Maurizio Arrivabene, sang Jenderal Besar Ferrari

Kamis, 26 Juli 2018 - 09:31 WIB
Maurizio Arrivabene, sang Jenderal Besar Ferrari
Maurizio Arrivabene, sang Jenderal Besar Ferrari
A A A
MAURIZIO Arrivabene, team principal Scuderia Ferrari Formula 1, bersiap mengembalikan kejayaan Ferrari di Formula 1 seperti dulu lagi. Bagaimana cerita pria asal Brescia yang mengawali kariernya sebagai sales rokok tersebut?

Mata adalah jendela hati, dari situlah terbentuk cerminan jiwa. Mulut bisa tersenyum palsu, tapi bola mata mengatakan hal yang sebenarnya. Dari tatapan mata inilah, cerita Maurizio Arrivabene, team principal Scuderia Ferrari Formula 1 bermula. Medio tahun 1988 sebelum Enzo Ferrari meninggal dunia, Arrivabene diajak oleh bosnya dari Marlboro datang ke rumah Enzo Ferrari di Maranello, Italia. Waktu itu dia begitu bahagia bisa datang ke rumah Enzo Ferrari yang letaknya berdekatan dengan trek mini buatan Enzo Ferrari, Fiorano. Kehadirannya bertemu dengan Enzo Ferrari bukan untuk melamar pekerjaan.

Alih-alih Arrivabene yang kala itu menjadi sales director perusahaan rokok Marlboro diajak bertemu dengan Enzo Ferrari untuk meminta izin. Waktu itu pihak Marlboro membutuhkan persetujuan Enzo Ferrari agar mengizinkan Arrivabene menjadi wakil mereka dalam kerja sama Ferrari dan Marlboro. “Tiba-tiba selagi saya menunggu, bos saya keluar dan bilang saya aman dan mulai besok bisa bekerja sama dengan Ferrari. Padahal, saya belum bertemu dengan Enzo,” kenang Arrivabene.

Di tengah kebingungannya dalam perjalanan pulang, bos Arrivabene bercerita tentang pertemuannya dengan Enzo. Selagi mereka membicarakan dirinya, Enzo ternyata memperhatikan Arrivabene yang sedang menunggu di luar rumah.

Saat itu Enzo melihat Arrivabene begitu tertarik melihat mobil-mobil Ferrari yang tengah disiapkan oleh para mekanik Ferrari. Dia sangat antusias melihat mobil tersebut sampai-sampai tidak sadar kalau tengah diperhatikan oleh pendiri Ferrari tersebut dari balik kaca. “Dia bilang dia melihat mata kamu saat memandang mobil-mobilnya. Dari situ dia sudah yakin kamu orang yang bisa diandalkan,” ucap Arrivabene menirukan kata-kata bosnya saat itu.

Persetujuan Enzo Ferrari bukan sertamerta berarti memasukkan nama Arrivabene ke dalam keluarga besar Ferrari. Saat itu Arrivabene hanya kepanjangan tangan Marlboro selama masih bekerja sama dengan Ferrari. Namun, dari situlah kecintaan Arrivabene terhadap Ferrari terus tumbuh.

Dia jadi saksi hidup perjalanan Ferrari yang penuh dengan jatuh bangun di dunia Formula. Arrivabene juga merasakan betul betapa susahnya Ferrari ketika kehilangan pengaruh di dunia Formula 1 medio tahun 1980-1990. Dia juga merasakan gegap gempitanya Ferrari bersama Michael Schumacher yang sangat mendominasi Formula 1.

Dia juga merasakan keputusasaan Ferrari saat masa-masa emas tersebut hingga kini tidak datang lagi. Ferrari yang begitu digdaya tiba-tiba tergilas oleh tim-tim baru seperti Brawn GP, Red Bull Racing, hingga Mercedes-Petronas AMG yang begitu dominan hingga kini. Dia juga melihat betapa rentannya Ferrari ditinggal pergi oleh sosok-sosok penting dalam sebuah tim balap.

