Busi Resistor NGK Direkomendasi untuk Kendaraan yang Terpasang System ECU
A
A
A
JAKARTA - Perkembangan kendaraan saat ini menunjukkan ke arah serba elektronik, sehingga pengemudi sangat dimanjakan dengan sistem komputerisasi yang mampu memberikan beragam fitur-fitur bergengsi yang masing-masing memiliki kelebihannya. Kendaraan yang sudah dilengkapi dengan on-board unit harus memiliki daya kelistrikan yang stabil agar tidak terjadi lonjakan gelombang elektromagnetik yang dapat menyebabkan kerusakan pada on board unit tersebut.
PT NGK Busi Indonesia sudah lama membuat busi dengan teknologi anti lonjakan gelombang elektromagnet yaitu dengan hadirnya busi resistor dengan ciri “R” pada bagian insulatornya.
“Banyak yang beranggapan bahwa kode “R” pada busi NGK adalah kode untuk busi racing, padahal hal ini tidak tepat. NGK sangat merekomendasikan penggunaan busi resistor untuk penggunaan kendaraan yang sudah terpasang on-board unit atau system ECU pada mesinnya.” ujar Diko Oktaviano, Technical Support PT NGK Busi Indonesia pada Sindonews.
Resistor sebesar 5K ohm ditanam pada tubuh busi yang dapat mengurangi daya hantar gelombang elektromagnet yang akan mempengaruhi kerja kendaraan secara utuh. Penggunaan busi non-resistor pada kendaraan yang sudah dilengkapi on-board unit akan menyebabkan kerusakan engine. Ha ini dapat mempengaruhi kinerja mesin menjadi tidak langsam (erratic idle), tenaga berkurang (power drop off) dan lambat pada RPM tinggi (high-rpm misfire).
Busi resistor dapat juga digunakan oleh kendaraan yang belum dilengkapi dengan on-board unit, namun sebaliknya terjadi jika kendaraan yang sudah dilengkapi dengan on-board unit menggunakan busi non-resistor maka permasalahan yang diatas dapat terjadi.
Gapping dan Indexing di dunia balap
Gapping atau celah adalah istilah khusus dalam dunia busi. Seiring perkembangan teknologi, celah busi menjadi perhatian khusus dikarenakan pentingnya kebutuhan listrik yang dihantarkan untuk mengionisasikan campuran udara dengan bahan bakar.
“Banyak yang berasumsi bahwa pada saat ingin memasang busi baru harus dilakukan penyetelan celah busi. Padahal hal ini tidaklah benar, dikarenakan busi yang sudah dikeluarkan oleh pabrik adalah busi yang memiliki standard gap tersendiri,” ujar Diko Oktaviano.
Penyetelan celah busi dilakukan apabila mesin sudah dimodifikasi dengan melakukan perubahan perbandingan kompresi agar menjadi lebih tinggi. Daya hantar listrik yang dibutuhkan harus sesuai dengan ukuran gap yang dibutuhkan. Semakin besar gap, semakin banyak listrik yang dibutuhkan untuk mengalirkannya.
Sedangkan indexing adalah suatu cara mekanik untuk memperkuat pengapian dengan cara menambahkan washer dengan berbagai variasi ketebalan yang ditempatkan pada bahu busi atau dudukan busi yang dikencangkan, celah tersebut diarahkan sesuai dengan yang diinginkan. Bagaimanapun juga, indexing ini tidak akan berhasil jika tidak diukur dengan menggunakan dyno test.
Sementara sebagian besar mesin yang sudah dimodifikasi akan mengarahkan celah busi kepada bagian katup yang terbuka, kombinasi ini dapat menghasilkan tenaga yang besar jika diarahkan langsung kepada katup exhaust. Pada beberapa kasus, mesin yang sudah dirubah indexnya akan mengalami perubahan horsepower walaupun sedikit, biasanya kurang dari 1% total keseluruhan output.
Diko menambahkan, kalau untuk mesin dengan tenaga 500 HP dapat meningkatkan hingga mencapai 5 HP. Semua itu tidak akan terwujud jika tidak dilakukan di dyno test sebab perlu diadakan percobaan yang berkelanjutan.
PT NGK Busi Indonesia sudah lama membuat busi dengan teknologi anti lonjakan gelombang elektromagnet yaitu dengan hadirnya busi resistor dengan ciri “R” pada bagian insulatornya.
“Banyak yang beranggapan bahwa kode “R” pada busi NGK adalah kode untuk busi racing, padahal hal ini tidak tepat. NGK sangat merekomendasikan penggunaan busi resistor untuk penggunaan kendaraan yang sudah terpasang on-board unit atau system ECU pada mesinnya.” ujar Diko Oktaviano, Technical Support PT NGK Busi Indonesia pada Sindonews.
Resistor sebesar 5K ohm ditanam pada tubuh busi yang dapat mengurangi daya hantar gelombang elektromagnet yang akan mempengaruhi kerja kendaraan secara utuh. Penggunaan busi non-resistor pada kendaraan yang sudah dilengkapi on-board unit akan menyebabkan kerusakan engine. Ha ini dapat mempengaruhi kinerja mesin menjadi tidak langsam (erratic idle), tenaga berkurang (power drop off) dan lambat pada RPM tinggi (high-rpm misfire).
Busi resistor dapat juga digunakan oleh kendaraan yang belum dilengkapi dengan on-board unit, namun sebaliknya terjadi jika kendaraan yang sudah dilengkapi dengan on-board unit menggunakan busi non-resistor maka permasalahan yang diatas dapat terjadi.
Gapping dan Indexing di dunia balap
Gapping atau celah adalah istilah khusus dalam dunia busi. Seiring perkembangan teknologi, celah busi menjadi perhatian khusus dikarenakan pentingnya kebutuhan listrik yang dihantarkan untuk mengionisasikan campuran udara dengan bahan bakar.
“Banyak yang berasumsi bahwa pada saat ingin memasang busi baru harus dilakukan penyetelan celah busi. Padahal hal ini tidaklah benar, dikarenakan busi yang sudah dikeluarkan oleh pabrik adalah busi yang memiliki standard gap tersendiri,” ujar Diko Oktaviano.
Penyetelan celah busi dilakukan apabila mesin sudah dimodifikasi dengan melakukan perubahan perbandingan kompresi agar menjadi lebih tinggi. Daya hantar listrik yang dibutuhkan harus sesuai dengan ukuran gap yang dibutuhkan. Semakin besar gap, semakin banyak listrik yang dibutuhkan untuk mengalirkannya.
Sedangkan indexing adalah suatu cara mekanik untuk memperkuat pengapian dengan cara menambahkan washer dengan berbagai variasi ketebalan yang ditempatkan pada bahu busi atau dudukan busi yang dikencangkan, celah tersebut diarahkan sesuai dengan yang diinginkan. Bagaimanapun juga, indexing ini tidak akan berhasil jika tidak diukur dengan menggunakan dyno test.
Sementara sebagian besar mesin yang sudah dimodifikasi akan mengarahkan celah busi kepada bagian katup yang terbuka, kombinasi ini dapat menghasilkan tenaga yang besar jika diarahkan langsung kepada katup exhaust. Pada beberapa kasus, mesin yang sudah dirubah indexnya akan mengalami perubahan horsepower walaupun sedikit, biasanya kurang dari 1% total keseluruhan output.
Diko menambahkan, kalau untuk mesin dengan tenaga 500 HP dapat meningkatkan hingga mencapai 5 HP. Semua itu tidak akan terwujud jika tidak dilakukan di dyno test sebab perlu diadakan percobaan yang berkelanjutan.
(dol)