menghindari masalah kekurangan pasokan chip dengan menjaga stok pasokan chip semikonduktor untuk jangka waktu dua hingga enam bulan.
Berdasarkan laporan sebelumnya pendekatan ini memungkinkan Toyota untuk terus mempertahankan aktivitas perakitan kendaraan dan merupakan satu-satunya pabrikan yang tidak terlalu terpengaruh oleh krisis.
Seperti dilansir dari Reuters, akan tetapi Toyota tetap mempertahankan target produksi tahunan sebesar 9,3 juta kendaraan serta target penjualan sebesar 8,7 juta untuk tahun ini.
Perusahaan otomotif terbesar dunia itu memperkirakan akan kehilangan produksi 360.000 unit pada September ini, dimana 140.000 unit berasal dari pabrik perakitan di Jepang dan sisanya dari pabrik di Amerika Serikat, China, Eropa, serta beberapa negara Asia lainnya.
Beberapa produsen otomotif di dunia mulai kembali membatasi angka produksi karena masalah kurangnya pasokan microchip, ditambah dengan meningkatnya jumlah kasus COVID-19 di Jepang, Filipina, Thailand, Vietnam, dan Malaysia.
Toyota sebelumnya berhasil menghindari masalah kekurangan pasokan chip dengan menjaga stok pasokan chip semikonduktor untuk jangka waktu dua hingga enam bulan.
Berdasarkan laporan sebelumnya pendekatan ini memungkinkan Toyota untuk terus mempertahankan aktivitas perakitan kendaraan dan merupakan satu-satunya pabrikan yang tidak terlalu terpengaruh oleh krisis.
(wbs)