Team principal mulai dari Jean Todt, Stefano Domenicali, hingga Marco Mattiacci. Ferrari yang begitu digdaya langsung berubah jadi tim pesakitan. Kultur kompetitif yang dulunya begitu bergelora, berganti dengan kultur saling menyalahkan yang tidak bisa dihindari. Ferrari yang dulunya surga, berubah jadi neraka. Saat ditunjuk oleh Sergio Marchionne, CEO Fiat Chrysler Automobiles, sebagai t ea m prin c ipal Scuderia Ferrari, Arrivabene sadar harus melakukan tindakan yang besar.

“Saat datang, saya mengatakan kepada mereka, apa-apaan ini? Saya bilang kepada mereka, saya tidak akan menyalahkan seorang pun atas keadaan ini dan yang akan kita lalui. Kita menang bersama dan jika kita akan kalah, kita harus kalah bersama-sama. Orang yang akan bertanggung jawab pada kekacauan ini adalah saya. Kalian hanya bertanggung jawab pada satu saja, yakni kemenangan,” kenang Arrivabene saat pertama kali datang ke Maranello, markas Ferrari sebagai tea m p rin c ipal.

Determinasi Arrivabene ternyata langsung menular ke semua orang di markas Ferrari. Mama Rosella, pemilik restoran Ristorante Montana, yang berada tepat di depan pintu masuk markas Ferrari, merasakan betul pengaruh tersebut.

Pada masa-masa sulit Ferrari, Mama Rosella melihat banyak orang yang tidak begitu bersemangat. Beberapa teknisi yang tergabung dalam Scuderia Ferrari bahkan enggan untuk tetap berkontribusi di tim balap tersebut. “Mereka ingin keluar atau pindah divisi ke tim produksi. Tapi begitu Arrivabene datang, mereka begitu bersemangat. Kami ingin tetap di sini kata mereka,” ucap Mama Rosella.

Mengangkat nama Ferrari di Formula 1, bukanlah pekerjaan mudah yang dapat dilakukan dalam semalam. Arrivabene menyadari hal tersebut dan meletakkan batu fondasi satu demi satu ke tubuh Ferrari. Menurutnya, transformasi dan perbaikan yang berkelanjutan, kuncinya ada pada keutuhan dan kerja sama tim. Tim harus bekerja sama dalam satu kesatuan dan tidak terpecah-pecah dalam sebuah faksi. Hal itu baru bisa terwujud jika ada kepemimpinan yang kuat.

“Untuk menjadi pemimpin, kamu harus merasakannya. Kamu harus diakui dan dirasakan oleh orang-orang di sekitarmu. Saat kamu membalikkan badan dan melihat banyak orang yang bekerja keras di sampingmu dan ingin tetap melakukan yang terbaik bersama, maka di situlah hadirnya kepemimpinan,” tutur Arrivabene.

Arrivabene sadar dia bukan orang yang paham dengan teknik automotif. Dia hanya seorang sales rokok yang begitu cinta dengan Ferrari. Namun, dia bukan orang bodoh dan mengelilingi dirinya dengan orang-orang profesional di bidang teknik automotif dan strategi balapan. Dia tidak merasa rendah diri akan kekurangan tersebut. Menurut dia, lebih baik mengakui kekurangan tersebut daripada menutup-nutupinya dengan berakting seolah mengerti.

“Saya melihat banyak t ea m prin c ipal yang melakukan hal itu. Mereka berbicara seperti mereka seorang insinyur teknik. Padahal, mereka tidak mengerti apa yang mereka bicarakan. Bagi saya, tea m p rin c ipal di Formula 1 itu seperti seorang manajer. Kamu harus bisa menyalurkan energi kemenangan ini ke semua orang tanpa kecuali,” pungkasnya.
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 2.4282 seconds (0.1#10.140)
pixels