Bill Gates dan Mary Barra Masuk Bursa Cawapres AS
A
A
A
NEW YORK - CEO General Motors (GM) Mary Barra dan dan pendiri Microsoft Bill Gates memberikan dukungan kepada kandidat calon Presiden Amerika Serikat (AS), Hillary Clinton.
Informasi ini didapat dari bocoran email yang diterbitkan Wikileaks. Berdasarkan keterangan, email tersebut dikirim oleh ketua kampanye Partai Demokrat John Podesta pada 17 Maret.
Dikutip dari Autoblog, Rabu (19/10/2016), selain Mary Barra dan Bill Gates, masih ada 39 orang lainnya yang dipertimbangkan untuk menjadi calon wakil Presiden (cawapres). Dalam daftar tersebut, ada juga Melinda Gates, istri dari Bill Gates yang dikenal sepak terjangnya dalam kegiatan amal melalui Gates Foundation.
Hillary Clinton, tak hanya dari politikus namun dirinya juga melirik pemimpin bisnis lain yang ada dalam daftar cawapres adalah CEO General Motors Mary Barra, pendiri Bloomberg News dan mantan Walikota New York Michael Bloomberg, CEO Xerox Ursula Burns, CEO Coca-Cola Muhtar Kent, Presiden Rockefeller Foundation Judith Rodin, dan CEO Starbucks Howard Schultz.
Dalam memutuskan cawapresnya, Hillary disebut berkonsultasi dengan banyak pihak termasuk Presiden Barack Obama. Baik Kaine atau Vilsack dikenal dekat dengan Obama.
Proses penjaringan cawapres kubu Partai Demokrat yang dipimpin oleh Ketua Kampanye John Podesta kabarnya dilakukan secara tertutup, kontras dengan yang ditunjukkan oleh Republik.
Sejumlah senator Demokrat, para donatur, dan tim kampanye kabarnya juga telah berbicara dengan Hillary untuk menyampaikan pandangan bahwa baik Kaine atau Vilsack merupakan dua calon yang mencolok dan menarik.
“Saya juga suka dengan dia. Kaine adalah wali kota, gubernur, dan senator kelas dunia. Sepanjang yang saya tahu, dia adalah senator yang paling saya hormati,” ujar Hillary dalam wawancaranya dengan CBS.
“Saya berharap itu benar,” ujar Juru bicara Clinton, Karen Finney ketika ditanya apakah benar pengumuman akan berlokasi di Florida.
Meski demikian, kubu Demokrat hingga saat ini masih menutup rapat-rapat mengenai tanggal dan tempat pengumuman. Tim kampanye Clinton berjanji untuk menghindari kebocoran informasi seperti yang terjadi pada Donald Trump, di mana publik telah lebih dulu mengetahui cawapresnya sebelum diumumkan.
Informasi ini didapat dari bocoran email yang diterbitkan Wikileaks. Berdasarkan keterangan, email tersebut dikirim oleh ketua kampanye Partai Demokrat John Podesta pada 17 Maret.
Dikutip dari Autoblog, Rabu (19/10/2016), selain Mary Barra dan Bill Gates, masih ada 39 orang lainnya yang dipertimbangkan untuk menjadi calon wakil Presiden (cawapres). Dalam daftar tersebut, ada juga Melinda Gates, istri dari Bill Gates yang dikenal sepak terjangnya dalam kegiatan amal melalui Gates Foundation.
Hillary Clinton, tak hanya dari politikus namun dirinya juga melirik pemimpin bisnis lain yang ada dalam daftar cawapres adalah CEO General Motors Mary Barra, pendiri Bloomberg News dan mantan Walikota New York Michael Bloomberg, CEO Xerox Ursula Burns, CEO Coca-Cola Muhtar Kent, Presiden Rockefeller Foundation Judith Rodin, dan CEO Starbucks Howard Schultz.
Dalam memutuskan cawapresnya, Hillary disebut berkonsultasi dengan banyak pihak termasuk Presiden Barack Obama. Baik Kaine atau Vilsack dikenal dekat dengan Obama.
Proses penjaringan cawapres kubu Partai Demokrat yang dipimpin oleh Ketua Kampanye John Podesta kabarnya dilakukan secara tertutup, kontras dengan yang ditunjukkan oleh Republik.
Sejumlah senator Demokrat, para donatur, dan tim kampanye kabarnya juga telah berbicara dengan Hillary untuk menyampaikan pandangan bahwa baik Kaine atau Vilsack merupakan dua calon yang mencolok dan menarik.
“Saya juga suka dengan dia. Kaine adalah wali kota, gubernur, dan senator kelas dunia. Sepanjang yang saya tahu, dia adalah senator yang paling saya hormati,” ujar Hillary dalam wawancaranya dengan CBS.
“Saya berharap itu benar,” ujar Juru bicara Clinton, Karen Finney ketika ditanya apakah benar pengumuman akan berlokasi di Florida.
Meski demikian, kubu Demokrat hingga saat ini masih menutup rapat-rapat mengenai tanggal dan tempat pengumuman. Tim kampanye Clinton berjanji untuk menghindari kebocoran informasi seperti yang terjadi pada Donald Trump, di mana publik telah lebih dulu mengetahui cawapresnya sebelum diumumkan.
(wbs)