Di Tangan Kasino, Kawasaki Binter GTO Jadi Lucu
A
A
A
JAKARTA - Masih ingat salah satu film legendari group lawak Warkop DKI yang berjudul Kesempatan dalam Kesempitan. Dalam film tersebut Kasino jadi seorang sales yang menawarkan motor Kawasaki Binter GTO 2 Tak, di tangan Kasino Binter GTO terkesan lucu,
"Beli motor ini dapat satu lusin karet KB, gajah mengamuk di Sumatra, motor ini tidak apa-apa," tutur Kasino dalam salah satu cuapannya di film tersebut.
Lepas itu semua SINDOnews kini coba membahas teknologi yang disematkan di Kawasaki Binter GTO dengan mengutip dari berbagai sumber, GTO sudah ada di Indonesia sejak awal era 80an namun tidak menggunakan nama Kawasaki melainkan menggunakan nama Binter.
GTO merupakan salah satu lineup dari Binter untuk motor kelas menengah adalah Kawasaki atau Binter GTO 110 dan 125. Kedua motor ini diperkenalkan bersamaan pada tahun 1980 dan menjadi motor 2 tak pertama Binter.
Di Jepang yang menjadi negara asalnya, motor ini diberi nama Kawasaki KH dengan pilihan mesin mulai dari 90cc, 125cc, 250cc, 400cc sampai 500cc. Untuk yang bermesin dibawah 250cc memakai mesin 2 tak 1 silinder. Versi 250cc keatas memakai mesin 3 silinder yang juga 2 tak dengan knalpot 3 buah. Versi 400 dan 500cc nya dikenal juga sebagai Kawasaki 400SS Mach II dan Kawasaki 500SS Mach III. Untuk pasar selain Jepang diberi nama GTO dan nama Kawasaki/Binter KH sendiri di Indonesia menjadi motor kelas entry level Binter dengan mesin 100cc.
Sesuai namanya, Binter GTO 110 bermesin 2 tak 110cc satu silinder. Mesin berpendingin udara ini mampu mengeluarkan tenaga sebesar 14Hp pada 8500Rpm. Untuk Binter GTO 125 bermesin 2 tak 125cc satu silinder dan juga berpendingin udara.
Mesin 125cc ini lumayan powerfull karena sanggup menghasilkan tenaga sebesar 17,5Hp. Mesin ini sebenarnya sudah ada di lineup Kawasaki sejak 1970an awal dan kelak mesin ini akan menjadi basis Binter (Kawasaki) AR125 dengan pendingin udara.
Terlahir diawal era 80an jelas membuat fitur motor ini sangat minim dibanding motor jaman sekarang. Untuk starter hanya mengandalkan kick starter saja. Di panel instrumennya setidaknya sudah tersedia tachometer untuk menunjukkan putaran mesin. Sistem karburatornya menganut model rotary disk valve. Sebagai penyalur tenaga ke rantai, mesin Binter GTO ini sudah dilengkapi transmisi 5 percepatan. Untuk menghentikan laju kendaraan, rem depan sudah cakram solid disk dan rem belakangnya masih teromol.
Sebenarnya motor ini masih diproduksi oleh Kawasaki sampai tahun 1998 (KH125). Namun karena tahun 1985 Binter atau Bintang Terang bangkrut, maka produksi motor ini juga ikut dihentikan. Pada tahun 1996 ketika Kawasaki kembali lagi ke Indonesia dengan bendera Kawasaki Motor Indonesia, motor ini tetap tidak ada penerusnya.
Ciri khas dari motor ini adalah suara knalpotnya yang sangat khas dengan sedikit ngebas sehingga dulu lumayan banyak dipakai kampanye partai politik. Sayangnya kini populasinya dijalan sudah sangat jarang ditemui. Mungkin selain nama Binter yang sering dikaitkan dengan Edi Tansil juga karena sparepartnya yang tergolong langka dan susah mencarinya sehingga unit yang tersisa sekarang semakin sedikit.
"Beli motor ini dapat satu lusin karet KB, gajah mengamuk di Sumatra, motor ini tidak apa-apa," tutur Kasino dalam salah satu cuapannya di film tersebut.
Lepas itu semua SINDOnews kini coba membahas teknologi yang disematkan di Kawasaki Binter GTO dengan mengutip dari berbagai sumber, GTO sudah ada di Indonesia sejak awal era 80an namun tidak menggunakan nama Kawasaki melainkan menggunakan nama Binter.
GTO merupakan salah satu lineup dari Binter untuk motor kelas menengah adalah Kawasaki atau Binter GTO 110 dan 125. Kedua motor ini diperkenalkan bersamaan pada tahun 1980 dan menjadi motor 2 tak pertama Binter.
Di Jepang yang menjadi negara asalnya, motor ini diberi nama Kawasaki KH dengan pilihan mesin mulai dari 90cc, 125cc, 250cc, 400cc sampai 500cc. Untuk yang bermesin dibawah 250cc memakai mesin 2 tak 1 silinder. Versi 250cc keatas memakai mesin 3 silinder yang juga 2 tak dengan knalpot 3 buah. Versi 400 dan 500cc nya dikenal juga sebagai Kawasaki 400SS Mach II dan Kawasaki 500SS Mach III. Untuk pasar selain Jepang diberi nama GTO dan nama Kawasaki/Binter KH sendiri di Indonesia menjadi motor kelas entry level Binter dengan mesin 100cc.
Sesuai namanya, Binter GTO 110 bermesin 2 tak 110cc satu silinder. Mesin berpendingin udara ini mampu mengeluarkan tenaga sebesar 14Hp pada 8500Rpm. Untuk Binter GTO 125 bermesin 2 tak 125cc satu silinder dan juga berpendingin udara.
Mesin 125cc ini lumayan powerfull karena sanggup menghasilkan tenaga sebesar 17,5Hp. Mesin ini sebenarnya sudah ada di lineup Kawasaki sejak 1970an awal dan kelak mesin ini akan menjadi basis Binter (Kawasaki) AR125 dengan pendingin udara.
Terlahir diawal era 80an jelas membuat fitur motor ini sangat minim dibanding motor jaman sekarang. Untuk starter hanya mengandalkan kick starter saja. Di panel instrumennya setidaknya sudah tersedia tachometer untuk menunjukkan putaran mesin. Sistem karburatornya menganut model rotary disk valve. Sebagai penyalur tenaga ke rantai, mesin Binter GTO ini sudah dilengkapi transmisi 5 percepatan. Untuk menghentikan laju kendaraan, rem depan sudah cakram solid disk dan rem belakangnya masih teromol.
Sebenarnya motor ini masih diproduksi oleh Kawasaki sampai tahun 1998 (KH125). Namun karena tahun 1985 Binter atau Bintang Terang bangkrut, maka produksi motor ini juga ikut dihentikan. Pada tahun 1996 ketika Kawasaki kembali lagi ke Indonesia dengan bendera Kawasaki Motor Indonesia, motor ini tetap tidak ada penerusnya.
Ciri khas dari motor ini adalah suara knalpotnya yang sangat khas dengan sedikit ngebas sehingga dulu lumayan banyak dipakai kampanye partai politik. Sayangnya kini populasinya dijalan sudah sangat jarang ditemui. Mungkin selain nama Binter yang sering dikaitkan dengan Edi Tansil juga karena sparepartnya yang tergolong langka dan susah mencarinya sehingga unit yang tersisa sekarang semakin sedikit.
(wbs)