Chip Semakin Langka, Pengamat Sebut Produksi Otomotif Terancam Berhenti Total
loading...
A
A
A
TOKYO - Pengamat industri otomotif prediksi kekurangan pasokan chip dunia diperkirakan akan terus berlanjut sepanjang tahun iini.
Seperti dilansir dari dilansir situs berita The Nation Thailand Rabu (12/1/2022), pasokan yang terbatas, kata para ahli, menjadi penyebab permintaan pembuat dan penyedia layanan digital gagal terpenuhi karena transformasi yang cepat terjadi akibat pandemi Covid-19.
Namun, kelangkaan pasokan tahun ini diperkirakan tidak separah tahun 2020 dan 2021 yang menyebabkan rantai pasokan lumpuh, sedangkan masalah kali ini juga tidak melibatkan semua jenis keripik.
“Krisis Covid-19 terus mendorong adaptasi manusia terhadap teknologi dan meningkatkan tingkat konektivitas melalui dunia digital,” kata Ariana Bucaille, kepala industri telekomunikasi, media, dan teknologi global Deloitte.
“Ada permintaan yang besar untuk chip karena semakin banyak produk yang terhubung secara digital dan menjadi sumber kehidupan berbagai jenis barang seperti ponsel dan kendaraan pintar.
“Konektivitas ini akan tumbuh dengan teknologi baru seperti 5G yang akan mendorong transformasi digital di semua industri dan bisnis seperti yang kita saksikan sekarang,” katanya.
Sebuah laporan Deloitte menyatakan, konsumen pada pertengahan 2021 harus menunggu antara 20 hingga 52 minggu untuk berbagai jenis semikonduktor.
Situasi tersebut menyebabkan sektor manufaktur terganggu atau terpaksa ditutup yang menyebabkan hilangnya pendapatan mencapai ratusan miliar dolar.
Pada akhir tahun, masa tunggu ini akan dikurangi menjadi 10 hingga 20 minggu dengan industri produksi chip diperkirakan akan pulih pada awal 2023, menurut perkiraan Deloitte.
Seperti dilansir dari dilansir situs berita The Nation Thailand Rabu (12/1/2022), pasokan yang terbatas, kata para ahli, menjadi penyebab permintaan pembuat dan penyedia layanan digital gagal terpenuhi karena transformasi yang cepat terjadi akibat pandemi Covid-19.
Namun, kelangkaan pasokan tahun ini diperkirakan tidak separah tahun 2020 dan 2021 yang menyebabkan rantai pasokan lumpuh, sedangkan masalah kali ini juga tidak melibatkan semua jenis keripik.
“Krisis Covid-19 terus mendorong adaptasi manusia terhadap teknologi dan meningkatkan tingkat konektivitas melalui dunia digital,” kata Ariana Bucaille, kepala industri telekomunikasi, media, dan teknologi global Deloitte.
“Ada permintaan yang besar untuk chip karena semakin banyak produk yang terhubung secara digital dan menjadi sumber kehidupan berbagai jenis barang seperti ponsel dan kendaraan pintar.
“Konektivitas ini akan tumbuh dengan teknologi baru seperti 5G yang akan mendorong transformasi digital di semua industri dan bisnis seperti yang kita saksikan sekarang,” katanya.
Sebuah laporan Deloitte menyatakan, konsumen pada pertengahan 2021 harus menunggu antara 20 hingga 52 minggu untuk berbagai jenis semikonduktor.
Situasi tersebut menyebabkan sektor manufaktur terganggu atau terpaksa ditutup yang menyebabkan hilangnya pendapatan mencapai ratusan miliar dolar.
Pada akhir tahun, masa tunggu ini akan dikurangi menjadi 10 hingga 20 minggu dengan industri produksi chip diperkirakan akan pulih pada awal 2023, menurut perkiraan Deloitte.