Gawat, Populasi Kendaraan Listrik di Indonesia Belum Sesuai Target Roadmap
loading...
A
A
A
JAKARTA - Jumlah populasi kendaraan listrik di Indonesia ternyata belum memenuhi harapan target peta jalan atau roadmap kendaraan listrik di Indonesia. Hal itu diungkap Mohamad Risal Wazal, Direktur Sarana Transportasi Jalan Kementerian Perhubungan di seminar Indonesia Electric Motor Show, Kamis (25/11/2021) ini.
Dalam acara itu Mohamad Risal Wasal mengatakan jumlah populasi kendaraan listrik di Indonesia per 18 November 2021 baru mencapai 14.400 unit. Detailnya 1.656 mobil listrik, 262 unit kendaraan listrik roda 3, 12.464 unit sepeda motor listrik, 13 bus listrik, dan 5 unit mobil listrik niaga ringan. "Ini tidak masif dan belum sesuai target roadmap yang telah disusun," ujar Mohamad Risal Wasal.
Menurutnya saat ini adanya keengganan dari beberapa pelaku bisnis untuk berkecimpung di kendaraan listrik . Hal itu terjadi karena belum adanya infrastruktur pendukung kendaraan listrik di Indonesia. Pasalnya tanpa adanya infrastruktur pendukung akan sulit bagi pelaku bisnis menjual kendaraan listrik yang mereka miliki.
Contohnya produsen bus di Indonesia yang belum berani menghadirkan bus listrik ke Indonesia. Hal itu terlihat dimana hanya baru ada 13 bus listrik yang bisa beroperasi di tanah air. Mereka khawatir jika membawa bus listrik ke Indonesia tidak ada yang mau beli karena belum ada infrastruktur pendukung kendaraan listrik yang memadai.
"Selain itu ada masalah bus listrik CBU justru lebih murah dibandingkan bus listrik CKD. Padahal kendaraan listrik di Indonesia diwajibkan memiliki kandungan lokal yang tinggi. Tapi harga CBU jauh lebih murah dibandingkan CKD," jelasnya.
Masalah lainnya menurut Mohamad Risal Wasal adalah kesalahpahaman yang terjadi di konversi kendaraan konvensional menjadi kendaraan listrik. Banyak kendaraan konvensional yang diubah menjadi kendaraan listrik justru gagal lulus uji tipe yang ada di Departemen Perhubungan.
Diketahui setiap kendaraan yang akan digunakan di Indonesia memang harus lulus uji tipe Departemen Perhubungan. Semua kendaraan tanpa kecuali, termasuk kendaraan konversi harus melewati uji tipe.
"Nyatanya mereka banyak yang tidak lulus. Mereka justru protes karena uji tipe yang diberlakukan ke mereka harus berbeda karena kendaraan mereka sudah lama bukan baru," jelasnya.
Dalam acara itu Mohamad Risal Wasal mengatakan jumlah populasi kendaraan listrik di Indonesia per 18 November 2021 baru mencapai 14.400 unit. Detailnya 1.656 mobil listrik, 262 unit kendaraan listrik roda 3, 12.464 unit sepeda motor listrik, 13 bus listrik, dan 5 unit mobil listrik niaga ringan. "Ini tidak masif dan belum sesuai target roadmap yang telah disusun," ujar Mohamad Risal Wasal.
Menurutnya saat ini adanya keengganan dari beberapa pelaku bisnis untuk berkecimpung di kendaraan listrik . Hal itu terjadi karena belum adanya infrastruktur pendukung kendaraan listrik di Indonesia. Pasalnya tanpa adanya infrastruktur pendukung akan sulit bagi pelaku bisnis menjual kendaraan listrik yang mereka miliki.
Contohnya produsen bus di Indonesia yang belum berani menghadirkan bus listrik ke Indonesia. Hal itu terlihat dimana hanya baru ada 13 bus listrik yang bisa beroperasi di tanah air. Mereka khawatir jika membawa bus listrik ke Indonesia tidak ada yang mau beli karena belum ada infrastruktur pendukung kendaraan listrik yang memadai.
"Selain itu ada masalah bus listrik CBU justru lebih murah dibandingkan bus listrik CKD. Padahal kendaraan listrik di Indonesia diwajibkan memiliki kandungan lokal yang tinggi. Tapi harga CBU jauh lebih murah dibandingkan CKD," jelasnya.
Masalah lainnya menurut Mohamad Risal Wasal adalah kesalahpahaman yang terjadi di konversi kendaraan konvensional menjadi kendaraan listrik. Banyak kendaraan konvensional yang diubah menjadi kendaraan listrik justru gagal lulus uji tipe yang ada di Departemen Perhubungan.
Diketahui setiap kendaraan yang akan digunakan di Indonesia memang harus lulus uji tipe Departemen Perhubungan. Semua kendaraan tanpa kecuali, termasuk kendaraan konversi harus melewati uji tipe.
"Nyatanya mereka banyak yang tidak lulus. Mereka justru protes karena uji tipe yang diberlakukan ke mereka harus berbeda karena kendaraan mereka sudah lama bukan baru," jelasnya.
(wsb)