Harga Mobil India-Korea Beda Tipis dengan Produksi Nasional

Kamis, 13 Juli 2017 - 17:14 WIB
Harga Mobil India-Korea Beda Tipis dengan Produksi Nasional
Harga Mobil India-Korea Beda Tipis dengan Produksi Nasional
A A A
KARAWANG - Industri automotif membutuhkan dukungan semua pihak, khususnya dari pemerintah. Mengingat daya saingnya masih kalah dengan Thailand. Bahkan dengan adanya perjanjian perdagangan bebas, di pasar dalam negeri harus head to head soal harga dengan produk automotif dari India dan Korea.

"Terus terang di level ASEAN industri automotif Indonesia masih kalah dengan Thailand. Manufaktur kita masih tertinggal," ungkap President Director PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Warih Andang Tjahjono saat berbincang dengan CEO KORAN SINDO dan SINDOnews, Sururi Alfaruq dan jajaran redaksi di Kantor PT TMMIN, Karawang I Plant, di Karawang, Jawa Barat, Kamis (13/7/2017).

Dikatakannya, Thailand memberikan banyak kemudahan untuk berinvestasi. Dari sisi infratruktur, Indonesia juga masih tertinggal. "Butuh kebijakan yang mendukung industri," harap Warih Andang Tjahjono.

Harga Mobil India-Korea Beda Tipis dengan Produksi Nasional


Pihaknya sering berbicara dengan pelaku industri lain dan mereka juga mengeluhkan kebijakan yang kurang berpihak kepada industri. "Hasilnya ada produk impor yang ternyata harganya lebih murah dari lokal," keluhnya.

Di industri automotif tantangannya juga besar. Pasar nasional hanya 1 juta unit tapi kapasitas terpasang 2 juta mobil.

"Dengan mobil India dan Korea dari sisi harga harus saling berhadapan, karena harganya beda tipis mengingat bea masuknya tak ada. Ini konsekuensi dari perdagangan bebas (dengan negara-negara tertentu," tandasnya.

Sementara itu, Edward Otto Kanter selaku Plant and PLC Senior Director, Sunter Plant-TMMIN berharap masyarakat memandang industri automotif secara objektif. Industri ini memiliki peran penting dalam perekonomian Indonesia.

Harga Mobil India-Korea Beda Tipis dengan Produksi Nasional


"Di saat komoditas tiarap, kami dari automotif memberikan sumbangsih penting. Baru-baru ini TMMIN mendapatkan penghargaan daru Bank Indonesia karena memberikan devisa terbesar lantaran tingginya ekspor," klaim Edward.

Dengan GDP USD5.000 menuju USD20.000, lanjut dia, sudah sewajarnya arah industri Indonesia adalah manufaktur. "Sementara karyawan yang dilibatkan sangat banyak. Jadi sudah sewajarnya industri ini dijaga kelangsungan dan pertumbuhannya," pintanya.

Harga Mobil India-Korea Beda Tipis dengan Produksi Nasional


Pemerintah pun diharapkan mengeluarkan kebijakan yang lebih pro pada pelaku usaha yang terlibat dalam automotif. "Jangan kebijakan justru membuat repot industri. Salah satu contohnya adalah bea masuk baja dan turunannya. Dulu tidak kena pajak, sekarang kena," bebernya.
(wbs)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8836 seconds (0.1#10.140)